Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PNEUMONIA
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Disusun oleh:
TRIA PERMATA RATI
PUTRI WULAN PERMASARI
IRA DESTIA
LUKMAN HAKIM Z
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme,
faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan
dirimaupun publik, serta kurangnya gizi dan nutrisi (Depkes, 2007). Secara umum
infeksi saluran nafas terbagi menjadi infeksi saluran nafas atas dan infeksi saluran
nafas bawah. Pneumonia merupakan salah satu contoh infeksi saluran nafas
bawah (WHO, 2007).
Data South East Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health
Statistic tahun 2001, menempatkan pneumonia dan influenza sebagai penyebab
kematian ketiga di Indonesia dengan angka mortalitas 7,8. Laporan profil
kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan pneumonia termasuk sepuluh besar
penyakit rawat inap di rumah sakit dengan angka case fatality rate tertinggi yakni
7,6%. Sedangkan laporan WHO tahun 2000, menjelaskan bahwa penyebab
kematian tertinggi dari penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza. Menurut hasil laporan Riset Kesehatan Dasar
(Rikesdas) Indonesia pada tahun 2007 menyebutkan prevalensi pneumonia
menurut diagnosa dan gejala adalah 2,2% atau 2200 penderita pada 100.000
penduduk. Sementara pada hasil Riskesdas 2013, prevalensi pneumonia
berdasarkan kelompok umur penduduk, di mana pneumonia tinggi terjadi pada
kelompok umur1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan
terus meninggi pada kelompok umur berikutnya. Hal ini tidak menyingkirkan
bahwa pneumonia pun terjadi pada usia remaja dan dewasa.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit paru yang ditandai dengan adanya
peradangan akut pada parenkim paru (Price & Wilson, 2006). Pneumonia dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing melalui jalur
masuknya infeksi tersering ke saluran napas bawah adalah melalui aspirasi sekret
orofaring (Somantri, 2007). Komplikasi pneumonia abses paru adalah
pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang, efusi pleural adalah terjadi
pengumpulan cairan di rongga pleura, empiema adalah efusi pleura yang berisi
nanah, gagal nafas, atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna)
terjadi karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi rusaknya jalan nafas
hingga kematian (Betz &Sowden, 2002).
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari pneumonia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis dari pneumonia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari pneumonia.
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik dari pneumonia.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari pneumonia.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari pneumonia.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari pneumonia.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari pneumonia.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari pneumonia.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian yang dilakukan pada pasien
dengan pneumonia.
11. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan
pneumonia.
12. Mahasiswa mampu menetapkan fokus intervensi pasien dengan
pneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru distal dari jalan
napas besar dan mengenai bronkiolus respiratorik dan alveolus serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Leveno, 2009).
Pneumonia adalah proses peradangan parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan
kesekitar alveoli tersebut tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2007).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronko pneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2001).
B. Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu (Price & Wilson, 2005):
1. Pneumonia lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar.
Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism penyebab tersering.
2. Pneumonia nekrotisasi
Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami
nekrosis kaseosa dan membentuk kavitas.
3. Pneumonia lobular/bronkopneumonia
Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan Streptococcus adalah
penyebab infeksi tersering.
4. Pneumona interstitial
Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate dalam
dinding alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak ada
konsolidasi disebabkan oleh virus atau mikoplasma.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA
antara lain :
peningkatan
respiratory
rate,
hipotensi,
demam,
multilobar
kultur bakteri;
termasuk
sample
awal menuju ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya taman paling kuat,
apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas,
yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Methicillin-resistant
S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam pemilihan
antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik.
3) Enterococcus (E. faecalis, E faecium): organisme streptococcus grup D
yang merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di
rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan
pemasangan endotracheal tube. Contoh bakteri gram negatif dibawah
adalah:
1) Pseudomonas aeruginosa: bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki
bau yang sangat khas.
2) Klebsiella pneumonia: bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang
kuman ini.
3) Haemophilus influenza: bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul
atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu
yaitu encapsulated type B (HiB).
b. Atipikal organism
Penyebab paling sering: Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia
mikoplasma. Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
c. Virus
sedangkan pada perkusi, akan didapatkan perubahan dari tumpul menjadi rata,
pada daerah yang mengalami konsolidasi dan efusi pleura. Adapun pada
auskultasi, kemungkinan terdengar suara ronkhi dan suara gesekan atau friksi
pada pleura. Pada orang tua, gejala-gejala tersebut tidak terlalu nampak (Muttaqin,
2008)
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000):
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi
sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih
besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.
