Вы находитесь на странице: 1из 40

LAPORAN KASUS

VERTIGO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Penyakit Saraf

Pembimbing:
dr. Sunaryo, M.Kes, Sp.S

Disusun oleh:
Destar Aditya Y.
(012106118)

ILMU PENYAKIT SARAF RSUD RAA SOEWONDO PATI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG
2016

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama

: Ny. P

Alamat

: Pati

Umur

: 46 tahun

Suku

Pekerjaan

: Rumah

Tanggal masuk

: 17

Tangga

2016

Status perkawinan
Agama

Jawa

: Menikah

Ruang

Flamboyan

: Islam

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autonamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 19 Januari
2016 jam 11.00 WIB di Bangsal Flamboyan RSUD RAA Soewondo Pati
1. Keluhan Utama : Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang :

Lokasi
Onset

: Kepala
: 3 hari yang lalu

Kronologi

: Pasien mengeluh pusing berputar 3 hari setelah terjadi

kecelakaan dan jatuh di bagian kepala 1 minggu yang lalu. Pusing berputar terutama
dirasakan pasien saat perubahan posisi dari tidur terlentang ke posisi duduk maupun
sebaliknya. Tidak didapatkan rasa pusing berputar saat melihat cahaya lampu yang
terang dan pada keadaan ramai. Pusing berputar menyebabkan pasien mual dan
muntah hingga 4x dalam sehari. Penderita tidak dapat duduk dan berdiri dalam waktu
yang lama karena merasa ingin jatuh. Menurut penderita rasa pusing berputar
berlangsung beberapa detik dan berkurang perlahan lahan pada posisi berbaring.
Pasien menyangkal adanya penglihatan dobel dan kabur, penurunan ketajaman
pendengaran, telinga berdenging, demam, kejang, nyeri kepala, kelemahan anggota
tubuh dan kesemutan semua disangkal. Penderita juga mengaku tidak mengalami
masalah kesulitan menelan, mengunyah, berbicara dan penciuman. BAB dan BAK
normal.
Kualitas
: Berputar-putar
Kuantitas
: Hilang timbul
Faktor yang memperberat
: Jika berubah posisi
Faktor yang memperingan
: Jika berbaring
Gejala penyerta
: Mual dan Muntah 4x, Perut sebah
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat Hipertensi
: disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat DM
: disangkal
- Riwayat Stroke
: disangkal
- Riwayat Kejang
: disangkal
- Riwayat alergi obat
: disangkal
- Riwayat trauma kepala
: 1 minggu yang lalu
- Riwayat infeksi kepala : disangkal
- Riwayat keracunan
: disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Hipertensi
- Riwayat Penyakit Jantung
- Riwayat DM
- Riwayat Stroke
- Riwayat Kejang
4. Riwayat Sosial Ekonomi

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Biaya perawatan pasien dirumah sakit menggunakan BPJS Non PBI.


A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum

: Sakit Ringan

Kesadaran

: CM. GCS 15

Vital Sign

o
o
o

TD
N
RR
t

: 110/70 mmHg
: 76 x/m
: 20 x/m
: 36,5 oC

b. Status Internus
Kepala
: mesocephale
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek cahaya (+/+)
Leher
:
Sikap
: tidak dilakukan
Pergerakan
: tidak dilakukan
Kaku kuduk : (-)
Thorax
:
o Pulmo:
Inspeksi
: simetris normal kanan kiri

o Cor

Palpasi

: pergerakan paru simetris, stem fremitus


kanan=kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-)

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V

Perkusi
Auskultasi

: konfigurasi jantung dalam batas normal


: bunyi jantung I-II regular

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: supel, nyeri tekan (-)

Perkusi

: timpani (+)

Auskultasi

: bising usus normal

Extremitas

:
: datar

:
Superior

Inferior

Oedem

-/-

-/-

Akral Dingin

-/-

-/-

c. Status Neurologikus
Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. N. I (OLFAKTORIUS) : Normosmia
2. N. II (OPTIKUS)
Tajam penglihatan
: baik
Lapang penglihatan : baik
Melihat warna : normal
Funduskopi
: tidak dilakukan
3. N. III (OKULOMOTORIUS), N.

