Вы находитесь на странице: 1из 3

Langkah-langkah untuk memahami dan menikmati puisi adalah sebagai berikut :

1.
Menyingkap judul;
2.
Memahami makna kata-kata kunci;
3.
Mengusut rujukan kata hanti;
4.
Mempelajari konteks penciptaan;
5.
Merumuskan makna utuh.
1.
Menyingkap judul
Judul merupakan identitas atau cap sebuah puisi. Biasanya judul sudah memberikan
gambaran isi sebuah puisi secara garis besar. Mursal Esten mengibaratkan judul sebagai
sebuah lubang kunci untuk menengok makna keseluruhan puisi itu. Bahkan melalui judul
tersebut dapat terbuka makna yang ada dalam sebuah puisi
Untuk menyingkap makna sebuah judul, harus dicari dulu makna lugasnya. Usahakan
memahami makna kata, frase, atau kalimat demi kalimat. Untuk mencari makna judul sebuah
puisi, sebaiknya menggunakan makna baku terlebih dahulu seperti yang ada dalam kamus.
Setelah itu baru mencari makna tambahannya.
2.

a.

b.

c.

3.

4.

Memahami Makna Kata Kunci


Dalam setiap puisi terdapat beberapa kata yang menentukan makna puisi itu. Kata-kata
seperti itu dinamakan kata kunci. Kata kunci adalah kata yang sering diulang penyair dalam
puisinya, misalnya kata yang menunjukan waktu dan tempat, kata-kata asing, atau kata-kata
yang sengaja diberi perhatian khusus oleh penyair dengan memberi garis bawah, mencetak
miring, dan sebagainya.
Makna kata dalam sebuah puisi meliputi makna lugas atau makna leksikal, makna citraan
atau makna imajis, dan makna lambang. Jadi untuk memahami puisi, ketiga makna tersebut
harus diungkapkan
Makna Lugas
Makna lugas adalah sebuah kata, frase, atau kalimat yang maknanya sesuai dengan makna
leksikal atau makna yang terdapat dalam kamus. Dalam puisi-puisi muka, pada umumnya
makna lugas dari kata-kata itu sudah diketahui dengan baik. Namun, ada beberapa kata yang
mungkin perlu di cari maknanya di dalam kamus agar makna kata tersebut bisa di pahami
dengan baik.
Makna Citraan atau Makna Imajis
Dalam memilih sebuah kata, seorang penyairtidak hanya bermaksud menyampaikan makna
lugas saja. Lebih dari itu, penyair membentuk citraan atau imaji tertentu pada pikiran
pembacanya. Makna yang ditimbulkan itu disebut makna citraan atau makna imajis.
Makna Lambang
Penyair seringkali memberi beban pada kata tertentu melebihi makna yang biasa dikandung
makna kata tersebut. Dalam puisi, sebuah kata dapat saja merupakan lambang dari sesuatu di
samping memiliki makna yang biasa. Beban tambahan itu disebut makna lambang sebuah
kata. Pembaca harus berupaya untuk menyingkapkan makna lambang sebuah kata dalam
puisi dengan beberapa kemungkinan yang ada.
Mengusut Rujukan Kata Ganti
Penyair sering menggunaka kata ganti, kata penyapa, atau nama seseorang dalam puisinya.
Penggunaan kata-kata tersebut sering secara tiba-tiba, tanpa diberi tahu siapa yang dirujuk
dengan kata-kata tersebut. Pembaca puisi harus berusaha mengusut rujukan yang dimaksud
penyair dengan kata-kata itu.
Mempelajari Konteks Penciptaan

