Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Luh Eling Rispayani
NIM.12060140029
Di Ruang
fungsi ginjal
ginjal
menyebabkan
Renal
yang
Failure) merupakan
progresif
kemampuan
gangguan
dan irreversible,
tubuh
gagal
yang
untuk
Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam
sistemik (SLE),
poli
arteritis
nodosa,
DM,
gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik,
nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
1.1.3
Klasifikasi
Cronic Kidney Disease (CKD) pada dasarnya pengelolaan tidak jauh
beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD
lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan pada kasus secara dini,
karena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa
masih dalam stage- stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD untuk
menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (Clearance
Creatinin Test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF
(Cronic Renal Failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunak
istilah CRF.
1. Gagal ginjal kronik/ Cronic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium:
Stadium I :
Penurunan cadangan ginjal
Kreatin serumdan kadar BUN normal
Asimptomatik
Tes beban kerja pada ginjal : pemekatan kemih, tes GFR
dan Bare (2001), Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai
fungsi system tubuh yaitu :
1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal
jantung kongestif, perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi
pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen
gatal-gatal
hebat
kelemahan
dan
keletihan,
penurunan
9. Manifestasi
pada
system
imun
yaitu
penurunan
jumlah
Patofisilogi
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab
yaitu infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan
GFR (Glomelular Filtration Rate) dan menyebabkan CKD (cronic kidney
disease), yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan
dan fungsi non-eksresi. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak
timbunan
Sekresi
muntah
dan
muntah
tidak
dapat
penurunan jumlah
fosfat
serum,
dan
sebaliknya,
kadar
serum
Gambar
1.
Letak
ginjal
Anatomi ginjal menurut price dan Wilson (2005) dan Smletzer dan
Bare (2001), ginjal merupakan organ berbentuk
terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub
atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri
terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak
yang tebal agar terlindung dari trauma langsung, disebelah posterior
dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukuran
normal biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena dua
pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katub
bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai
kapsula renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen
dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut
dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap
ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena
renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali kedalam vena kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm
(4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan
beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas
dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi
lateral ginjal berbentk cekung karena adanya hilus. Gambar anatomi ginjal
dilihat
melalui
potongan
longitudinal,
ginjal terbagi
menjadi dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam.
Medulla terbagi-bagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piranidpiramid
ke dalam
perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu
membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis ginjal. Gambar
penampang ginjal dapat dilihat pada gambar. 3
atau
kaki- kaki
yang
dikenal
sebagai
pedosit,
yang
peritubular.
vena
menuju
vena
intelobaris
dan
vena
renalis
selanjutnya mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar
1.200 ml permenit atau 20%-25% curah jantung (1.500 ml/menit).
b. Fisiologi ginjal
1. Fungsi ginjal
Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai
macam fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi
ekskresi diantaranya adalah :
a. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
pH
plasma
sekitar
7,4
dengan
mengeluarkan
eritropoetin
sebagai
faktor
penting
dalam
oleh
tubulus
dan
diekresikan
kedalam
urine
glukosa, ureum,
otot
polos
meningkatkan
pelelepasan
natrium
angiotensinogen
menjadi
angiotensin
II
ditemukan
meningkatkan
dalam kapiler
tekanan
darah
paru-paru.
melalui
efek
tubulus
peningkatan
distal
reabsorbsi
dan
duktus
natrium
pengumpul
selanjutnya
mengakibatkan
peningkatan
1.1.6
Zat toksik
2.
Tertimbun Ginjal
Retensi urin
Nyeri pinggang
Hematuria
GGK
Anemia
Sekresi protein terganggu
Retensi Na
Sindrom uremia
Neusea vomitus
Iritasi lambung
Perpospatemia
Pruritis
Edema
Pre load naik
Resiko infeksi
Resiko perdarahan
Produksi Hb turun
Gangguan nutrisi
Oksihemoglobin turun
Suplai O2 kasar turun
Gastritis
3.
