Вы находитесь на странице: 1из 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG KORUPSI

Situasi yang sering dianggap mendukung korupsi, yaitu :


1. Kedekatan sistem dan kontak yang intensif antara ekonomi dan administrasi.
2. Arus informasi yang masuk tidak menyolok.
3. Pemutusan kompetensi pada pekerja ahli tertentu dengan ruang gerak yang
memungkinkan mereka mengambil keputusan.
4. Batasan yang kabur antara hal hal yang dapat diterima secara sosial dan perbuatan
yang melanggar hukum.
5. Kurangnya kesadaran korban (pihak yang dirugikan) bahwa mereka diperlakukan
tidak adil.
Tidak adanya perasaan ketidakadilan ini, dalam kasus kasus pidana sekalipun, oleh
beberapa pengamat seringkali dijadikan indikator mengenai penurunan standar nilai yang
dapat diamati didalam masyarakt. Bagian-bagian yang dianggap debagai pemicu utama
korupsi adalah bagian-bagian yang dianggap sebgai pemicu utama korupsi adalah bagian
bagian yang berhubungan dengan pemberian ijin, dana serta pengadaan.
Resiko korupsi jelas jelas meningkat di tempat tempat di mana mekanisme
pengawasan dalam bidang administrasi sangat dibatasi atau tidak dapat berfungsi. Lebih
lanjjut dapat dipastikan bahwa korupsi dimungkinkan di tempat ketergantungan eksternal.
Hal ini dapat terjadi, di mana :
1. Direncanakan proyek besar yang terkait dengan modal yang besar.
2. Penyandang dana internasional (IMF, Bank Dunia, Uni Eropa, dsb) memulai proyek
proyek pembagunan yang besar, sementara negara penerima belum siap.
3. Negara merupakan satu satunya penerima atau konsumen produk tertentu, misalnya
perlengkapan militer.

Pengaruh Korupsi

Dalam pandangan SCHRODER, korupsi memiliki pengaruh yang berbeda-beda.


Pertama - tama dalam setiap kasus korupsi akan ada kerugian yang harus ditanggung oleh
umum atau pribadi. Kerugian ini biasa merupakan kerugian material, misalnya penggelapan
uang, penggelapan barang, dsb. Korupsi sangat merugikan masyrakat dan seringkali
merupakan sumber penyebab terhambatnya perkembangan, dan perkembangan menuju arah
yang salah.
Korupsi yang terjadi di tingkat menengah dan tingkat bawah menyebabkan keputusan
pengaruh yang dimiliki oleh hukum, peraturan dan proses, serta turut menyebabkan
diambilnya keputusan yang merugikan. Jadi di sini pun korupsi memiliki dampak yang
merugikan perkonomian masyarakat.
Bagaimanapun semua bentuk korupsi memiliki pengaruh dalam penghacuran budaya
politik, institusi politik, dan kepercayaan warga terhadap pimpinan dan pemerintah.
Syed Hussein Alatas menjelaskan setiap bentuk korupsi dapat secara organis ditautkan
di dalam konseptualisasi dan klasifikasi, yaitu yang terbagi menjadi sepuluh macam, sebagai
berikut :
1. Efek metastatik (penyebaran)
2. Efek perkomplotan (clusterign effect)
3. Efek pemberian tertentu (differential delivery effect)
4. Efek penghilangan potensial (potensial elimination effect)
5. Efek transmutasi
6. Efek Pamer (demonstration effect)
7. Efek derivasi kumulatif
8. Efek psikosentires
9. Efek klimatik (climatik effect)
10. Efek ekonomis korupsi (economic effect of corruption)

BIDANG BIDANG YANG MEMUNGKINKAN PERILAKU


YANG KORUP
Contoh Korupsi yang Terjadi dalam Bidang Perpotongan Pihak Eksekutif

Bidanng
Perpotongan

Bentuk Korupsi

Tampak dalam
bentuk

Pihak yang terlibat

Pihak eksekutif

Meminta bayaran,

Tidak memberikan

Orang orang yang

sebagai penyedia

jika tidak, menolak

perawtana di Rumah

bekerja dibagian

prestasi / jasa.

untuk memberikan

Sakit, apabila pasien

administrasi Rumah

prestasi.

tidak menyatakan

sakit. Pasien atau

kesediaan menjadi

keluarga.

