Вы находитесь на странице: 1из 13

Saham Biasa

Hak-hak yang melekat pada saham biasa


-

Hak untuk memilih pengurus/pengawas (direksi dan komisaris) melalui RUPS


Hak memperoleh dividen melalui RUPS
Hak untuk mengalihkan kepemilikan
Hak untuk mengeluarkan pendapat
Hak untuk memperoleh sisa pembagiaan kekayaan perusahaan bila dilakukan
likuidasi

Klasifikasi saham :
-

Blue chips, saham yang terkenal secara nasional dan memiliki catatan usaha yang
panjang tentang pertumbuhan laba, pembayaran dividen, reputasi manajemen produk

dan jasa serta bermutu serta memiliki kapitalitas relatif besar dan likuid
Growth Stock, saham yang menunjukkan perolehan penghasilan yang lebih cepat dari
rata-rata selama beberapa tahun terakhir dan diharapkan akan menunjukkan tingkat

pertumbuhan laba yang lebih tinggi dalam jangka panjang


Income Stock, saham yang mempunyai pendapatan minimum relative terjamin dari

kinerja perusahaannya
Cylical Stock, saham yang cenderung naik cepat bila keadaan ekonomi membaik dan

jatuh cepat saat ekonomi memburuk


Speculative Stock, saham yang pergerakan harganya cenderung progresif umumnya

berkapitalisasi kecil
Defensive Stock, saham yang lebih stabil dari rata-rata dan memberikan pendapatan
yang aman

Harga saham di bursa merefleksikan informasi yang bersifat historis, kejadian yang telah
diumumkan tapi belum dilaksanakan, dan prediksi atau informasi masa yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
-

Presepsi pasar/calon investor terhadap keadaan fundamental perusahaan


Prospek lingkungan bisnis dan ekonomi global
Keadaan fundamental perusahaan
Alternatif lain yang menarik
Non ekonomi

Keuntungan memiliki saham adalah kita kan mendapatkan capital gain, dividen, anggunan
tambahan dan hak suara dalam RUPS, sedangkan risikonya adalah : capital loss dan risiko
likuidasi.

(2) Obligasi
Obligasi merupakan surat hutang jangka panjang (min 3 tahun) yang diterbitkan oleh
perusahaan, lembaga, pemerintah dengan kewajiban membayar bunga tertentu secara
periodic serta pelunasan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
Macam-macam obligasi yang ada adalah :
-

Straight bond, obligasi dengan jumlah bunga tetap


Serial bond, obligasi yang pelunasannya dilakukan bertahap dan dikaitkan dengan

nomor seri
Sinking fun bond, obligasi yang diterbitkan emiten dimana emiten wajib menyisihkan

sebagian keuntungannya untuk pelunasan obligasi tersebut


Secure bond, obligasi yang dijamin oleh sebagian kekayaan emiten. Yang terdiri dari :
Mortage bond, jaminan berupa tanah, real estate, dan bangunan
Collateral trust bond, jaminan berupa surat-surat berharga
Equipment trust bond, jaminan berupa peralatan
Unsecure bond, obligasi tanpa jaminan
Convertible bond, obligasi yang dapat ditukar atau dikonversi dengan saham biasa
Callable bond, obligasi yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo

Berdasarkan pembayaran bunga obligasi dapat dibagi menjadi :


-

Coupon bond : obilgasi yang bunganya dibayar secara periodik


Zero coupon bond : obligasi yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo

Berdasarkan tingkat bunga obligasi dapat dibedakan menjadi :


-

Obligasi dengan bunga tetap (fixed rate bond)


Obligasi dengan bunga mengambang (floating rate bond)
Obligasi dengan bunga campuran (mixed rate bond)

Berdasarkan tempat penerbitan obligasi terdiri dari :


-

Obligasi domistik, obligasi yang diterbitkan perusahaan/lembaga dalam negeri dan

dijual di dalam negeri


Obligasi asing, obligasi yang diterbitkan perusahaan/lembaga asing pada suatu negara

tertentu dimana obligasi tersebut dipasarkan


Global bond, obligasi yang diterbitkan untuk dapat dipergadangkan dimanapun tanpa
ada keterbatasan tempat penerbitan dan tempat perdagangan