Mual,4.muntah
Hematemesel Melena
Anemia
5.
kseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6.
Keletihan
COP turun
7.
8.
9.
Aliran darah ginjal turun Suplai O2 turun Suplai O2 ke otak turun
Kapiler paru naik
10.
Metabolisme anaerob
Syncope (kehilangan kesadaran) Edema paru
11.
RAA turun
Asam laktat naik
12.
Retensi Na dan H2O
13.
Fatigue nyeri sendi
14.
Kelebihan Volume cairan Nyeri
15.
16.
17.
18.
1.1.7
Pemeriksaan Peunjang
a. Laboratorium
1) Urine lengkap
2) Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED,
Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein
total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt,
alkali
fosfatase,
kalsium,
fosfor,
kalium,
natrium,
urat,
Hbs
Ag,
antiHCV,
astrup:pH/P02/pC02/HCO3
3) Biasanya
dapat
ditemukan
anti
HIV,
adanya:
CRP,
anemia,
ukuran
korteks,
gambaran
keadaan
1.1.8 Komplikasi
21.
akibat
penurunan
eksresi,
asidosis
oleh
toksin
hemodialisis.
e. Penyakit tulang
retensi
fosfat,
serta
metastatic
akibat
untuk
mengatasi
penyakit
gagal
ginjal
1.
25.
28.
d. Hiperkalemia
diatasi
dengan
Kayexalate,
Natrium
Polisteren Sulfanat.
29.
30.
31.
32.
33.
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2. Pengkajian
a. Biodata
34. Biasanya
berisikan
nama,
umur,
jenis
kelamin,
uremia
yang
pasien
penderita
gagal
ginjal
kronis
yang
sering
merupakan
bagian
dari
komunikasi,
memberikan
hasil
pendidikan
yang
dan
berbeda.
evaluasi
dapat
Pasien
harus
dapat
terjadi
selama
hemodialisis
dan
persepsi
yang
negatif
dan
cendrung
tidak
lama
b. Nutrisi
41. Biasanya
sehubungan
terjadi
dengan
penurunan
keluhan
mual
nafsu
makan
muntah
akibat
limbah
meminimalkan
nitrogen
gejala,
dan
mual
dengan
muntah.
demikian
(Brunner
&
yang
mengurangi
diperlukan
waktu
yang
untuk
terapi
tersedia
dialisis
untuk
akan
melakukan
akibat
keluhan-keluhan
sehubungan
dengan
urine
di
oragan
reproduksi
sehingga
menyebabkan
mempertahankan
pekerjaan,
dorongan
seksual
yang
dialami
pasien
yang
pertama
kali
dilakukan
mata
apakah
simetris
atau
tidak,
63. Lihat
kesimetrisan
hidung,
wanra
kulit
hidung,
bentuk
abdomen
apakah
membusung
atau
digerakan
),
burning
feet
syndrom
rasa
5. Diagnosa Keperawatan
78.
81.
d. Resiko
penurunan
curah
jantung
berhubungan
86.
87.
6. Intervensi
88.
89. 90.
Diagno
N
sa
Keperawatan
93. 94.
Pola
1
Nafas tidak
efektif
95.
96.
Definisi
:
Pertukaran
udara inspirasi
dan/atau
ekspirasi tidak
91.
Tuj
uan dan
criteria
Hasil
102.
NO
C:
Respiratory
status
:
Ventilation
Respiratory
status
:
Airway
patency
Vital
sign
Status
92.
i
Intervens
104.
NIC :
105.
Airway
Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
adekuat
97.
98.
Batasan
karakteristik :
Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan
pertukaran udara
per menit
Menggunakan otot
pernafasan
tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan
penyimpangan
dada
Nafas pendek
Assumption of 3point position
Pernafasan pursedlip
Tahap
ekspirasi
berlangsung sangat
lama
Peningkatan
diameter anteriorposterior
103.