Meminta bayaran,

donor darah.
Tidak mau

Pekerja dinas

jika tidak, menolak

mengangkut sampah.

kebersihan pembayar

untuk memberikan

iuran.

prestasi.
Tidak mau

Birokrat warga.

menyediakan
formulir.
Siswa hanya naik

Guru, Orang tua.

kelas apabila disertai


pembayaran
Manipulasi pajak.

sejumlah uang.
Pajak akan

Pegawai pajak,

diturunkan apabila

Pembayar pajak.

pejabat dinas pajak


memperoleh bagian,
pengalihan pajak.

Bidanng

Bentuk Korupsi

Tampak dalam

Perpotongan
Pihak eksekutif

Meminta bayaran

bentuk
Pembyaran sejumlah

sebagai pembeli.

atau jasa, jika tidak,

uang dalam bentuk

tidak mau dibeli.

tunai atau lainnya.


Sebagian barang

Pihak yang terlibat


Pembeli, Penjual.

Pembeli, Penjual.

yang dikirim ke
alamat yang lain.
Jasa dalam bentuk

Pembeli, penjual,

lain.

penyedia jasa.

Keuntungan bagi

Kualitas pemberian

Pembeli, Penjual.

kedua belah pihak

jasa atau spesifikasi

berupa uang.

barang yang dibeli

Kolusi dan

tidak diuji.
Mempekerjakan

Bagian personalia

nepotisme.

sanak saudara atau

atau pimpinan

kenalan.
Jasa tambahan secara Naik pangkat setelah

keluarga / teman.
Bagian personalian,

sukarela atau dengan

memberikan bayaran

karyawan.

paksaan.
Transfer dana umum

atau jasa.
Mempekerjakan

Bagian personalia,

ke dalam kas pribadi. pekerja bayangan

penerima

(yang sebenarnya
tidak ada).
Menggunakan

Pimpinan pekerja.

tenaga kerja yang


ada untuk urusan
pribadi.
Membayar sejumlah

Pihak eksekutif

Pembayaran

sebagai penegak

tambahan ilegal yang uang agar

hukum.

dipaksakan.

Polisi, warga.

dibebaskan dari
tuduhan palsu yang

Bidanng

Bentuk Korupsi

dilontarkan polisi.
Tampak dalam

Perpotongan

Pihak yang terlibat

bentuk
Perlindungan

Pembayaran uang

preventif dari

keamanan kepada

ancaman setelah

polisi.

membayar sejumlah
Pembayaran

uang.
Bebas dari

Polisi, Bea cukai,

tambahan ilegal

pemeriksaan setelah

Pengawas, Warga.

secara sukarela.

membayar sejumlah
uang.

Pihak eksekutif

Pemanfaatan barang

Pemanfaatan barang

Pimpinan,

sebagai pemilik

milik negara untuk

milik negara untuk

Penanggung jawab

barang dan mesin.

kegunaan pribadi.

keuntungan pribadi.

barang dan mesin

Penjualan harta

Menjual harta benda

Pengguna.
Pihak yang bertugas

benda secara ilegal.

dibawah harga yang

untuk menjual

Pihak eksekutif

Penolakan

pantas.
Menolak untuk

Pembeli.
Penguji SIM, Guru

sebagai badan yang

pemberian izin yang

mengeluarkan SIM

mengemudi; Peserta

mengeluarkan izin.

dilakukan secara

apabila tidak disertai

sekolah mengemudi.

ilegal.
Pemberian izin

pembayaran.
Memberi izin ekspor

Pekerja di bidang

secara ilegal.

barang yang

yang bersangkutan,

seharusnya tidak

warga.

diperbolehkan,
setelah menerima
Pemberian prefensi

pembayaran.
Memperoleh lokasi

Pengawas pasar,

dalam memberikan

penjualan yang lebih

calon penjual.

izin atau lokasi.

baik di pasar setelah


membayar sejumlah

Bidanng

Bentuk Korupsi

uang.
Tampak dalam

Perpotongan

Pihak yang terlibat

bentuk
Memperoleh sebuah

Pemberi lisensi,

lisensi setelah

Penerima lisensi.

membayar sejumlah
uang.

Contoh Korupsi yang Terjadi dalam Bidang Perpotongan Legislatif


Bidanng
Perpotongan
Pihak legislatif

Bentuk Korupsi
Memberikan

Tampak dalam
bentuk
Memberikan

Pihak yang terlibat


Anggota parlemen,

sebagai pembuat

pengaruh melalui

sejumlah uang atau

pelobi.

peraturan.

pemberian prestasi

jasa lainnya untuk

tertentu.
Memberi pengaruh

pengambilan suara.
Memberi tekanan

Anggota parlemen,

sengan cara

untuk mengubah

wakil phak eksekutif.