13. 3 Sumber Dana Menurut Jangka Waktunya

13.3.1 Sumber Dana Jangka Pendek


Sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam didalam perusahaan
maksimum satu tahun. Ada beberapa jenis sumber dana jangka pendek yang sering
dipergunakan oleh perusahaan seperti : accrual account, hutang dagang, hutang bank,
commercial paper, factoring, dan lain-lainnya (Sartono;2010)
(1) Accrual Account, adalah merupakan jenis hutang bebas bunga, seperti misalnya
kebiasaan perusahaan membayar gaji karyawan mingguan, atau bulanan. Dengan
demikian dalam neracanya akan tampak rekening upah sebagai hutang gaji yang
belum dibayarkan. Rekening ini akan meningkat secara otomatis jika kegiatan
perusahaan tersebut juga meningkat. Sebelum waktu pembayaran gaji tersebut,
perusahaan dapat menggunakan dana tersebut tanpa biaya bunga, dalam arti bahwa
perusahaan tidak perlu membayar bunga atas hutang gaji.
(2) Hutang Dagang, adalah sumber pembiayaan jangka pendek yang paling besar bagi
perusahaan. Misalnya perusahaan seringkali dapat membeli persediaan yang
diperlukan secara kredit dari perusahaan lain, sebagai contoh misalnya perusahaan
melakukan pembelian setiap hari Rp 1.000.000,00 dengan syarat pembayaran net 30.
Ini berarti bahwa perusahaan dapat membayar pada setiap akhir bulan. Dengan
demikian secara keseluruhan perusahaan akan memiliki hutang dagang sebesar tiga
puluh kali pembelian harian atau sebesar Rp 30.000.000,00.
(3) Hutang Bank, adalah sumber dana jangka pendek yang biasanya dikeluarkan oleh
bank-bank komersial. Biaya hutang jangka pendek ini sangat bervariasi untuk
berbagai peminjam pada suatu waktu tertentu. Secara teoritis tingkat bunga akan
cenderung tinggi bagi peminjam yang berisiko tinggi dan sebaliknya relative rendah
untuk peminjam bonafide. Begitu juga tingkat bunga pinjaman untuk jumlah yang
kecil relatif lebih besar di banding dengan tingkat bunga pinjaman dengan jumlah
yang besar karena biaya tetap yang berkaitan dengan pemrosesan pinjaman ini adalah
sama.
(4) Commercial Paper, satu bentuk promissory note tanpa jaminan yang dikeluarkan oleh
perusahaan besar, profitable dan dijual kepada perusahaan lain seperti asuransi,
pensiun funds, money market mutual funds, dan kepada bank. Commercial paper ini
biasanya jatuh tempo dalam waktu satu hingga Sembilan bulan. Di beberapa negara
maju, commercial paper mendapat penilaian atau ranking dari rating agencies. Setiap
lembaga penilai mendasarkan pada standar penilaian yang berbeda, namun karena

pada umumnya perusahaan yang menjual commercial paper adalah perusahaan yang
solid, maka penilaian biasanya dititik beratkan pada aspek lukuiditas.
(5) Factoring yang sering diterjemahkan dengan anjak piutang. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan No 1251/KMK.013/1998 tanggal 20 Desember 1988,
yang dimaksud dengan perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan harta serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri, di samping penatausahaan penjualan kredit serta penagihan
piutang perusahaan nasabah. Kegiatang factoring bisa dilakukan oleh perusahaan
anjak piutang dan bank. Perusahaan anjak piutang harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan dan berbentuk perseroan atau koperasi. Sedangkan bank jika akan
melakukan pembelian anjak piutang harus melaporkan aktivitasnya kepada Menteri
Keuangan.

13.3.2 Sumber Dana Jangka Menengah


Sumber dana jangka menengah adalah merupakan sumber dana yang tertanam di dalam
perusahaan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Adapun jenis sumber dana jangka
menengah terdiri dari term loan, equipment loan, leasing, modal ventura, dan lain-lain.
(1) Term Loan
Term Loan adalah merupakan salah satu jenis pembiayaan jangka menengah.
Term Loan ini biasanya disediakan oleh bank komersial, perusahaan asuransi, dana
pensiun, lembaga pembiayaan pemerintah dan supplier perlengkapan. Dipandang dari
biaya modalnya, term loan ini memiliki biaya yang lebih rendah daripada modal
saham ataupun obligasi. Hal ini disebabkan karena jika perusahaan harus
mengeluarkan saham atau obligasi, maka harus membayar biaya emisi, pendaftaran,
dan biaya lain yang berkaitan dengan pengeluaran saham atau obligasi. Selain itu
tidak semua perusahaan memenuhi persyaratan untuk menjual saham dan obligasi.
Dengan demikian untuk keperluan dana yang tidak terlalu besar, penjualan saham dan
obligasi ini biayanya terlalu besar.
Dibandingkan dengan jumlah hutang jangka pendek, term loan lebih baik
karena tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran
secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Bagi kreditur jaminan
atas pembayaran secara periodik ini dapa diperjual belikan kepada pihak lain biasanya

