Вы находитесь на странице: 1из 7

PENGARUH KOMPOS BATURTM TERHADAP PERTUMBUHAN TOMAT (Solanum

lycopersicum) PADA MODEL PENANAMAN HOUSEPOT

Merinda Nur I.1; Walijatul Khasanah1; Wiladatus Sakdiyah1; Dr. Agus Dharmawan M.Si1;
Dr. Sueb M.Kes1
1.
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang
Email: wiladatussakdiyah29@gmail.com
Agus.dharmawan.fmipa@um.ac.id
Sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK
Pembangunan yang terus berkembang di kota Malang menyebabkan berkurangnya lahan
untuk bercocok tanam serta pemenuhan kebutuhan sayur organik bagi masyarakat. Housepot
merupakan pot yang telah didesain untuk penanaman hemat lahan. Kompos Batur merupakan
formulasi kompos yang terdiri dari Bekatul dan Turi. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan pertumbuhan tomat berdasarkan pengggunaan Batur penggunaan kompos Batur
(Bekatul-Turi) terhadap pertumbuhan tanaman tomat pada model penanaman Housepot. Metode
penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor konsentrasi kompos
(K) dengan 3 taraf media yang berbeda serta masing-masing perlakuan diulang 3 kali.

(Batur disebutkan di LT. Blkg)


Kata Kunci: Kompos,Batur, Housepot, Tanaman Tomat

PENDAHULUAN
Pembangunan yang terus berkembang di kota Malang menyebabkan berkurangnya lahan
untuk bercocok tanam serta pemenuhan kebutuhan sayur organik bagi masyarakat. HousepotTM
merupakan pot yang telah didesain untuk penanaman hemat lahan. Pot tersebut terdiri dari 2
jenis tabung yang diameter salah satunya lebih besar dari yang lain. Tabung yang lebih kecil
dilubangi secara teratur dan diletakkan didalam tabung yang besar.

HousepotTM ini dapat

digunakan untuk penanaman sayuran organik di dalam rumah agar lebih mudah dan hemat
tempat, salah satu sayuran yang biasanya digunakan di rumah tangga adalah tomat.
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, sehingga menyebabkan peluang bisnis komoditas ini masih sangat terbuka lebar
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satu daerah yang menjadikan tomat sebagai
komuditas utama adalah Jawa Timur.
Jawa Timur sebagai produsen Tomat terbesar ketiga di Indonesia menjadikan Jawa Timur
sebagai salah satu provinsi sentra produksi tomat. Tahun 2013 sebanyak 25.048 ton atau 39,49%
produksi tomat Provinsi Jawa Timur berasal dari Kabupaten Malang. Kabupaten penghasil tomat
terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Kediri dengan 9.029 ton (14,23%), Kota Batu sebesar
4.937 ton (7,78%), Kab. Lumajang sebesar 3.500 ton (5,52%), Kab. Magetan sebesar 3.472 ton
(5,47%), dan Kabupaten Probolinggo sebesar 2.605 ton (4,11%). Sedangkan kabupaten lainnya
berkontribusi 23,39% (14.839 ton) dari total produksi tomat di Provinsi Jawa Timur (Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, 2014).
Tomat dijadikan komuditas utama oleh Jawa Timur karena memiliki banyak manfaat.
Bhowmik et al. (2012) menyatakan bahwa ekstrak tomat containscarotenoids seperti lycopene,
beta karoten, dan vitamin E, (dikenal sebagai antioksidan yang efektif) untuk menonaktifkan
radikal bebas, dan memperlambat perkembangan aterosklerosis.
Sayuran yang sehat diperoleh dari cara menanam yang sehat pula. Salah satu cara
menanam yang sehat adalah dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik adalah nama
kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi
hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik
dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organic adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah

melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada
kadar haranya;nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila Corganik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai
pembenah tanah organik. Perbaikan tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan
sintesis atau alami, organik atau mineral.
Preap et al. (2002) menyatakan bahwa manfaat dari meningkatnya penggunaan bahan
organik bahwa hal itu dapat membantu untuk memecahkan masalah polusi yang disebabkan oleh
limbah agro-industri. Namun, tanah tidak harus dilihat sebagai tempat pembuangan limbah
organik. Jika terlalu banyakpupuk nitrogen diterapkan, baik dalam bentuk bahan organik atau
pupuk kimia, beberapa kelebihan nitrogen diubah menjadi nitrat, yang berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Berdasarkan penelitian Siavoshi (2011) menunjukkan bahwa pupuk organik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi. Pupuk organik dapat
menjadi suplemen yang lebih baik dari pupuk anorganik untuk menghasilkan pertumbuhan yang
lebih baik dan hasil. Salah satu pupuk yang dapat digunakan sebagai Amelioran adalah pupuk
BaturTM. Pupuk ini berasal dari hasil fermentasi tanaman Turi dan bekatul. Pupuk ini
mengandung banyak Nutrisi yang dapat memperbaiki tanaman.
Nitrogen merupakan hara makro utama yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya
dalam jumlah cukup banyak, agar saat kita melakukan pertanian dapat memberikan hasil yang
bagus maka dari itu diperlukan formulsi pupuk yang kaya kandungan N dan nutrisi lain. Salah
satu bahan yang dapat digunakan untuk formulasi pupuk adalah Sesbania grandiflora yang
memilki N tinggi 10,3%. Turi Putih (Sesbania grandiflora) adalah tanaman legum dan biasa
digunakan sebagai pupuk hijau (Van, 1975). S. grandiflora bersimbiosis secara mutualistik
dengan bakteri Rhizobium pada bintil akar. Rhizobium merupakan bakteri berbentuk batang
bulat yang mampu menfiksasinitrogen dari udara sehingga tanaman

S. grandiflora

memiliki kandungan nutrisi N tinggi .


Kashyap dan Mishra (2012) menyimpulkan Sesbania grandiflora L. dimanfaatkan untuk
obat di Asia Tenggara dan India termasuk persiapan berasal dari akar, kulit kayu, karet, daun,
bunga, dan buah. Dalam Folk Medicine itu terpaksa harus obat cuci perut, diuretik, muntah,

emmenagogue, obat penurun panas, peluruh, dan tonik. Reji dan Alphonse (2013) menambahkan
bahwa senyawa nabati yang diperoleh dari S. grandiflora, antara lain alkaloid, flavonoid,
glikosida, tannin, antrakuinon, steroid, pholobatannins, terpenoid, protein dan karbohidrat.
Bahan lain yang dapat digunakan sebagai formulasi pupuk adalah bekatul. Bekatul adalah
bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji
berbagai tumbuhan serealia sejati, seperti padi, gandum, dan jelai. Istilah bekatul terutama
disematkan kepada padi, karena serealia inilah yang dikenal dalam budaya Nusantara. Namun
demikian, bekatul dapat diperoleh pula dari jagung, gandum, milet, serta jelai.Asal-usul bekatul
secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan
sel terluar yang kaya gizi dari endospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari
sekam. Bekatul padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses pemisahan
bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai penyosohan (polishing) untuk memperpanjang
masa penyimpanan beras, sekaligus memutihkannya(Auliana, 2011). Menurut Herminianto dkk
(2005), bekatul mempunyai kandungan 2,49% air, 8,77% protein (sebagai sumber N), 1,09%
lemak, 1,60 abu (sebagai sumber K), 1,69% serat, dan 84,36% karbohidrat.
EM4 merupaakan bioaktivator yang dapat dengan mudah kita temukan di toko pertanian.
Ada bermacam bioaktivator yang saat ini digunakan, satu dengan yang lainnya memiliki karakter
masing-masing tiap kompos yang dihasilkan. Macam starter berbeda akan memiliki visual yang
berbeda. Budiaman dkk (2010) mengungkapkan bahwa macam starter memiliki visualisasi yang
berbeda. EM4 akan memiliki ciri visual warna kompos coklat hitam, warna pupuk cair coklat
muda, tekstur kompos hancur kasar, dan ada jamur saat panen.
Ber dasarkan latar belakang maka dilakukan peelitian. Tujuan Penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan pertumbuhan tomat berdasarkan pengggunaan Batur dan pengaruh
penggunaan kompos Batur (Bekatul-Turi) terhadap pertumbuhan tanaman tomat pada model
penanaman Housepot
METODE
Penelitian dilakukan pada bulan September 2016 - November 2016 di Laboratorium
Ekologi dan Kebun Biologi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan faktor konsentrasi kompos (K) dengan 5 taraf media yang
berbeda yaitu Tanah (K0), Tanah 75% - kompos 25% (K1), Tanah 50% - kompos 50% (K2),