Pihak legislatif

memeras.
Memberi pengaruh

pengambilan suara.
Memberi tekanan

Anggota parlemen,

sebagai mitra pihak

melalui pihak

bujukan melalui

wakil pihak

mitra eksekutif.

eksekutif.

pihak eksekutif untuk eksekutif.


mengubah

Bidanng
Perpotongan
Pihak legislatif

pengambilan suara.
Bujukan untuk

Anggota parlemen,

mengabaikan fungsi

wakil pihak

kontrol.

eksekutif.

Bentuk Korupsi

Tampak dalam

Pihak yang terlibat

(Lihat eksekutif)

bentuk
(Lihat eksekutif)

Anggota parlemen

sebagai pemberi

(selain itu lihat

kerja.
Pihak legislatif

Menjanjikan suatu

Janji pemilu yang

eksekutif).
Kandidat pemilih.

sebagai perkumpulan

prestasi kepada para

menawarkan

politisi yang akan

pemilih.

keuntungan materil.

dipilih.
Pihak legislatif

Memberikan

Praktek pembelian

sebagai pengesah

pengaruh melalui

suara.

anggaran.

pemberian sejumlah

Kandidat pemilih.

uang atau prestasi


tertentu.
Mempengaruhi

Anggota parlemen,

diskusi dan

Pelobi pihak

pengambilan suara

eksekutif.

yang akan
berdampak pada
jatah pengeluaran
pihak eksekutif.

Contoh Korupsi yang Terjadi dalam Bidang Perpotongan Pihak Yudikatif


Bidanng

Bentuk Korupsi

Tampak dalam

Pihak yang terlibat

Perpotongan
Pengadilan sebagai

Memberikan

bentuk
Memberikan

Hakim, Dewan juri,

lembaga yurisdiksi

pengaruh melalui

sejumlah uang atau

partai-partai yang

dalam masalah

pemberian prestasi

jasa tertentu untuk

bertikai, Pelaku.

pidana dan perdata.

tertentu.

mengubah putusan
yang dijatuhkan.

Bidanng

Bentuk Korupsi

Tampak dalam

Perpotongan

Pihak yang terlibat

bentuk
Memberi pengaruh

Memberi tekanan

Hakim, Dewan juri,

melalui ancaman

untuk mengubah

partai-partai yang

atau pemerasan.

putusan.

bertikai, Pelaku

Pengadilan sebagai

Memberi pengaruh

Menjanjikan suatu

Hakim, eksekutif,

lembaga yurisdiksi

melalui pemberian

karir apabila putusan

Legislatif, partai-

dalam masalah pajak, prestasi.

yang dijatuhkan,

partai yang bertikai.

administrasi, pemilu,

diubah.

dan konstitusi.
Memberi pengaruh

Memberi tekanan

Hakim, Eksekutif,

melalui ancaman

untuk mengubah

Legislatif, partai-

Hakim sebagai

atau pemerasan.
Memberikan janji

putusan.
Janji pemilu yang

partai yang bertikai.


Hakim, Pemilih atau

pribadi yang perlu

akan suatu prestasi

berhubungan dengan

Pelantik lainnya.

diangkat atau dipilih.

tertentu kepada

karir.

pemilih atau pelantik.

LANGKAH LANGKAH STRATEGIS DALAM MEMERANGI


KORUPSI
1. Langkah-langkah umum.
Peter Schrorder mengatakan, apabila definisi yang dibuat Klitgaard benar, bahwa
tingkat korupsi sama dengan tingkat monopoli ditambah dengan banyaknya kebijakan /
aturan serta luasnya ruang pengambilan keputusan dikurangi tanggungjawab. Maka
langkah strategis untuk memecahkan permasalahan ini juga dapat ditarik dari rummus
ini.
Berdasarkan rumus ini, monopoli perlu dibatasi, transparasi perlu diwujudkan,
ruang pengambilan keputusan juga harus dibatasi, dan kemungkinan untuk meminta
pertanggung jawaban baik secara politis maupun hukum, perlu diperkuat.
2.