lembaga pengumpul piutang. Dalam term loan biasanya perjanjian mensyaratkan


bahwa pokok pinjaman dan bunganya dibayar dengan jumlah yang sama secara
periodik.
(2) Equipment Loan
Equipment Loan adalah pembiayaan yang dipergunakan untuk pengadaan
perlengkapan baru. Equipment Loan biasanya diberikan untuk perlengkapan yang
dengan mudah diperjual belikan, bukan perlengkapan yang terspesilisasi. Peminjam
biasanya menanggung beban lebih tinggi dari harga perlengkapan tersebut dan
selisihnya antara harga perlengkapan dengan beban total merupakan margin of safety
bagi kreditur. Besar kecilnya margin of safety berkisar antara dua puluh hingga tiga
puluh persen dari perlengkapan.
Equipment Loan ini biasanya diberikan oleh bank komersial, penjual
perlengkapan, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan lainnya.
Ada dua instrumen yang dapat dipergunakan untuk membiayai equipment ini yaitu
melalui kontrak penjualan kondisional dan hipotek barang bergerak.
Jika perusahaan menggunakan kontrak penjualan kondisional

untuk

membiayai pembelian perlengkapan, penjual akan menahan sebagian sampai pembeli


melunasi keseluruhan pembayaran sesuai dengan kontrak. Jadi pada saat
perlengkapan dikirim biasanya penjual menerima down payment dan pembeli bersedia
untuk melunasi secara periodik. Pada saat pelunasan berakhir maka penjual akan
menyerahkan perlengkapan yang ditahan atau mungkin surat-surat perlengkapan
tersebut.
Hipotik barang bergerk lebih umum digunakan oleh bank komersial. Hipotik
ini sama halnya dengan pemberian gadai, dimana pemberi pinjaman memiliki atau
menguasai hak gadai atas suatu perlengkapan dan peminjam akan melunasinya untuk
jangka waktu tertentu. Apabila dikemudian hari peminjam gagal untuk membayar
kembali pinjamannya, maka pihak pemberi pinjaman akan menjual perlengkapan
yang ditahan tersebut.
(3) Leasing
Leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut dengan lessor
dan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lessee untuk jangka
waktu tertentu. Salah satu manfaat leasing adalah lessee dapat memanfaatkan aktiva
tersebut tanpa harus memiliki aktiva tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang
dinimati, maka lessee mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebagai sewa