tanah 25% - kompos 75% (K3), dan kompos 100% (K4). Masing-masing perlakuan diulang 3
kali. Untuk tujuan yang kedua dianalisis dengan uji korelasi antara pemberian pupuk dengan
tingkat pertumbuhan tomat.
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kaleng cat 25 kg, kaleng cat 5 kg, bor
listrik, soldier, baskom, kran dan blender.Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
bekatul, daun turi, kertas millimeter block, lem pipa, pupuk organik, gula dan Em4, tanaman
tomat.
Proses pembuatan kompos dilakukan dengan cara menghancurkan 1kg daun turi hingga
halus lalu mencampurkan dengan 1/2kg gula yang telah dihancurkan kemudian menambahkan
250ml Em4 dan diaduk rata, setelah bahan tercampur rata kemudian dicampur dengan 20 kg
bekatul dan dimasukkan kedalam baskom lalu ditutup rapat dan diberi sedikit lubang udara.
Pengomposan akan memakan waktu selama 1 minggu.
Selanjutnya pembuatan housepotTM yang akan digunakan untuk menanam Tomat.
Menyiapkan alat yang dan bahan yang dibutuhkan. Melubangi kaleng cat 5kg, lalu
memasangkannya ke dalam kaleng cat 25 kg, kemudian melubangi tutup kaleng cat 25kg untuk
tumbuh tanaman setelah itu melobangi bagian bawah kaleng cat 25 kg dan memasang kran untuk
jalan keluarnya air.
Memasukkan pupuk kompos pada bagian lapisan luar dalam pot, kemudian memasukkan
kompos bekatul dan turi pada lapisan dalam pot dan menanam tanaman pada bagian lapisan
dalam pot. Kemudian diamati pertumbuhanya. Tanaman dikatakan berhasil jika tumbuh dengan
baik, warna daun hijau segar, buah banyak, abtang kuat dan tidak layu.
Setelah data didapatkan, sesuai

tujuan 1 dianalisis menggunakan anava untuk

mengetahui perbedaan pertumbuhan tomat berdasarkan konsentrasi pupuk yang berbeda (0 %,


50%, 75%, 100%) Jika data pertumbuhan tomat memenuhi kurva normal melalui uji normalitas
kolmogorov-Smirnov (KS). (tambahkan syarat normal tidaknya untuk anlisis data) Jika data
tidak normal maka diuji dengan kruskal walis jika data memenuhi syarat maka dilanjutkan
dengan uji Anava, dan dilanjutkan dengan uji BNT . dan tujuan 2 dianalisis....... setelah
menggunakan anava untuk mengetahui adanya hubungan antara pertumbuhan tomat dengan
kandungan pupuk kompos dianalisis dengan menggunakan chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ditampilakn gambar dan data sederhana


SIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Auliana, Rizqie. 2011. Manfaat Bekatul Dan Kandungan Gizinya. Artikel. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Bhowmik, Debjit. et.al. (2012). Tomato-A Natural Medicine and Its Health Benefits. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry Vol. 1: 1. ISSN 2278- 4136
Budiaman, I Gusti, dkk. 2010. Pengaruh Jenis Starter, Volume Pelarut, dan Aditif terhadap
Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Pupuk Kompos secara Anaerob.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan Pengembangan Teknologi Kimia
untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN 1693 4393
Duke, J. A. 1983. Handbook of Energy Crops (Sesbaniagrandiflora (L.)Pers. University
Purdue.West Indian pea.Pp 4. (unpulished)
Evans, D. O and P. P. Rotar. 1987. Sesbaniain Agriculture. Westriew Press.London. Pp 192.
Herminianto, dkk. 2005. Proses untuk Pengolahan dan Pengawetan Hasil Samping Industri
Penggilingan Padi. IPB: Bogor.
Kashyap, Suresh., and Mishra, Sanjay. 2012. Phytopharmacology of Indian plant Sesbania
grandiflora L. The Journal of Phytopharmacology Vol. 1: 2
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Preap, V., Zalucki, M.P., and Jhan,G.C. 2002. Effect of nitrogen fertilizer and host plant variety
on fecundity and early instar survival of Nilaparvata lugens (Stl): immediate response.
Proceedings of the 4th International Workshop on Inter-Country Forecasting System and
Management for Planthopper in East Asia. 13-15 November 2002. Guilin China. Published
by Rural Development Administration (RDA) and the Food and Agriculture Organization
(FAO), 163-180, 226.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 2014.
Outlook
Komoditi
Tomat.
(http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/tomat2014.pdf) ISSN 19071507
Serra, S. D., A. B. Serra, T. Ichinohe, T.Harumoto and T. Fujihara. 1996. Amount and
Distribution of Dietery Minerals in Selected Philippine Forages. Faculty of Agriculture,
Shimane University, Matsue-shi, Shiname. Japan, 9 (2) : 139-147.

Siavoshi, Morteza., Nasiri, Alireza., Laware Shankar. 2011. Effect of Organic Fertilizer on
Growth and Yield Components in Rice (Oryza sativa L.) Journal of Agricultural Science
Vol. 3: 3.
Reji, Abbs Fen., Alphonse N. Rexin. 2013. Phytochemical study on Sesbania grandiflora.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 2013, 5(2):196-201

Вам также может понравиться