Etiologi
Streptococcus
pneumonia
pneumonia
penyulit
Streptococcus
Faktor Risiko
Tanda dan Gejala
Sickle cell disease
Onset mendadak dingin,
jenis Hipogammaglobulinem
menggigil, dan demam
ia
tanpa
(39-400C)
Multiple myeloma
Nyeri dada pleuritis
Batuk produktif, sputum
pneumonia dengan
hijau,
penyulit
mungkin
bercak
purulen,
dan
mengandung
darah,
serta
hidung kemerahan.
retraksi
interkostal,
penggunaan
aksesorius,
Sindrom Atipikal
Haemophilus
influenza
Staphylococcus
aureus
Usia
COPD
Flu
otot
dan
bisa
tmbul sianosis.
Onset bertahap dalam 3-5
hari
Malaise,
nyeri
kepala,
Mycoplasma
Aspirasi
Anak-anak
Dewasa muda
batuk kering.
Nyeri dada karena batuk.
pneumonia
Virus Patogen
Aspirasi basil gram Kondisi lemah karena Anaerobik
negatif:
campuran:
konsumsi alkohol
mulainya onset perlahan
Perawatan (misalnya Demam rendah, dan batuk
infeksi nosokomial) Produksi
Klebsiela,
Pseudomonas,
Gangguan kesadaran
Enterobacter,
sputum/baubusuk
Foto
dada:
jaringan
Escheirchia
gram
positif:
terkena di paru-parunya
Infeksi gram negatif atau
Staphylacoccus
Aspirasi
asam
positif
Disstres
lambung
respirasi
mendadak,dispnea berat,
sianosis,
batuk,
paru-paru melalui
aliran
darah:
Staphylococcus,
E.
coli,
dan
IV
terinfeksi
minimal
dibanding
Endokarditis
gejala septicemia
Drug abuse
Batuk nonproduktif dan
Abses intra abdomen
nyeri pleuritik sasma
Pyelonefritis
Empiema
kandung
dengan yang terjadi
kemih
anaerob enternik
dan alveolui lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya akan protein dalam alveoli dan jaringan intersititial. Pelepasan
mediator inflamasi dan kompleks imun dapat merusak membrane mukus bronkus
dan membrane alveolokapiler, yang menyebabkan asinus dan bronkiolus terminal
terisi dengan debris infeksius dan eksudat. Sebagai tambahan, beberapa
mikroorganisme dapat melepaskan toksin dari dinding selnya yang menyebabkan
kerusakan paru lebih lanjut. Akumulasi eksudat di asinus dapat menyebabkan
sesak napas dan hipoksemia (Somantri, 2007).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas
terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price & Wilson, 2005) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): Paru-paru tampak merah dan tampak
berglanula karena eritrosit, fibrin, dan leukosit polimorphonucleus (PMN)
mengisi alveoli.
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): paru-paru tampak berwarna abu-abu karena
leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.
F. Pathway Pneumonia
organism
yang
dapat
ditemukan,
seperti
Diplococcus
pneumonia,
Oksigen 1 2 L/menit
IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi
Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah, gagal nafas, endokarditis yaitu
peradangan pada setiap katup endokardial, meningitis yaitu infeksi yang
menyerang selaput otak, pneumonia interstitial menahun, atelektasis adalah
(pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi bronkus oleh
penumukan sekresi rusaknya jalan nafas.
J. Pengkajian Pasien Pneumonia
Beberapa pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan pada pasien dengan
Pneumonia, yaitu;
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan
dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma,
alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti :
TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea,
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal. Tanda :
o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
o Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
o Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
o Gesekan friksi pleural.
o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas
bronkial.
o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, ketidak mampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin
ada pada kasus rubeola, atau varisela.
K. Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Pneumonia
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas : mukus dalam jumlah berlebih dan sekresi dalam bronki.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (inflamasi parenkim
paru).
L. Fokus Intervensi Pasien dengan Pneumonia
Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Pneumonia harus
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
termasuk
lokasi,
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta
Bulechek ,Dochterman. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth
Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Depkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. Mandalice, C. G. (2000). Rencana asuhan keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: EGC.
Djojodibroto, D. (2009). Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014 oleh NANDA International. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius
FKUI Jakarta
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa. Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St.
Louis Missouri : Mosby Elsevier.
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti: pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. 2003.
Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil
Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil
Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Smeltzer, S & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
South East Medical Informatic Center. SEAMIC health statistic 2000.
International Medical Foundation of Japan. Jepang 2003.
World Health Organization. World Healt Statistic. 2014.