aktiva yang digunakan. Manfaat lain adalah bahwa lessee tidak perlu menanggung
biaya perawatan, pajak, dan asuransi.
Bentuk-bentuk leasing adalah : 1) sale and leaseback, 2) operating leases, dan
3) financial leases. Bentuk yang pertama sale and lease back dimana perusahaan
yang memiliki aktiva seperti tanah, bangunan, dan peralatan pabrik menjual aktiva
tersebut kepada perusahaan lain sekaligus menyewa kembali aktiva tersebut untuk
periode tertentu. Pembeli aktiva tersebut bisa sebuah bank, perusahaan asuransi,
perusahaan leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya aktiva tersebut dijual
dengan harga pasar. Manfaat dari sale and lease back ini adalah penjual atau lessee
menerima pembayaran segera sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke
investasi lain; dan bersama dengan itu lessee masih menggunakan aktiva yang
dijualnya selama jangka waktu perjanjian leasing. Lessee mempunyai kewajiban
membayar secara periodik sebesar harga jual ditambah dengan tingkat keuntungan
yang diisyaratkan lessor.
Bentuk leasing kedua adalah operating lessing yang sering disebut service
leases dan direct leases. Jenis ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus
biaya perawatan yang keseluruhan yang keseluruhannya tercakup dalam pembayaran
leasing. Ciri utama bentuk leasing ini adalah bahwa harga perolehan aktiva tersebut
sebagai objek leasing tidak diamortisasi secara penuh. Dengan kata lain pembayaran
yang diisyaratkan tidak cukup untuk menutup keseluruhan harga perolehan dan biaya
perawatan aktiva. Namun demikian, jangka waktu operating leass ini biasanya lebih
pendek daripada umur ekonomis yang diharapkan. Sehingga lessor berharap dapat
menyewakan kembali kepada pihak lain atau menjual aktiva tersebut untuk menutup
harga perolehan, biaya perawatan dan tingkat keuntungan yang diisyaratkan.
Jenis leasing ketiga adalah financial leasing atau capital leasing. Bentuk
leasing ini berbeda dengan operating leases karena lessor tidak menanggung biaya
perawatan, tidak dapat dibatalkan dan diamortisasikan secara penuh. Dengan
demikian lessor menerima pembayaran sebesar harga perolehan aktiva ditambah
tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Pada umumnya lessee juga harus membayar
pajak dan asuransi aktiva objek leasing tersebut. Perbedaan utama antara financial
leases dengan operating leases adalah bahwa perusahaan memperoleh aktiva yang
baru bukan aktiva yang selama ini digunakan. Sering kali dalam bentuk leasing ini
melibatkan pihak ketiga yaitu pemberi pinjaman. Pihak ketiga ini memberi pinjaman
kepada lessor untuk membeli aktiva misalnya 80% dibiayai dengan hutang sedangkan
selebihnya

dengan modal

sendiri. Sebagai pemilik

aktiva,

lessor berhak

mengalokasikan harga perolehan aktiva sebagai depresiasi. Sementara itu lessor juga
dapat membebankan pembayaran bunga sebagai pengurang pajak.
(4) Modal Ventura
Modal ventura adalah merupakan bentuk pembiayaan penyertaan modal yang
bersifat sementara ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha (PPU). Setelah PPU tersebut
mandiri baik dari segi pasar, pengelolaan serta telah memiliki modal usaha yang
cukup, maka saham PPU yang dimiliki oleh Perusahaan Modal Ventura akan dijual
kembali kepada PPU atau pihak lain.
Karakteristik Modal Ventura
(a) Pembiayaan modal ventura merupakan modal yang disertakan sebagai risk capital
kepada seorang pengusaha individual atau suatu perusahaan yang mempunyai
gagasan, akan tetapi tanpa disertai dengan jaminan seperti halnya pinjaman pada
lembaga perbankan. Dasar utama yang terpenting dalam pembiayaan tersebut
adalah keyakinan atas kemampuan seorang

wirausaha dalam pengelolaan

usahanya, potensi serta prospek usaha dimasa yang akan datang, serta memiliki
arah pengembagan usaha yang jelas.
(b) Pembiayaan oleh Perusahaan Modl Ventura bersifat aktif, artinya Perusahaan
Modal Ventura terlibat atau melibatkan diri dalam kegiatan bisnis yang dibiayai.
Jika perlu Perusahaan Modal Ventura ikut terlibat dalam unsur-unsur manajemen
yang dapat turut menentukan keberhasilan usaha.
(c) Pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan Modal Ventura pada semua sector
serta pada semua tingkatan pertumbuhan usaha tersebut.
(d) Penyertaan modal ini hanya bersifat sementara namun berjangka panjang, berkisar
antara 3-6 tahun. Diharapkan pada kurun waktu tersebut perusahaan yang menjadi
partner (Perusahaan Pasangan Usaha) dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang
diinginkan bersama baik dari segi pasar, pengelolaan, serta keuangan, sehingga
modal ventura dapat menarik diri dari kerjasama tersebut dengan cara menjual
saham PPU yang dimilikinya (diinvestasi).
(e) Keuntungan yang diperoleh perusahaan modal ventura adalah atas dasar bagi hasil
berdasarkan prosentase tertentu dari laba bersih perusahaan, bukanlah bunga atas
modal yang ditanamkan pada perusahaan tersebut.
Pada umumnya jenis pembiayaan Perusahaan Modal Ventura meliputi :
(a) Penyertaan saham langsung, jenis kemitraan ini adalah penyertaan langsung
dalam bentuk saham di Perusahaan Pasangan Usaha (PPU). Syarat dari
pembiayaan ini adalah PPU tersebut sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