IV

(TROKHLEARIS),

(ABDUCENS)
Pemeriksaan
Pergerakan bola mata
Kedudukan mata

Dextra

Sinistra

normal

normal

Ortoforia

Ortoforia

Refleks cahaya
4. N. V (TRIGEMINUS)
Sensibilitas taktil dan nyeri muka

:+

Membuka mulut

: bisa

Meringis

: bisa

Menggigit

: bisa

Reflek kornea

: +/+

5. N. VII (FACIALIS)
Pemeriksaan

Dextra

Sinistra

N.

VI

Mengerutkan dahi

Menutup mata

Menggembungkan pipi

Memperlihatkan gigi

Mencucukan bibir

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Pengecapan 2/3 anterior


lidah

6. N. VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Pemeriksaan

Dextra

Sinistra

dbn

dbn

Tes weber

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Tes rinne

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Tes schwabach

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Suara berbisik

7. N. IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah: tidak dilakukan
Sensibilitas faring

: tidak dilakukan

8. N. X ( VAGUS )
Arkus faring : tidak dilakukan
Berbicara

: baik

Menelan

: baik

Nadi

: dalam batas normal

9. N. XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu

: bisa

Memalingkan kepala : bisa

10. N. XII ( HYPLOGOSSUS )


Pergerakan lidah

: baik ke segala arah

Tremor lidah

: tidak ada

Artikulasi

: baik

Posisi Lidah

: Simetris

Badan dan Anggota Gerak


1. BADAN
MOTORIK

Respirasi
Duduk

: normal
: normal

SENSIBILITAS

Taktil
Nyeri
Thermi

: normal
: normal
: tidak dilakukan

2. ANGGOTA GERAK

Motorik

RF

+
+

Sensorik

+
+

RP

Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan


Tes disdiadokokinesis
Tes tunjuk hidung dan jari
Tes tunjuk jari kanan dan kiri
Tes romberg
Tes tandem gait
Rebound phenomenon

Hasil
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)

Nistagmus Horizontal
: (+)
Nistagmus Vertikal
: (-)
Tes Kalori
: tidak dilakukan

Tes Dix Hallpike


: tidak dilakukan
Alat Vegetatif
Miksi tidak ada kelainan
Defekasi tidak ada kelainan
Fungsi Luhur
Memori baik
Bahasa Baik
Kognitif baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium darah rutin


A. Darah rutin
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC

Hasil
12.6
35.9
7.00
5,05
246
71.7
25.0
35.5

Satuan
gr/dl
%
10^3 ul
10^6 ul
10^3 ul
fl
pg
g/dl

Nilai Rujukan
12.0-16.0
37.0-47.0
4.8-10.8
4.2-5.4
150-450
79.0-99.0
27.0-31.0
33.0-37.0

Pemeriksaan
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil

Hasil
0.98
0.34
0.11
0.00
0.01

Satuan
10^3 ul
10^3 ul
10^3 ul
10^3 ul
10^3 ul

Nilai Rujukan
1.8-8
0.9-5.2
0.16-1.0
0.045-0.44
0-0.2

CT Scan
Kesan
: - Tak tampak infark, sol maupun perdarahan intracranial
- Tak tampak tanda-tanda penigkatan TIK
B. RESUME
Pasien dengan keluhan pusing berputar 3 hari setelah terjadi kecelakaan dan
jatuh di bagian kepala 1 minggu yang lalu. Pusing berputar terutama dirasakan pasien
saat perubahan posisi dari tidur terlentang ke posisi duduk maupun sebaliknya selama
beberapa detik. Tidak didapatkan rasa pusing berputar saat melihat cahaya lampu
yang terang dan pada keadaan ramai. Mual dan muntah hingga 4x dalam sehari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus horizontal (+). CT-scan tak
tampak kelainan.
DIAGNOSA

D/ Klinis
: Vertigo
D/ Topis
: Vestibuler
D/ Etiologi

: Perifer (Benign Paroxysmal Postional Vertigo)

C. TERAPI
Medikamentosa:
-

Inf. Ring As 20tpm


Inj. Ketorolac 3x3gr
Inj. Citicolin 2x250mg
Inj. Ondancentron 2x1amp
Betahistine 3x6mg
Flunarizine 3x5mg

D. PROGNOSA
Ad vitam

: ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad fungsional

: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu : sistem
vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus
vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os
temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan).
Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin
tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling
berhubungan.4
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis
semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan
utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus.
Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin
tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus. 4
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan
(yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian otak,

dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari
utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang
oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf.
Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung organ
reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. 4

Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan 4


Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis lateral
terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu
sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis
semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 45 0
terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan kanalis
semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis semisirkularis lateralis
terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus. Setiap
kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi organ
reseptor sistem vestibular, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu
ujung massa gelatinosa yangmemanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit.
Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista, yang
dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan). 4

Gambar 2. Krista ampularis


Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis dan makula
sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak, dan makula
sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di

membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut
ditopang oleh sel-sel penunjang. 4
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap ruangan,
ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari
reseptor labirin membentuk bagian aferen

lengkung

refleks yang berfungsi untuk

mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada
setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala. 4
Stasiun berikutnya untuk transmisi

implus

di

sistem

vestibular

adalah

nervus

vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus; mengandung sel-sel


bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus
sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang
kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang subarakhnoid di cerebellopontine
angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan
ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat. 4

Gambar 3. Makula Statika


Kompleks nuklear vestibularis terbentuk oleh :4
Nukleus vestibularis superior (Bekhterev)
Nukleus vestibularis lateralis (Deiters)
Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe)
Nukleus vestibularis inferior (Roller)

Gambar 4. Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya. A. Komponen nulkeus


vestibularis. B. Hubungan sentral masing-masing komponen nukleus vestibularis.

Serabut-serabut nervus vestibularis terpisah menjadi beberapa cabang sebelum memasuki masingmasing kelompok sel di kompleks nuklear vestibularis, tempat mereka membentuk relay sinaptik
dengan neuron kedua.
Anatomi hubungan aferen dan eferen nuklei vestibularis saat ini belum diketahui secara
pasti. Teori yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut :

Sebagian serabut yang berasal dari nervus vestibularis menghantarkan impuls langsung ke
lobus flokulonodularis serebeli (arkhiserebelum) melalui traktus juxtarestiformis, yang
terletak di dekat pedunkulus serebelaris inferior. Kemudian, lobus flokulonodularis
berproyeksi ke nukleus fastigialis dan melalui fasikulus unsinatus (Russell), kembali ke
nukleus vestibularis; beberapa serabut kembali melalui nervus vstibularis ke sel-sel rambut
labirin, tempat mereka mengeluarkan efek regulasi inhibitorik utama. Selain itu, arkhi
serebelum mengandung serabut-serabut ordo kedua dari nukleus vestibularis superior,
medialis, dan

inferior dan mengirimkan serabut eferen langsung kembali ke kompleks

nuklear vestibularis, serta ke neuron motorik medula spinalis, melalui jaras serebeloretikularis

dan retikulospinalis.
Traktus vestibulospinalis lateralis yang penting berasal dari nukleus vestibularis lateralis
(Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral di dalam fasikulus anterior ke motor neuron
dan medula spinalis, turun hingga ke level sakral. Impuls yang dibawa di traktus
vestibularis lateralis berfungsi untuk memfasilitasi refleks ekstensor dan mempertahankan

tingkat tonus otot seluruh tubuh yang diperlukan untuk keseimbangan.


Serabut nukleus vestibularis medialis memasuki fasikulus longitudinalis medialis bilateral
dan berjalan turun di dalamnya ke sel-sel kornu anterius medula spinalis servikalis, atau
sebagai traktus vestibulospinalis medialis ke medula spinalis torasika bagian atas. Serabutserabut ini berjalan turun di bagian anterior medula spinalis servikalis, di dekat fisura
mediana anterior, sebagai fasikulus sulkomarginalis, dan mendistribusikan dirinya ke sel-sel
kornu anterior setinggi servikal dan torakal bagian atas. Serabut ini mempengaruhi tonus otot
leher sebagai respon terhadap posisi kepala dan kemungkinan juga berpapartisipasi dalam

refleks yang menjaga ekuilibrium dengan gerakan lengan untuk keseimbangan.


Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang mempersarafi otot-otot ekstraokular
melalui fasikulus longitudinalis medialis.

Gambar 5. Hubungan sentral nervus vestibularis


Neurofisiologi Alat Keseimbangan Tubuh 5
Alur perjalanan informasi berkaitan dengan fungsi AKT melewati tahapan sebagai berikut.