Chek And Balances : Mekanisme Untuk Mengamankan


Tanggung Jawab
Titik berat dalam memerangi korupsi pertama-tama perlu diletakan pada penetapan
institusi-institusi nasional yang kritis. Struktur-struktur ini mencakup sebuah peradilan
yang indipenden, parlemen yang berfungsi dengan benar dan bebas dari pengaruh luar
serta dari tekanan pihak eksekutif dan partai yang berkuasa, pers yang indipenden dan
kritis.

3. Tanggung Jawab Politik


Bentuk pengawasan pertanggung jawaban politik sangat beragam, yaitu :
1. Bentuk yang paling lazim digunakan untuk mengharuskan pihak yang terkait
memberikan pertanggungjawaban adalah melalui pemilu. Dalam sebuah demokrasi
yang melaksanakan pemilu, para warga memiliki metode yang reguler dan terbuka
untuk memberi hukuman atau insentif kepada mereka yang menduduki jabatan dalam
pemerintahan.
2. Sebuah instrumen yang lebih berguna adalah pemikiran bahwa dua cabang harus
saling mengawasi. Namun diberbagai negara seringkali kekuasaan eksekutif dan
legislatif tidak dibedakan atau diatur secara hierarkis. Prinsip yang diterapkan di sini
adalah bahwa kekuasaan harus saling diperhadapkan, sehingga persaingan dan
konflik yang ada melahirkan suatu pengawasan yang timbal balik.
Namun dengan demikian, pihak eksekutif sadar bahwa perilaku mereka seharihari senantiasa berada di bawah pengawasan sebuah institusi yang memiliki kapasitas
dan perangkat yang memadai untuk mengadakan pemeriksaan yang memadai untuk

mengadakan pemeriksaan yang terperinci, dan bukan sekedar berada di bawah


pengawasan periodik para pemilih.

4. Tanggung Jawab Secara Hukum


Dalam sebuah negara yang memiliki konstitusi inilah yang akan mengatur perilaku
badan hukum, institusi dan menerapkan kerangka hukum dan urusan administratif
Ada tiga faktor yang dapat menghambat pengaruh / efektivitas pengawasan hukum
tersebut :
1. Kurangnya independensi peradilan dalam mengambil keputusan.
2. Korupsi yang muncul dalam pengambilan keputusan antara pihak yudikatif dan
eksekutif.
3. Kurangnya respek pihak legislatif terhadap putusan peradilan.

5.

Pembtasan dan Desentralisasi Kekuasaan Pusat


Metode yang pentign untuk membatasi korupsi dalam suatu pemerintahan adalah
membatasi wewenang pemerintah. Apabila keputusan mengenai pembagian barang
persediaan publik terpusat disatu instansi saja, maka disaat stok persediaan barang
menipis, kesempatan untuk korupsi semakin besar. Oleh karena itu perlu diperhatikan
barang persediaan publik senantiasa tersedia bagi semua orang. Hal ini dapat dilakukan
melalui desentralisasi tugas, sehingga ada pembagian yang jelas antara kekuasaan pusat
dan pengemban yang terdesentralisir di daerah.

6. Mekanisme Pengawasan Eksternal.


Keberhasilan implementasi tanggungjawab politik dan hukum membutuhkan
dukungan pengawasan dari orang-orang aparat pemerintahan. Selain itu dibutuhkan
kemungkinan untuk memperoleh akses terhadap informasi dan membicarakannya
secara terbuka. Jadi transparasi dan kebebasan berbicara merupakan prasyarat umum
dalam memerangi korupsi.

7. Masyarakat Sipil
Mekanisme kekuasaan untuk menetapkan tanggung jawab hukum menuntut adanya
suatu masyarakat yang aktif yang beranggotakan pribadi-pribadi, perkumpulan,
perhimpunan, serikat atau kelompok-kelompok lainnya. Untuk itu Negara harus
memberi hak untuk berkumpul dan berserikat, kebebasan berbicara dan menjamin pers.
Kondisi masyarakat sipil, keberanian untuk tampil sebagai anjing penjaga (watchdog)
dan ketidaktaatan sipil seringkali lebih jitu dalam mencegah terjadinya korupsi
dibanding undang-undang.