hasil yang diterima oleh Perusahaan Modal Ventura adalah dividen. Dividen
tersebut akan ditentukan berdasarkan besarnya keuntungan dalam pembagian
berdasarkan kesepakatan antara para pemegang saham.
(b) Penyertaan saham melalui obligasi konversi, jenis penyertaan ini adalah dalam
bentuk surat hutang atau obligasi yang dapat dikonversikan ke dalam saham yang
dikeluarkan oleh Perusahaan Pasangan Usaha (PPU), bila PPU tidak dapat
memenuhi kewajiban penyelesaian hutang.
(c) Penyertaan partisipasi terbatas (pola bagi hasil), jenis penyertaan ini yang biasa
dikenal dengan menentukan suatu prosentase tertentu dari keuntungan setiap
periode tertentu yang akan diberikan oleh Perusahaan Pasangan Usaha (PPU)
kepada Pengusaha Modal Ventura. Pola hasil ini sudah dikenal dan banyak
diminati oleh beberapa pengusaha kecil.

13.3.3 Sumber Dana Jangka Panjang


Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam dalam perusahaan lebih dari
10 tahun. Terdapat berbagai jenis sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan
seperti misalnya long term debt, saham preferen, dan saham biasa. Utang jangka panjang ini
dapat diperoleh melalui pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi. Obligasi dan
saham preferen merupakan sumber dana dengan memberikan pendapatan yang tetap kepada
pemiliknya, sementara saham biasa merupakan surat berharga dengan memberikan
penghasilan tidak tetap kepada pemegangnya.
(1) Hutang Jangka Panjang, terdapat beberapa alternatif hutang jangka panjang seperti
hutang bank, obligasi, hutang dengan tanpa jaminan, dan hutang jangka panjang yang
dapat diperjual belikan. Hutang jangka panjang atau long term loan adalah suatu
bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia
memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar
secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang jangka panjang
ini dapat diperoleh melalui bank, perusahaan asuransi, atau dapat juga ke dana
pensiun. Hutang jangka panjang ini mempunyai tiga karakteristik yaitu cepat,
fleksibel, dan biaya yang rendah. Ini disebabkan karena pinjaman ini dinegosiasikan
langsung antara peminjam dengan kreditur. Biaya administrasi menjadi relatif kecil,
dan diperlukan adanya persetujuan dengan pengawasan pasar modal seperti halnya
jika perusahaan mengeluarkan obligasi.

(2) Obligasi, yaitu surat tanda hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan sejumlah
tertentu untuk memberikan pendapatan sebesar bunga tertentu. Jatuh tempo obligasi
umumnya 10 sampai 30 tahun, tetapi ada juga obligasi yang jatuh tempo 7 sampai 10
tahun. Obligasi sebenarnya sama dengan hutang jangka panjang yang diperoleh bank,
hanya saja obligasi ini penjualannya dipublikasikan dan dijual kepada investor
langsung. Tingkat bunga obligasi biasanya tetap dan dibayarkan satu tahun sekali atau
dua kali dalam satu tahun.
(3) Saham Preferen, sebagai sumber moda jangka panjang perusahaan, saham preferen
menduduki posisi antara long term debt dengan saham biasa. Seperti halnya saham
biasa, saham preferen juga merupakan bagian dari modal sendiri. Seperti halnya long
term debt, saham preferen juga memberikan pendapatan yang relatif konstan
disamping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi dari pada biaya
hutang, karena risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari resiko
pemegang obligasi. Pemegang saham preferen memiliki preferensi atau prioritas
dalam pembayaran dividen.
(4) Saham Biasa, adalah merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan masih
menjalankan kegiatan operasi. Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan
yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemegang saham biasa adalah laba
setelah dikurangi pajak dan dividen saham preferen secara teoritis, hak-hak pemegang
saham biasa adalah sebagai berikut :
(a) Hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Dengan hak suara tersebut,
pemegang saham memiliki hak untuk mengendalikan perusahaan.
(b) Hak memperoleh pembayaran dividen atas dasar perlembar saham yang dimiliki
dan menentukan dividen payout ratio.
(c) Hak untuk membeli tambahan saham baru yang dikeluarakan perusahaanperusahaan secara proporsional. Jadi setiap emisi saham baru maka pemegang
saham lama mempunyai hak untuk membeli sejumlah saham tertentu dijual ke
publik.
(d) Hak atas aktiva setelah pembayaran hak yang lebih senior dalam likuidasi.
Dengan demikian menerima bagian paling akhir.