Kri
teria
Hasil :
Mendemons
trasikan
batuk
efektif dan
suara nafas
yang
bersih,
tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluark
an sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,
tidak
ada
pursed lips)
Menunjukka
n
jalan
nafas yang
paten (klien
tidak
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan
nafas
buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret
dengan
batuk
atau suction
Auskultasi suara
nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
106.
Pernafasan
ratarata/minimal
B
ayi : < 25 atau
> 60
U
sia 1-4 : < 20
atau > 30
U
sia 5-14 : < 14
atau > 25
U
sia > 14 : < 11
atau > 24
Kedalaman
pernafasan
D
ewasa volume
tidalnya 500 ml
saat istirahat
B
ayi
volume
tidalnya
6-8
ml/Kg
Timing rasio
Penurunan
kapasitas vital
99.
100.
Faktor
yang
berhubungan :
dalam
rentang
normal,
tidak
ada
suara nafas
abnormal)
Tanda Tanda
vital dalam
rentang
normal
(tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
107. Terapi
Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung
dan
secret trakea
Pertahankan
jalan nafas yang
paten
Atur
peralatan
oksigenasi
Monitor
aliran
oksigen
Pertahankan
posisi pasien
Onservasi
adanya
tanda
tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
108.
109.
110. Vital
sign
Monitoring
Monitor
TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor
VS
saat
pasien
Hiperventilas
i
Deformitas
tulang
Kelainan
bentuk
dinding dada
Penurunan
energi/kelela
han
Perusakan/p
elemahan
muskuloskeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan
otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskul
er
Kerusakan
persepsi/kog
nitif
Perlukaan
pada
jaringan
syaraf tulang
belakang
berbaring,
duduk,
atau
berdiri
Auskultasi TD
pada
kedua
lengan
dan
bandingkan
Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah
aktivitas
Monitor
kualitas
dari
nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor suara
paru
Monitor
pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna,
dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis perifer
Monitor
adanya
cushing
triad
Imaturitas
Neurologis
101.
-
111. 112.
Kelebih
118.
NO
2
an
Volume
C:
Cairan
Electrolit
113.
and
acid
114.
Definisi
base
:
Retensi
balance
cairan
Fluid
isotomik
balance
meningkat
Hydration
115.
Batasa
119.
n
120.
Kri
karakteristik
teria
:
Hasil:
- Berat badan Terbebas
meningkat
dari edema,
pada waktu
efusi,
yang singkat
anaskara
- Asupan
Bunyi nafas
berlebihan
bersih, tidak
dibanding
ada
output
dyspneu/ort
- Tekanan
opneu
darah
Terbebas
berubah,
dari distensi
tekanan
vena
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign
122. NIC :
123. Fluid
management
Timbang
popok/pembalut
jika diperlukan
Pertahankan
catatan
intake
dan output yang
akurat
Pasang
urin
kateter
jika
diperlukan
Monitor hasil lAb
yang
sesuai
dengan
retensi
cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas
urin )
Monitor
status
hemodinamik
termasuk
CVP,
MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign
arteri
pulmonalis
berubah,
peningkatan
CVP
Distensi
vena
jugularis
Perubahan
pada
pola
nafas,
dyspnoe/ses
ak
nafas,
orthopnoe,
suara nafas
abnormal
(Rales atau
crakles),
kongestikem
acetan paru,
pleural
effusion
Hb
dan
hematokrit
menurun,
perubahan
elektrolit,
khususnya
perubahan
berat jenis
Suara
jantung SIII
Reflek
hepatojugula
jugularis,
Monitor indikasi
reflek
retensi
/
hepatojugul
kelebihan cairan
ar (+)
(cracles, CVP ,
Me
edema, distensi
melihara
vena
leher,
tekanan
asites)
vena
Kaji lokasi dan
sentral,
luas edema
tekanan
Monitor masukan
kapiler
makanan / cairan
paru,
dan hitung intake
output
kalori harian
jantung dan Monitor
status
vital
sign
nutrisi
dalam
Berikan diuretik
batas
sesuai interuksi
normal
Batasi masukan
Ter
cairan
pada
bebas dari
keadaan
kelelahan,
hiponatrermi
kecemasan
dilusi
dengan
atau
serum Na < 130
kebingunga
mEq/l
n
Kolaborasi dokter
Me
jika tanda cairan
njelaskanin
berlebih muncul
dikator
memburuk
kelebihan
124.
cairan
125. Fluid
121.
Monitoring
Tentukan
riwayat
jumlah
r positif
- Oliguria,
azotemia
- Perubahan
status
mental,
kegelisahan,
kecemasan
116.
117.
Faktorfaktor yang
berhubungan
:
- Mekanisme
pengaturan
melemah
- Asupan
cairan
berlebihan
- Asupan
natrium
berlebihan
126. 127.
Ketidak
3
seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
128.
129.
Definisi
:
Intake
nutrisi tidak
cukup untuk
keperluan
metabolisme
tubuh.
130.
131.
Batasa
n
136.
NO
C:
Nutritional
Status
:
food
and
Fluid Intake
137.
Kri
teria
Hasil :
Adanya
peningkata
n
berat
badan
sesuai
dengan
tujuan
Berat
infasif
Catat
secara
akutar intake dan
output
Monitor
adanya distensi
leher,
rinchi,
eodem
perifer
dan penambahan
BB
Monitor tanda
dan gejala dari
odema
Beri obat yang
dapat
meningkatkan
output urin
138.
Nutritio
n
Management
Kaji
adanya
alergi makanan
Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
karakteristik
:
Berat badan
20 % atau lebih
di bawah ideal
Dilaporkan
adanya
intake
makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended
Daily Allowance)
Membran
mukosa
dan
konjungtiva
pucat
Kelemahan
otot
yang
digunakan untuk
menelan/mengu
nyah
Luka,
inflamasi
pada
rongga mulut
Mudah
merasa
kenyang, sesaat
setelah
mengunyah
makanan
Dilaporkan
atau
fakta
adanya
kekurangan
makanan
badan ideal
sesuai
dengan
tinggi
badan
Mampu
mengidenti
fikasi
kebutuhan
nutrisi
Tidak
ada
tanda tanda
malnutrisi
Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan yang
berarti
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin C
Berikan substansi
gula
Yakinkan
diet
yang
dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
yang
terpilih
(
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
catatan makanan
harian.
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Dilaporkan
adanya
perubahan
sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampua
n
untuk
mengunyah
makanan
Miskonsepsi
Kehilangan
BB
dengan
makanan cukup
Keengganan
untuk makan
Kram
pada
abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
dengan
atau
tanpa patologi
Kurang berminat
terhadap
makanan
Pembuluh darah
kapiler
mulai
rapuh
Diare dan atau
steatorrhea
Kehilangan
rambut
yang
cukup
banyak
(rontok)
Suara
usus
139.
Nutritio
n Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang
biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak
atau
orangtua selama
makan
Monitor
lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan
tidak
selama
jam
makan
Monitor
kulit
kering
dan
perubahan
pigmentasi
Monitor
turgor
kulit
Monitor
kekeringan,
rambut
kusam,
dan mudah patah
Monitor mual dan
hiperaktif
Kurangnya
informasi,
misinformasi
132.
133.
Faktorfaktor yang
berhubungan
:
134.
Ketidak
mampuan
pemasukan
atau
mencerna
makanan
atau
mengabsorp
si zat-zat gizi
berhubungan
dengan
faktor
biologis,
psikologis
atau
ekonomi.
135.
141. 142.
Ganggua
n Pertukaran gas
4
143.
144.
Definisi
169.
C:
NO
Respiratory
Status : Gas
exchange
muntah
Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor
pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor
kalori
dan
intake
nuntrisi
Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
140.
171.
NIC :
172.
Airway
Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
: Kelebihan atau
kekurangan
dalam
oksigenasi dan
atau
pengeluaran
karbondioksida
di dalam
membran
kapiler alveoli
145.
146.
Batasan
karakteristik :
147.
Gangguan
penglihatan
148.
Penurunan CO2
149.
Takikardi
150.
Hiperkapnia
151.
Keletihan
152.
somnolen
153.
Iritabilitas
Respiratory
Status
:
ventilation
Vital
Sign
Status
170.
Krit
eria Hasil :
Mendemonstr
asikan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi
yang adekuat
Memelihara
kebersihan
paru paru dan
bebas
dari
tanda tanda
distress
pernafasan
Mendemonst
rasikan batuk
efektif dan
suara nafas
yang bersih,
tidak
ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarka
n
sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah, tidak
ada pursed
lips)
Tanda tanda
154.
Hypoxia
vital dalam
rentang
normal
155.
kebingungan
156.
Dyspnoe
157.
nasal
faring
158.
AGD
Normal
159.
sianosis
160.
warna
kulit abnormal
(pucat,
kehitaman)
161.
Hipoksemia
162.
hiperkarbia
163.
sakit
kepala ketika
bangun
164.
frekuen
si dan
kedalaman nafas
abnormal
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi
suara
nafas,
catat
area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya
175.
165.
166.
Faktor
faktor yang
berhubungan :
167.
ketidakseimban
gan perfusi
ventilasi
168.
perubahan
membran
kapiler-alveolar
176. 177.
K
5
erusakan
integritas
kulit
178.
179.
De finisi
: Perubahan
pada
epider mis
dan der mis
180.
181.
Batasa
n
- Gan g g uan
pada ba gian
tubuh
- Kerusakan
lapisa
kulit
(der mis)
- Gan g g uan
187.
NO
C : Tissue
Integrity :
Skin and
Mucous
Membran
es
188.
Kri
teria
Hasil :
Integrita
s
kulit
yang
baik bisa
dipertah
ankan
(sensasi,
elastisita
s,
tempera
189.
NIC
:
Pressure
Management
Anjurkan
pasien
untuk
menggunakan
pakaian yang
longgar
Hindari
kerutan padaa
tempat tidur
Jaga
kebersihan
kulit agar tetap
bersih
dan
kering
Mobilisasi
pasien
(ubah
posisi pasien)
setiap dua jam
per m ukaan
kulit
(epider mis)
182.
Faktor
yang
berhubun gan
183.
Ekster
nal :
Hiperter mia
atau hipoter mia
Substansi ki mia
Kele mbaban
udara
Faktor m ekanik
( misaln ya : alat
yang
dapat
m e ni m b ulkan
luka, tekanan,
restraint)
Im mobilitas
Radiasi
Usia
yang
Kele mbaban
O bat - obatan
184.
Interna
l:
Perubahan
status
Tulan g
De fisit
Faktor
yang
berhubun gan
den gan
perke mban gan
tur,
hidrasi,
pigment
asi)
Tidak
ada
luka/lesi
pada
kulit
Perfusi
jaringan
baik
Menunju
kkan
pemaha
man
dalam
proses
perbaika
n
kulit
dan
menceg
ah
terjadiny
a sedera
berulang
Mampu
melindu
ngi kulit
dan
memper
tahanka
n
kelemba
sekali
Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan
Oleskan lotion
atau
minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
Monitor
aktivitas
dan
mobilisasi
pasien
Monitor status
nutrisi pasien
pasien dengan
sabun dan air
hangat
Perubahan
sensasi
- Perubahan
status
nutrisi
(obesitas,
- Perubahan
status cairan
- Perubahan
pi g me ntasi
- Perubahan
sirkulasi
185.
P
erubahan
tur gor
(elastisitas
kulit)
186.
190. 191.
Intoler
6
ansi aktivitas
b/d
imbalance
suplai
oksigen
dengan
kebutuhan
-
ban kulit
dan
perawat
an alami
192.
NO
C:
Energy
conserva
tion
Self Care
: ADLs
193.
Kri
teria
Hasil :
Berpartis
ipasi
dalam
aktivitas
fisik
tanpa
disertai
194. NIC :
195. Energy
Management
196. Activity
Therapy
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalammerencana
kan
progran
terapi
yang
tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas
yang
mampu
peningk
atan
tekanan
darah,
nadi dan
RR
Mampu
melakuk
an
aktivitas
sehari
hari
(ADLs)
secara
mandiri
dilakukan
Bantu
untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi
dan
social
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber
yang
diperlukan untuk
aktivitas
yang
diinginkan
Bantu
untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti
kursi
roda, krek
Bantu
untu
mengidentifikasi
aktivitas
yang
disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan
diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
197. 198.
Resiko
5
Infeksi
199.
200.
De finisi
:
Penin gkatan
resiko
m asukn ya
or ganisme
pato gen
201.
202.
Faktorfaktor
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
pen getahuan
untuk
m e n g hindari
paparan
- Trau ma
203.
NO
C:
Immune
Status
Knowledg
e
:
Infection
control
Risk
control
204.
Kri
teria
Hasil :
Klie
n
bebas
dari tanda
dan gejala
infeksi
Me
ndeskripsi
kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu
pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor
respon
fisik,
emosi,
social
dan
spiritual
206.
NIC :
207.
Infectio
n
Control
(Kontrol
infeksi)
Bersihkan
lingkungan
setelah
dipakai
pasien lain
Pertahankan
teknik isolasi
Batasi
pengunjung bila
perlu
Instruksikan pada
pengunjung
untuk
mencuci
tangan
saat
berkunjung dan
setelah
Kerusakan
jarin gan
dan
penin gkatan
paparan
lin gkun gan
Ruptur
m e m b ran
A ge n
far masi
(i mu nosupresa
Malnutrisi
Penin gkatan
paparan
lin gkun gan
pato gen
Imonusupresi
Ketidakadekuat
an
i mu m
Tidak adekuat
pertahanan
sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan
respon
Tidak adekuat
pertahanan
tubuh
pri mer
(kulit
tidak
utuh,
trau ma
jarin gan,
penurunan
kerja
silia,
cairan
tubuh
statis,
perubahan
Pen yakit kronik
kan
proses
penularan
penyakit,
factor
yang
mempeng
aruhi
penularan
serta
penatalak
sanaanny
a,
Me
nunjukkan
kemampu
an untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
Jum
lah
leukosit
dalam
batas
normal
Me
nunjukkan
perilaku
hidup
sehat
205.
berkunjung
meninggalkan
pasien
Gunakan sabun
antimikrobia
untuk
cuci
tangan
Cuci
tangan
setiap
sebelum
dan
sesudah
tindakan
kperawtan
Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan
aseptik
selama
pemasangan alat
Ganti letak IV
perifer dan line
central
dan
dressing
sesuai
dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
Tingktkan intake
nutrisi
Berikan
terapi
antibiotik
bila
perlu
208.
209.
Infectio
n Protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
Monitor
tanda
dan gejala infeksi
sistemik
dan
lokal
Monitor
hitung
granulosit, WBC
Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
Batasi
pengunjung
Saring
pengunjung
terhadap
penyakit menular
Partahankan
teknik
aspesis
pada pasien yang
beresiko
Pertahankan
teknik isolasi k/p
Berikan
perawatan kuliat
pada
area
epidema
Inspeksi kulit dan
membran
mukosa terhadap
kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi
kondisi
luka
/
insisi
bedah
Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan
pasien
untuk
minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan
pasien
dan
keluarga
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan
cara
menghindari
infeksi
Laporkan
kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif
210.
211.
212.
213.
214.
215.
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
216.
Implementasi
dilakukan
sesuai
dengan
234.
Daftra Pustaka
235.
236.
237.
Carpenito.
2001. Rencana
Asuhan
&
Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif.
Jakarta: EGC
238.
239.
240.
241.
242.
Carpenito.
2001. Rencana
Asuhan
&
Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif.
Jakarta: EGC
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.