8. Media yang Independen dan Pers yang Bebas


Akses ke informasi dan sikap kritis terhadap informasi tersebut merupakan
prasyarat bagi media yang terbuka, yang menjadi penjaga tanggungjawab pihak
penguasa dan pihak-pihak yang memerangi korupsi. Tindakan tindakan berikut ini
menjamin pers yang bebas :
1. Undang undang yang menjamin keterbukaan informasi.
2. Penyesuaian pasal-pasal dalam undang-undang yang menyangkut pencemaran
nama baik dan penghinaan, untuk melindungi kebebasan pers dan masyarakat
umum.
3. Meniadakan sensor politik.
4. Standar profesi yang lebih tinggi bagi para wartawan.
5. Mengakhiri diskriminasi yang ditimbulkan oleh larangan dan manipulasi dalam
kritik terorganisir terhadap pemerintah atau partai yang berkuasa.
6. Penetapan standar profesi, independensi dan tanggung jawab karyawan yang
bekerja dalam media pemerintah.
Semua tindakan diambil untuk memperkuat kebebasan pers bermanfaat untuk
meningkatkan transparansi, dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan
untuk mengambil tindakan yang bijaksana.

9. Aksi Pencegahan
Menurut A. Irmanputra Sidin :
1. Pada intinya korupsi bersemayam di bawah rezim kerahasiaan.

2. Sebuah organ negara sebaiknya menerapkan sistem pengawasan penjuru mata


angin, yaitu secara vertikal (atas-bawah dan bawah atas) dan secara
horizontal.
3. Meningkatkan kesejahteraan pegawai organ negara.
4. Perlu meninjau segera regulasi (peraturan) penggunaan anggaran pada level
praktis.
5. Segera membentuk badan pengawas internal untuk mengawasi perilaku organ
negara.
Menurut Mohammad Yasin Kara :
1. Pemberantasan korupsi harus dilakukan oleh sebuah tim yang secara moral
memiliki komitmen sungguh-sungguh untuk memberantas korupssi.
2. Dibalik penanganan kasus koupsi itu ada sistem mafia peradilan yang
berjalan linier dengan upaya pemberantasannya.
3. Melihat dan meneliti ulang tentang mekanisme delik dalam KUHP.
4. Para penegak hukum dan DPR bekerjasama melakukan atau membuat konsep
pemberantasan korupsi yang memadai.
5. Pemerintah dan DPR memberlakukan hukuman mati bagi para koruptor.
6. Langkah rekonsiliasi pemerintah Afrika Selatan mengumumkan sebuah
peraturan yang menjamin kehidupan yang lebih baik bagi para koruptor.
Mereka akan diampuni dosanya dengan sejumlah catatan, yaitu :
Para koruptor akan dikurangi hukumannya 20% bila berani mengaku
disertai bukti-bukti bahwa dirinya telah melakukan korupsi dan
berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya di depan pengadilan
serta mengembalikan uang yang telah dikorupsi dengan disertai bukti

bukti otentik pengadilan.


Bila ada batas waktu yang ditentukan para koruptor tidak melaporkan
dirinya melakukan korupsi jika penyidikan oleh lembaga berwenang
misal KPK menemukan dia korupsi, hukumannya menjadi berlipat

ganda.
Bagi mereka yang mengakui kesalahannya, pemerintah memberi
fasilitas kehidupan yang layak untuk satu periode, satu keturunan
hidup dan keluarganya.

10. Membngun Zona Bebas Korupsi


Saldi Isra mengungkapkan salah satu cara yang patut dipertimbangkan untuk
menghambat laju praktek korupsi ialah dengan membangun zona (jejaring) antikorupsi
di setiap institusi negara. Pembangunan itu didasari bahwa masih ada individu yang

tidak melakukan korupsi. Tapi apabila korupsi sudah meluas, zona bebas korupsi tidak
cukup hanya dibangun di lembaga perwakilan rakyat. Perlu juga jajaran eksekutif dan
pejabat yang terkait dengan proses penegak hukum, misalnya membentuk kaukus
hakim antikorupsi, kaukus jaksa antikorupsi, dan kaukus polisi antikorupsi.

11. Partisipasi Publik


Dalam pandangan Muhtadi, agar pemberantasan korupsi efektif, diperlukan
pemberian ruang yang seluas-luasnya bagi partisipasi publik sebagai kontrol atau
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dalam pengelolaan dana publik.
Partisipasi publik menjadi penting setidaknya karena dua hal, yaitu :
1. Model kemitraan untuk membuka ruang partisipasi
2. Model solidaritas untuk mengonsolidasi suara kelompok komunitas.
3. Model tim kerja stakeholder untuk merumuskan strategi dan mengawasi proses.
4. Model diseminasi informasi untuk medorong daya kritis masyarakat.
Dalam hal partisipasi publik dalam pemberantasan korupsi tidak bisa berdiri
sendiri tanpa didukung setidaknya dua hal, yaitu :
1. Keberadaan undang-undang perlindungan saksi.
2. Pemberian penghargaan bagi individu / mereka yang memberika informasi tentang
adanya kasus-kasus korupsi di semua level pemerintahan.