13.4

Pendekatan Praktis dalam Pemilihan Sumber Pendanaan Perusahaan

13.4.1 Analisis Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri

Riyanto (2002) mengungkapkan konsep analisis rentabilitas ekonomi dan rentabilitas


modal sendiri didasarkan bahwa penggunaan leverage/hutang dapat dibenarkan di dalam
perusahaan sejauh penggunaan leverage tersebut diharapkan memberikan rentabilitas
ekonomi yang lebih besar dari bunga hutang tersebut. Hal itu disebabkan karena penggunaan
hutang tersebut diharapkan akan meningkatkan rentabilitas modal sendiri, yang menunjukkan
bagian keuntungan yang menjadi hak pemilik perusahaan. Untuk memudahkan penulisan,
Rentabilitas Ekonomi disingkat RE dan Rentabilitas Modal Sendiri sebagai RMS, dengan
formula :
RE =

x 100%

RMS =

x 100%

KASUS 1
Perusahaan memerlukan tambahan dana sebesar Rp 300 juta. Suatu bank mengatakan
bersedia memberikan kredit dengan suku bunga 20% per tahun. Apakah tawaran tersebut
sebaiknya diterima?
JAWAB :
Analisis RE mengatakan bahwa sejauh tambahan dana tersebut bisa memberikan
tambahan laba operasi (EBIT) lebih besar dari 20% x Rp 300 juta = Rp 60 juta dalam satu
tahun, maka penggunaan kredit bisa dibenarkan.
Dari perhitungan ini memberikan ilustrasi bahwa RE penggunaan hutang tersebut
adalah 20% (60 juta/300 juta). Dengan demikian berarti apabila tambahan laba operasi lebih
kecil dari 20% yang juga berarti RE kurang dari 20% maka tambahan dana yang bersumber
dari hutang tidak dibenarkan, dalam arti menyebabkan perusahaan rugi. Sedangkan kalau
tambahan laba operasi atau RE sama dengan 20% atau sama dengan tingkat bunga pinjaman,
penggunaan hutang tersebut tidak menyumbang satu rupiah pun terhadap laba setelah pajak.
Dengan kata lain, seluruh laba yng diperoleh dari operasi tersebut habis dipergunakan untuk
membayar bunga. Karena itulah diperlukan memperoleh RE lebih besar dari 20% atau lebih
dari bunga pinjaman.
Dipandang dari pertimbangan RMS penggunaan hutang dalam jumlah tertentu
mungkin menguntungkan, mungkin pula tidak. Dikatakan menguntungkan kalau RMS

dengan penggunaan hutang lebih besar daripada RMS dengan menggunakan modal sendiri.
Hal ini akan tercapai tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan hutang tersebut
adalah lebih besar daripada bunga yang harus dibayar. Dengan demikian analisis ini hanya
memperhatikan sumber dana dari faktor RMS saja.
KASUS 1
Suatu proyek dari perusahaan dagang PT. Surya Lestari yang memerlukan dana
sebesar Rp 200 juta. Data keuangan PT. Surya Lestari untuk yang berakhir tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
Persediaan awal
Persediaan akhir
Penjualan
Retur penjualan
Potongan penjualan
Pembelian
Beban angkut pembelian
Retur pembelian
Potongan pembelian
Beban gaji bagian penjualan
Beban iklan
Beban perlengkapan
Beban penyusutan perlengkapan penjualan
Beban gaji bagian admn/umum
Beban listrik dan telepon admn/umum
Beban perlengkapan admn/umum
Beban asuransi gedung admn/umum
Beban penyusutan peralatan admn/umum
Beban penyusutan gedung
Beban bunga
Pendapatan bunga

Rp 50.000.000,00
Rp 35.000.000,00
Rp 350.000.000,00
Rp 1.500.000,00
Rp 1.750.000,00
Rp 150.000.000,00
Rp 1.250.000,00
Rp 2.000.000,00
Rp 1.800.000,00
Rp 4.500.000,00
Rp 1.500.000,00
Rp 4.000.000,00
Rp 2.500.000,00
Rp 6.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 6.500.000,00
Rp 3.400.000,00
Rp 2.750.000,00
Rp 7.500.000,00
Rp 3.800.000,00
Rp 11.150.000,00

