Вы находитесь на странице: 1из 4

Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri
(Manuaba,
2001:
526).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). (Mansjoer,
2001:
381).
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma,
terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat
ditemukan
dibagian
lain
dalam
tubuh.
(Irwan,
2008:
02).
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di
luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan
rahim. (Henri, 2009: 1)
Klasifikasi
Endometriosis
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut true
endometriosis
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang
uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.

Etiologi
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori yang
menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada
saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun
teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi jaringan
endometrium (Mansjoer, 2001: 381).
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi
tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda penderita
endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori ini,
endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat
menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.
Tanda-Tanda dan Gejala
1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.
2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).
3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya
endometriosis di kavum douglas.

4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi.
Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak
atau lama dari normal lebih dari 7 hari).
6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena
perlekatan jaringan disekitarnya.
7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
8. Haid yang banyak (menorragia)
Sumber: Irwan, 2008: 03
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, dan dipastikan
dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan
endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis). Laparoskopi turut membenarkan rawatan
pembedahan bagi endometriosis. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum
douglas ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi
seperti: forniks vaginae posterior, perineum, perlu laparotomi. Biopsi endometrium dapat
memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak
memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu
haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung
kencing. Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu
haid. Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat memberi
gambaran dengan filling defect pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang
seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.
Pemeriksaan penunjang yang lain adalah: USG rahim, barium enema, CT scan atau MRI
perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis digunakan klasifikasi dari American
Fertility Society. (Irwan, 2008: 04).
Diagnosa
Banding
Tumor ovarium,metastasis di kavum Douglas, mioma multipel, karsinoma rektum, dan
radang pelvis.
Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom atau
ureter.
2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
Sumber: Mansjoer, 2001: 382
Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas:

1. Pencegahan
2. Pengawasan
3. Terapi hormonal
4. Pembedahan
5. Radiasi
Referensi
Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI
Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April
2009. Jam 08.00 WIB.
Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus
Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada
Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta:
EGC
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PPIBI
______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Вам также может понравиться