12. Dengan Magnifikasi Sumpah


Menurut Mochtar Pabottingi, ada cara termudah dan termurah menggerus praktek
korupsi, yaitu Magnifikasi Sumpah. Syaratnya hanyalah imajinasi dan kemauan politik.
Magnifikasi yang dimaksud hanyalah pemberian spesifikasi arah dan gradasi bobot dari
sumpah menurut kebutuhan.
Spesifikasi arah adalah penyebutan kasus secara spesifik dalam sumpah dan
Gradasi bobot ialah penyebutan ganjaran adikodrati yang bersedia dihadapi terdakwa
jika dia sengaja, apalagi terencana, berbohong.
Magnifikasi sumpah baru akan tumpul jika pelaku kejahatan adalah kategori ateis,
agnoistik, atau yang sama sekalai tak percaya pada alam gaib. Mereka ini mungkin bisa
diancam dengan sumpah yang mempertaruhkan kehormatan pribadi dan anak
keturunan.
Tentu saja introduksi acara sumpah dalam bentuk yang sudah di magnifikasi
demikian emerlukan pengesahan konstutisional.

13. Penanganan Korupsi pada Kelas Teri (Petty Coruption)


Menurut Adnan Topan Husodo, dalam memahami bagaimana cara memberantaas
korupsi kelas teri dapat dilihat dari aktor atau pelaku, timbulnya kerugian negara, serta
motif atau tujuan dari korupsi itu sendiri.
Prakteknya dilakukan oleh pegawai rendahan dan tidak berdampak buruk
kerugiannya bagi negara. Hal ini dilaukan oleh tidak mencukupnya kebutuhan hidup
sehari-hari jika mengandalkan penerimaan gaji semata. Dan dampak bagi masyarakat
ialah buruknya kualitas pelayanan yang diberikan birokrasi.

14. Pendidikan Antikorupsi


Dalam pandangan Akhmad Muzaki, seorang kandidat dalam pemilihan umum
harus berani mengambil tindakan, yaitu dengan cara program kebijakan konkret yang
menyentuh kebutuhan riil masyarakat luas, misalnya beranikah kandidat menjamin
tidak ada pungutan liar dalam pengurusan SIM (Surat Izin Mengemudi). Selain itu
seorang kandidat dalam pemilihan umum mesti mengiringi komitmen antikorupsinya
dengan proses pencucian otak. Proses itu dilaksanakan dengan melakukan pendidikan
antikorupsi. Cara melakukannya dengan jalur formal dan informal. Kalau formal
melalui kurikulum pendidikan sekolah. Kalau informal melalui kelompk belajar.
Hasil akhir dari pendidikan antikorupsi adalah pembatasan penyebaran praktek
korupsi sekaligus pencegahan dari proses penyelenggaraan pemerintahan melalui
mekanisme pengawasan dari dan oleh masyarakat.

15. Kampanye Negatif dalam Membongkar Korupsi


Adnan Topan Husodo dalam tulisannya yang lain, yaitu politisasi korupsi dan
pemilihan kepala daerah menawarkan cara yang lain, yang berbeda dari sudut pandang
penjelasan diatas, yaitu denga sudut pandang analisa pada saat kampanye yang
dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Adnan Topan Husodo. Kampanye negatif dengan membongkar kasuskasus korupsi para politikus justru memiliki nilai strategis untuk mengeliminasi
kandidat pejabat publik yang tidak memiliki integritas.
Dalam korupsi elektoral dikenal empat bentuk korupsi, yakni:
1. Pembelian kandidat (candidacy buying) atau pembelian kursi (seat buying);
2. Pembelian pengaruh;
3. Pembelian administrasi elektoral (adminisrtative electoral buying);
4. Pembelian suara (vote buying)
Kampanye negatif juga sekaligus mendorong adanya rasionalitas pemilih dalam
berhadapan dengan elite politik.

Dengan demikian kampanye negatif merupakan sarana efektif untuk menggeser


paradigma masyarakat pemilih dalam kehidupan politik, yakni dari tendensi emosional
menuju rasionalitas pemilih ditandai dengan semakin kritis mereka dalam menentukan
siapa kandidat yang layak untuk jadi pemimpin.

Вам также может понравиться