Perusahaan harus menanggung pajak dengan tarif 25 %. Untuk mendanai investasi tersebut
tersedia dua alternatif pendanaan.
1) Dinanai 100% modal sendiri
2) 50% didanai dengan hutang dan 50% dengan modal sendiri.
Kalau perusahaan menggunakan hutang, diperkirakan bunga yang ditanggung adalah
30 % per tahun. Apakah perusahaan sebaiknya memilih alternatif pendanaan 1) ataukan 2)?
JAWAB :
Sebelum menganalisis RE dan RMS terlebih dahulu dicari laporan laba rugi dari perusahaan
dagang PT. Surya Lestari untuk mengetahui taksiran EBIT proyek tersebut.

13.4.2 Analisis dari Sisi Likuiditas


Analisis rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendirimenekankan dari sisi
profitabilitas penggunaan hutang tersebut. Disamping itu juga diketahui bahwa penggunaan
hutang akan menimbulkan kewajiban finansial, baik dalam bentuk pembayaran bunga
maupun angsuran pokok pinjaman. Karena itu tidak diinginkan penggunaan hutang akan
menimbulkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan, dalam artian tidak mampu membayar
bunga dan angsuran pokok pinjaman. Untuk memperkirakan apakah penggunaan hutang akan
menimbulkan kesulitan likuiditas atau tidak, bisa ditaksir rasio keuangan yang disebut
sebagai debt service coverage (DSC). DSC dirumuskan sebagai :

DSC =

dimana t = tarif pajak


Misalkan perusahaan memerlukan tambahan dana sebesar Rp.200 juta, yang akan
dipergunakan untuk penambahan aktiva tetap Rp. 120 juta dan modal kerja Rp.80 juta. Aktiva
tetap tersebut diperkirakan akan berusia 4 tahun, dan karenanya beban penyusutan per tahun
Rp.30 juta. Perusahaan ditawari hutang dari suatu bank dengan bunga 18% per tahun, jangka
waktu dua tahun, dan untuk tahun pertama harus membayar 50% dari pokok pinjaman.
Dengan demikian apabila kredit tersebut diambil, akan menimbulkan beban finansial sebagai
berikut

Misalkan rentabilitas ekonomi dari penggunaan hutang tersebut setiap tahun diharapkan
sebesar 25%, dan perusahaan membayar pajak penghasilan sebesar 25%. Apakah penggunaan
hutang tersebut akan menimbulkan beban
keuangannnya?

finansial yang lebih besar dari pemasukan

13.4.3 Analisis Aliran Kas


Analisis aliran kas hanya mempertimbangkan dari segi kemampuan untuk membayar
pinjaman tersebut tepat pada waktunya. Dengan kata lain, hanya mempertimbangkan dari
segi likuiditas saja.Apabila perusahaan menggunakan hutang yang makin banyak, maka besar
pula beban tetap (yang berupa bunga dan angsuran pokok pinjaman) yang harus dibayar.
Dengan kata lain kas keluar ini merupakan komponen yang tetap sifatnya. Padahal kas masuk
yang diperoleh perusahaan sebagian besar, kalau tidak seluruhnya tergantung pada aktivitas
perusahaan. Semakin besar aktivitas perusahaan semakin besar pula kas masuknya. Tapi kas
keluarnya ternyata ada unsur-unsur yang tidak terpengaruh oleh egiatan perusahaan. Dengan
demikian maka semakin besar beban finansiil yang tetap ini, semakin mudah perusahaan
menjai tidak likuid (tidak mamou membayar kewajiban finansial tepat pada waktunya),
apabila kegiatan perusahaan menjadi makin berkurang (yang ditunjukkan dari menurunnya
kegiatan penjualan).
Misalkan proyek senilai Rp 100 juta,usia ekonomis 8 tahun. Aktiva tetap untuk
proyek itu senilai Rp 80 juta. Tidak ada nilai sisa. Modal kerja Rp 20 juta. Apabila dibelanjai
dengan hutang sebanyak 50%. Bunga hutang 20%/tahun, yang harus dilunasi dalam jangka
waktu 5 tahun dengan angsuran pokok sama besarnya per tahun,dimulai akhir tahun 1.
Taksiran EBIT per tahun Rp 25 juta. Pajak 20 %

Вам также может понравиться