Kadang-kadang untuk memahami puisi tidak cukup hanya dengan membaca apa yang
tersurat dalam puisi, tetapi juga perlu mempelajari hal-hal yang berada di luar puisi tersebut.
Hal-hal tersebut misalnya penyair, riwayat hidup penyair, pandangan hidup penyair, latar
belakang penciptaan, situasi ketika puisi itu diciptakan, dan sebagainya. Semua itu disebut
dengan konteks penciptaan.
5.
Merumuskan Makna Utuh
Makna utuh sebuah puisi adalah makna keseluruhan dari puisi itu, baik makna tersurat,
tersirat, maupun yang berkaitan dengankonteks penciptaannya. Untuk merumuskan makna
utuh dalam sebuah puisi, diperlukan makna lugas, citraan, lambang, dan konteks penciptaan
puisi itu. Setelah itu baru menentukan sikap terhadap makna utuh atau pengalaman penyair.
Dengan memahami sebuah puisi berarti kita telah mencoba memahami perasaan, pikiran, dan
gagasan orang lain (penyair) yang dituangkan secara khas. Tanpa disadari, pengalaman dan
wawasan bertambah. Dengan bertambahnya pengalaman dan wawasan itu terasa ada
kepuasan batin karena telah dapat mengambil hikmah dari pengalaman orang lain
Salah satu cara untuk memahami puisi adalah dengan melakukan analisis terhadap isi puisi.
Terdapat beberapa tahap untuk memahami puisi dengan melakukan analisis isi puisi. Pertama,
aspek bunyi. Sebuah puisi akan bermakna jika dibaca oleh karena itu memahami aspek rima,
irama, jeda, nada, dan intonasi pembacaan merupakan langkah awal untuk memahami isi
puisi. Perhatikan perulangan-perulangan yang digunakan, permainan vokal-konsonan dalam
puisi, penekanan pada kata tertentu, sajak-sajak serta unsur-unsur bunyi yang lainnya.
Kedua, aspek kata. Salah satu definisi puisi menyebutkan bahwa puisi merupakan pola
permainan kata yang terkandung makna di dalamnya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa
aspek utama dalam sebuah puisi adalah rangkaian kata. Lakukan pemahaman terhadap makna
kata per kata yang dilanjutkan dengan pemahaman rangkaian kata yang membentuk bait.
Apakah sebuah kata akan memiliki perbedaan makna setelah terangkai dalam sebuah bait
puisi? Ataukah masih memiliki makna yang sama? Adakah pengaruh dari rangkaian kata
sebelumnya pada makna kata atau rangkaian kata selanjutnya? Pertanyaan-pertanyaan
seperti itulah yang pada akhirnya mampu memberikan pemahaman pada isi puisi.
Ketiga, aspek intrinsik puisi. Pemahaman terhadap aspek intrinsik puisi sangat membantu
pemahaman terhadap isi puisi. Dalam aspek intrinsik puisi memuat objek-objek yang
dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Objek yang dikemukakan dalam hal ini
memuat hal-hal yang diangkat pengarang dalam puisinya, misalnya perahu, bulan, air laut,
kehidupan dan banyak lagi objek lain yang digunakan. Latar , sama halnya dengan prosa,
memuat latar tempat dan waktu. Pelaku, dalam hal ini juga memuat pelaku yang dimunculkan
dalam puisi, misalnya si aku atau tokoh yang lain. Pada puisi Teratai karya Sanusi Pane
diperuntukkan
pada
tokoh
pendidikan
Ki
Hajar
Dewantara.
Keempat, pemaknaan secara implisit. Pada tahap ini pemaknaan dilakukan secara
menyeluruh sehingga terangkai sebuah cerita, kisah, peristiwa, atau yang lainnya. Perhatikan
puisi berikut.
Puisi Cintaku Jauh di Pulau
Memaknai dan Memahami Puisi Cintaku Jauh Di Pulau
Bait pertama, menggambarkan sang kekasih nun jauh di sana. Bait kedua, menggambarkan
tentang kebahagian namun terdapat kegelisahan di akhir bait. Bait ketiga, awal bait

menggambarkan segalanya berjalan dengan baik dan lancar, namun di akhir bait kegelisahan
(pada akhir bait kedua) terjadi yaitu panggilan yang kuasa. Di bait keempat dan kelima
menggambarkan kegagalan si aku untuk mencapai cita-citanya (bertemu sang gadis)
meskipun segala daya dan upaya telah dilakukan (Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu
yang
bersama
kan
merapuh!).
Kelima, tahap perenungan. Pada tahap ini pembaca dituntut untuk melakukan penyimpulan
dan perenungan terhadap isi puisi secara menyeluruh tentang makna sebuah puisi. Makna
yang terkandung pada puisi di atas bisa dinyatakan sebagai kegagalan menemui sang kekasih
setelah sekian lama melakukan perjalanan panjang ternyata harus terhalangi oleh kematian.

Вам также может понравиться