Tahap Transduksi.
Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair ceel), R. visus (rod dan cone
cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari ketiga R tersebut, R vestibuler
menyumbang informasi terbesar disbanding dua R lainnya, yaitu lebih dari 55%.
Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung ketika rangsangan gerakan membangkitkan
gelombang pada endolyimf yang mengandung ion K (kalium). Gelombang endolimf akan menekuk
rambut sel (stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion K bila tekukan stereocilia
mengarah ke kinocilia (rambut sel terbesar) maka timbul influks ion K dari endolymf ke dalam hari
cells yang selanjutnya akan mengembangkan potensial aksi. Akibatnya kanal ion Ca (kalsium) akan
terbuka dan timbul ion masuk ke dalam hair cells. Influks ion Ca bersama potensial aksi merangsangn
pelepasan neurotransmitter (NT) ke celah sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron
berikutnya, yaitu saraf aferen vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT.
Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis menuju
ke otak dengan NT-nya glutamate
A. Normal synoptic transmition
B. Iduktion of longtem potentiation
Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat AKT, antara
lain
-

Inti vestibularis
Vestibulo-serebelum
Inti okulo motorius
Hiptotalamus
Formasio retikularis
Korteks prefrontal dan imbik

Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons yang sesuai.
Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka akan disensitisasi. Sebaliknya,
bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah habituasi (1).
Tahap Persepsi
Tahap ini belum diketahui lokasinya
FISIOLOGI
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor
vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang
punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.2
Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari
kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin
dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut ( hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk
kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga
merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan
meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat
keseimbangan tubuh di otak.4
Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis menerima
impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebellum selain merupakan pusat
integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung
dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah
dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli. Selain serebellum, informasi tentang
gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri. 2
2.2 Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness.
Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas
disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan goyang
atau tidak seimbang ketika berdiri). 1
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar

merujuk pada sensasi

berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan
pada sistim keseimbangan. 3
2.3 Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi
sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidikiepidemiologi dizziness, yang
meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan

yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari
keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah
studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1),
sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2
Frekuensi
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi,
85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik
serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari
pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens sklerosis
multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis
setiap tahun di Amerika Serikat.
Jenis kelamin
Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Dalam satu seri
pasien dengan infark serebelum, rasio antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis
multiple dua kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.
Usia
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor resiko yang berkaitan,
diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark
serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80
tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.

Morbiditas/ Mortalitas
Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan kerusakan yang permanen dan
kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada
vertigo sentral.
Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan 17%
dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior inferior serebelar. Infark di
daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior serebelar sering terkait dengan efek massa
dan penekanan batang otak dan ventrikel ke empat, oleh karena itu, membutuhkan
manajemen medis dan bedah saraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20
diantaranya datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya
penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu yang GCSnya
lebih dari 8, adalah 20%
Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat didiagnosis dengan cepat.
Tumor dapat diangkat tanpa mengganggu N VII, namun gangguan pendengaran unilateral dapat
terjadi.

2.4 Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,stres,
gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan
lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. 5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo: 6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
4. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel,
dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke
salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti
nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi : 7
Labirin, telinga dalam
- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah
- Otitis media
- Tumor
SENTRAL
Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler

Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai
tinitus

dan

hilangnya

pendengaran.Obat-obat

itu

antara

lain

aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau


antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat
vestibulotoksik,

demikian

juga

gentamisin;

sedangkan

kanamisin,

amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang


dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat,
metronidaziol

dan

minosiklin.

Terapi

berupa

penghentian

obat

bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak


dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat

alfa

adrenergik,

vasodilator

dan

antiparkinson

dapat

menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan


vertigo

2.5 Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di
perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular). 7
1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain :
Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila
sekitar

individu

bergerak

searah

dengan

gerakan

badan.

Keadaan

yang

memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil
bergerak.
Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness). Pada
keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis
dan otolit.
Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh
karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik : - sentral

- perifer
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus

cranialis

vestibulocochlear (N. VIII)


c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula darah yang rendah,
atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi sistemik.
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda batang
otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan neurologis lainnya
misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar postero inferior. Pada pasien seperti
ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi :7

Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo akut

biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik memiliki mekanisme
multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden penyakit
komorbid yang lebih besar. 7
Ciri-ciri
Lesi

Penyebab

Gejala
SSP

Vertigo perifer
Sistem vestibuler (telinga dalam, saraf
perifer)

Vertigo sentral
Sistem vertebrobasiler dan gangguan
vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Vertigo posisional paroksismal jinak iskemik batang otak, vertebrobasiler


(BPPV), penyakit maniere, neuronitis insufisiensi, neoplasma, migren basiler
vestibuler, labirintis, neuroma akustik,
trauma
gangguan Tidak ada

Diantaranya
:diplopia,
parestesi,
gangguan sensibilitas dan fungsi motorik,
disartria, gangguan serebelar

Masa laten

3-40 detik

Tidak ada

Habituasi

Ya

Tidak

Jadi cape

Ya

Tidak

Intensitas vertigo

Berat

Ringan

Telinga berdenging
dan atau tuli

Kadang-kadang

Tidak ada

Nistagmus spontan

VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan
fungsi motorik, rasa lemah.5
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan
posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya
idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan
di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit
ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala
ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak
terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral

Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Gejala otonom
Gangguan pendengaran

Perifer
Mendadak
Berat
(+)
(++)
(+)

Sentral
Lambat
Ringan
(-)
(-)
(-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus.
Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak balik, ritmis, dengan
frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap
aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan

atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar,
kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Tabel 3. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut :
No.

Nystagmus
1. Arah

Vertigo Sentral
Berubah-ubah

2. Sifat

Unilateral / bilateral

3. Test Posisional
Singkat
- Latensi
Lama
- Durasi
Sedang
- Intensitas
Susah ditimbulkan
- Sifat
4. Test dengan rangsang (kursi Dominasi arah
jarang ditemukan
putar, irigasi telinga)
5. Fiksasi mata
Tidak terpengaruh

Vertigo Perifer
Horizontal
horizontal rotatoar
Bilateral

Lebih lama
Singkat
Larut/sedang
Mudah ditimbulkan
Sering ditemukan
Terhambat

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa
jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo
bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya,
vertigo ada beberapa macam yaitu :
Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari Penyakitnya
sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan Endolimfa yang meninggi.
Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal.
Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan
pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan
serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul,
sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan. 7
2.6 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan

vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh


akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual
dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. 9
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya.10
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan
tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori

ini

berdasarkan

menyebabkan

hiperemi

asumsi
kanalis

bahwa

rangsang

semisirkularis

yang

sehingga

berlebihan
fungsinya

terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.


2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum
dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik
dari

sisi

kiri

dan

kanan.

Ketidakcocokan

tersebut

menimbulkan

kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat


berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai
penyebab.
3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori


ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulangulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak
lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai
berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin

(Lucat)

yang

masing-masing

menekankan

peranan

neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang


menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya

aktivitas

sistim

saraf

parasimpatik.

menerangkan

gejala

penyerta

yang

sering

timbul

Teori

ini

dapat

berupa

pucat,

berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang


berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2.7 Penyebab perifer Vertigo
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama
vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. 5
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit
dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi

kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis
anterior dan horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang
berasal dari utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan
posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus. 9
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi dapat juga
diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumny,
meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahuntahun setelah episode. 8

Mnires disease
Mnires disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran .

11

Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli

sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.

10

Mnires disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik. 8
Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi
karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga
dalam dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau
sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolic.

Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.
Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik. 11

2.8 Penyebab Sentral Vertigo


Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan

vertigo

menjadi gejala yang sering

dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal sebagai
bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria) untuk basilar migraine
dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah. Verigo pada migraine lebih lama
dibandingkan aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk

migraine. 10
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari suatu
vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi beberapa detik
sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor
resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi

inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal. 9


Tumor Intrakranial

Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan


kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi sentral.
Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis . Tumor
pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering
tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada
batang otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya
didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia
lainnya.
2.9 Gejala Klinis
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,
sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada
sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran.
Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi.
Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga
dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari
sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara
biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan
disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan
jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika
menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus. 12
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais
didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada
telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit 12
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien
dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien
dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh
pada sisi telinga yang mengalami gangguan. 12
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien dengan
vertigo otologik dan sentral. 12
Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi
dan sensasi penuh di telinga.12
Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas
visual.

12

Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu
memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien dengan disfungsi
telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan problem
medic. 12

Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan untuk membedakan

perifer atau sentral meliputi:2

Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi berputar,
atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya suatu perasaan yang
berbeda (kebingungan)

Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute vestibular neuritis,
gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari kedepan. Pada Mnires
disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya.
Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki penyebab

psikologis. 3
onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama durasi
vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer
umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular
attack. Perbedaan onset dan durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table
4. 2
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo sentral yang
berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya menyebabkan tanda neurologis
tambahan selain vertigonya, menyebabkan ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni
vertical, horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Tabel 4. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo

Durasi episode

Kmeungkinan Diagnosis

Beberapa detik

Peripheral cause: unilateral loss of vestibular


function; late stages of acute vestibular
neuronitis

Detik sampai menit

Benign paroxysmal positional vertigo;


perilymphatic fistula

Beberapa menit sampai


satu jam

Posterior transient ischemic attack;


perilymphatic fistula

Beberapa jam
Mnires disease; perilymphatic fistula from

trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma


Beberapa hari
Early acute vestibular neuronitis*; stroke;
Beberapa minggu

migraine; multiple sclerosis


Psychogenic

Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo vestibular perifer.
Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab yang paling mungkin adalah
BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran pernapasan atas

kemungkinan berhubungan

dnegan acute vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine
dapat menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat
disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik
langsung ataupun barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga
ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya
fenomena Tullios (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising pada frekuensi

tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.


Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang stress psikologis
atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak cocok dengan penyebab fisik
vertigo manapun. 3
Tabel 3. Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab Vertigo
Faktor pencetus
Perubahan posisi kepala

Kemungkinan diagnosis
Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontine
angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Spontaneous episodes
(i.e., no consistent
provoking factors)

Acute vestibular neuronitis; cerebrovascular


disease (stroke or transient ischemic
attack); Mnires disease; migraine;
multiple sclerosis

Recent upper respiratory


viral illness

Acute vestibular neuronitis

Stress
Immunosuppression
(e.g., immunosuppressive
medications, advanced
age, stress)

Psychiatric or psychological causes; migraine


Herpes zoster oticus

Changes in ear pressure,


head trauma, loud noises

Perilymphatic fistula

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendnegaran, nyeri, mual, muntah dan gejala
neurologis dapat membantu membedakan diagnosis peneybab vertigo. Kebanyakan penyebab
vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada penyakit
serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar.
Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah,
penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan
dengan muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang
parah dan BPPV.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa
kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan
kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan
diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple
sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadnag disertai aura),
mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan
vertigo. 3
Tabel 5. Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo
Gejala
Sensasi penuh di telinga

Kemungikanan diagnosis
Acoustic neuroma; Mnires disease

Nyeri telinga atau mastoid


Kelmahan wajah

Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster
oticus)

Temuan deficit neurologis fokal

Acoustic neuroma; herpes zoster oticus

Sakit kepala

Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease; multiple sclerosis


(especially findings not explained by single neurologic lesion)

Tuli

Acoustic neuroma; migraine


Mnires disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma; cholesteatoma;
otosclerosis; transient ischemic attack or stroke involving anterior inferior
cerebellar artery; herpes zoster oticus

Imbalans
Acute vestibular neuronitis (usually moderate); cerebellopontine angle tumor
(usually severe)
Nistagmus
Peripheral or central vertigo
Fonofobia,fotofobia
Migraine
tinnitus
Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Mnires disease

Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli pada usia muda
perlu ditanyakan (Chain,

Riwayat pengobatan

Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab yang ototoksik, obat
anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative (Chain, .
2.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan leher dan system
cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :

pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,
nistagmus. 2
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar.
Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator konsisten dengan

acute vestibular neuronitis.


Gait test
1. Rombergs sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat
berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan
seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Rombergs sign konsisten dengan masalah vestibular
atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah
studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan
penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug
related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event 3.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 1. Uji Romberg


2. Heel-to- toe walking test

3. Unterberger's stepping test 1 (TPasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup
jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi tersebut) .
2

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus
dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar Uji Unterberger


4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar Uji Tunjuk Barany


Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre 1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang
bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus

dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue) ( Allen, 2008).

Gambar. Dix hallpike mhnuever


-

Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien
diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan tanyakan
pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan
vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus
terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.

Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke
belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada
dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran
konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang
dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30C (kira-kira 7 di bawah suhu
badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian
gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus
ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan
lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5
kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung
berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua
sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es
diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik.
Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila
tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak
menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau
tidak berfungsi.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara
kuantitatif.
Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan
penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan
biasa (normal)
b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes
romberg)
c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang
terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat
digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan
bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah
dapat diganggu.
e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat)
sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi)
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
perseptif
b. Audiometri

: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli


: Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes zoster auticus

(Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura et Newell, 2010).


Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong tragus dan meatus

akustikus eksternus pada siis yang bermasalah) mengindikasikan fistula perikimfatik . 2


Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkat tekanan
melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada pasien dengan

fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic
-

berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3


Head impulses test
Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan
untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan
pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa
menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20 o dengan cepat. Pada orang yang normal
tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade
setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada siis itu
(Allen, 2008).

Gambar 2. Head impulses test

Pemeriksaan Cardiovascular
Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20 mmHg atau lebih) dan
nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada pasien dengan vertigo dapat
menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi otonom.

2.7 Diagnosis Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular testing,
evalusi laboratories dan evalusi radiologis,
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan
gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric
pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan pendengaran (Chain.
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness .
Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.
Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi thyroid
dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang memiliki tanda
dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI
kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter,
dan kompleks nervus VIII. 11
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai
40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga
dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien (table . dan durasi
gejala (table )
2.9 Diagnosis Banding
Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:
Table 1 Penyebab vertigo
Vertigo dengan tuli
Mnires disease
Labyrinthitis

Vertigo tanpa tuli


Vestibular neuritis
Benign positional vertigo

Vertigo dengan tanda intracranial


Tumor Cerebellopontine angle
Vertebrobasilar insufficiency dan
thromboembolism

Labyrinthine trauma

Acute vestiblar dysfunction

Tumor otak
-

Misalnya, epyndimoma atau

Acoustic neuroma

Medication induced vertigo e.g

metastasis pada ventrikel keempat


Migraine

Acute cochleo-vestibular

aminoglycosides
Cervical spondylosis

Multiple sklerosis

dysfunction
Syphilis (rare)

Following flexion-extension

Aura epileptic attack-terutama

injury

temporal lobe epilepsy


Obat-obatan- misalnya, phenytoin,
barbiturate
Syringobulosa

2.10
Terapi
2.10.1 Prinsip umum terapi Vertigo
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu
dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya
pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan

kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga
dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah
gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.
Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam
beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan

intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4


kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg,
4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine
(Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan
vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,
antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin.
Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap
akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75
mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi,
mulut rasa kering dan rash di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak
semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine

(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang
berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama
aktivitas obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4
kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal
lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini
dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis
yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik

dapat

juga

menekan

vertigo.

Salah

satunya

obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.


- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek
samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.
OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan

yang

diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan
penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
- Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.
OBAT ANTI KHOLINERGIK

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan
dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari.

Terapi fisik
Susunan
saraf

pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan


adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadangkadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan
bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri
terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1.
2.
3.
4.
5.

Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.


Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari

kaki lainnya dalam melangkah).


6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada
objek yang diam.
Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar:
Ambil posisi duduk.
Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan lamanya
sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

2.10.2 Terapi Spesifik


BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat membaik
dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan deposit kalsium yang bebas ke
belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi
maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,

Vestibular neuronitis dan Labirynthis


Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang mensipresi vestibular

yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjasi lebih cepat dan lebih
sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo
berkurang dengan obat-obatan.

Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah garam dan
diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam mengobati ketulian dan
tinnitus.
Pada kasus yang jarang

intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt

endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten terhadap


pengobatan diuretic dan diet.

Iskemik Vascular
Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui control
tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok, menginhibisi fungsi
platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati
dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir pergerakan kepala pada
hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper
off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.
Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis arteri
vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis.
Perdarahan pada cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga
diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, BJMP
2010;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine
in Journal Nerology 2009:25:333-338
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician
January 15, 2006 Volume 73, Number 2
4.
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 8
April 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for
establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and
Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal Positional
Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006
10. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family Physician
March 15,2005:71:6.
11. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and
Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)

12.Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh
tanggal 8 April 2011. