Вы находитесь на странице: 1из 3

Simbiosis antara Jamur dan Serangga

Interaksi jamur / fungi dengan serangga sudah ada sejak periode awal
kretaseous. Fosil Paleoophiocordyceps coccophagus yang merupakan fungi
parasit pada serangga ditemukan pada periode tersebut sepereti terlihat dalam
gambar 1. Fosil tersebut merupakan bukti bahwa adanya interaksi fungi dengan
serangga yang telah terjadi pada masa lalu. Interaksi parasitisme fungi dengan
serangga pernah diteliti oleh Frouz and Novkov (2001) dengan menggunakan
Trichoderma sp. dan Absidia cylindrospora yang diinfeksikan ke lalat (Lycoriella
ingenua). Hasilnya serangga tersebut terjebak oleh miselium fungi (Tamam, B.
2016).

Gambar 1. Gambar Paleoophiocordyceps coccophagus yang bersifat parasit pada


serangga.

Selain bersifat parasit, beberapa fungi memiliki interaksi dengan serangga


secara mutualisme. Banyak serangga memiliki hubungan simbiosis mutualisme
dengan beberapa jenis jamur seperti Semut dan rayap menumbuhkan jamur di
bawah tanah kebun jamur yang mereka ciptakan. Ketika semut atau rayap
makan makanan besar dari kayu atau daun, mereka juga makan beberapa jamur
dari kebun mereka. Jamur membantu mereka mencerna kayu atau daun. Contoh
selanjutnya Kumbang ambrosia hidup di kulit pohon. Seperti halnya semut dan
rayap, mereka menumbuhkan jamur di dalam kulit pohon dan menggunakannya
untuk membantu mencerna makanan mereka. Sistem simbiosis semut dan rayap
dengan fungi tersebut memiliki keuntungan bagi kedua pihak. Pada umumnya
semut memiliki sistem pertanian monokultur yang rentan terhadap patogen. Oleh
karena itu, semut selalu menjaga fungi agar bebas kontaminan, patogen, dan

kompetitor. Manfaat dari kedua organisme yakni fungi memperoleh perlindungan


dari semut dan semut memperoleh nutrisi dari fungi. Simbiosis mutualisme ini
sudah terjadi sekitar 10.000 juta tahun yang lalu dan untuk pengembangan sistem
pertanian diperkirakan terjadi 50 juta tahun yang lalu (Tamam, B. 2016).
Peranan Jamur Sebagai Pengendali Hayati Serangga Hama
Pengendalian hama secara kimiawi banyak menimbulkan masalah, salah
satunya yaitu akumulasi residu pestisida. Pengendalian hama secara biologi relatif
tidak menimbulkan masalah selain menggunakan serangga predator, pengendalian
hama juga dapat menggunakan jamur. Jamur dapat dikatakan lebih potensial
daripada serangga predator karena jamur mempunyai kapasitas reproduksi yang
tinggi, mempunyai waktu generasi pendek, mempunyai aktivitas yang spesifik,
hanya menyerang inang tertentu. Dan mempunyai fase istirahat yang dapat
dipertahankan selama belum ada inang yang sesuai. Adapun kelemahan jamur
sebagai pengendali hayati serangga hama yaitu jamur mungkin tidak membunuh,
tetapi hanya merusak inang saja, jamur lebih banyak mengurangi jumlah inang
daripada menghilangkan inang, Jamur mungkin mengurangi dan menghilangkan
inang dengan perlahan-lahan. Serangan jamur terhadap serangga pada umumnya
dalam stadia larva dan pupa. Cara Masuk Jamur Ke Dalam Tubuh Serangga
sebagai berikut (Yakobus, Y. 2013).
1. Melalui saluran pernafasan, Serangga bernafas dengan trakhea. Trakhea
mempunyai muara pada permukaan tubuh serangga yaitu: spirakel atau
stigma. cara masuk spora melalui saluran pernafasan serangga: mula-mula
spora kapang melekat pada stigma, lalu spora mulai berkecambah, lalu
tumbuh hifa dan masuk ke trakea, lalu terbentuk miselium, dan
menghambat saluran pernafasan serangga, akhirnya serangga pun mati.
2. Melalui saluran pencernaan, cara masuk spora melalui saluran pencernaan
makanan serangga : Serangga makan daun atau biji-bijian yang
terkontaminasi oleh kapang , Spora-spora kapang berkecambah menjadi
hifa dan miselium , Menyumbat saluran pencernaan makanan, lalu
berakhir dengan kematian.

Beberapa contoh kapang parasit pada serangga


1.

Spesies-spesies anggota genus Chytridiomycetes, yaitu: Coelomyces

menyerang larva nyamuk dalam rongga coelom.


2. Jamur membentuk hyphal bodies dalam darah inangnya membunuh
inang.
3. Serangan jamur pada serangga dewasa dilakukan oleh hifa yang tumbuh
melalui sekat-sekat antar ruas tubuh inang.
4. Entomophthora grylli menyerang belalang.
5. E. grylli menyerang belalang, sebagian besar mati pada sore hari sporaspora disebarkan pada tiap saat dimana kelembaban udara cukup.
6. Jamur Entomophtorales dapat tahan hidup di luar inang yang telah mati
terbungkus miselium dalam bentuk sporangia istirahat
7. Beauveria bassiana (Hyphomycetes) menyebabkan penyakit muscardine
pada ulat sutera dengan ciri-ciri: larva mati dengan tubuh keras dengan
selubung berwarna putih serupa mumi putih konidia putih tersebar di
lingkungan dan mengkontaminasi larva lainnya.
8. Metarhizium anisopliae (Hyphomycetes) telah dimanfaatkan sebagai
insektisida dengan nama metaquino
larva mengisap batang tebu.
9. Verticillium lecanii (Hyphomycetes)

untuk

Ceropidae

mengendalikan

(Homoptera)

kutu

pengisap

(Homoptera: Aphididae), hama pada kedelai.


10. Entomophthora musca parasit pada lalat rumah menyelubungi kutikula
lalat yang telah mati menyebarkan konidia ke lingkungan menginfeksi
lalat lain.

Daftar Rujukan
Yakobus, Y.
2013. Tinjauan Pustakan Pathogen Serangga.
(Online),
(http://digilib.unila.ac.id/1083/3/BAB%20II.pdf), diakses tanggal 18
September 2016.
Tamam,

B.
2016.
Simbiosis
Jamur
dan
Serangga.
(Online),
(http://www.generasibiologi.com/2016/03/simbiosis-jamur-danserangga.html). diakses tanggal 18 September 2016

Вам также может понравиться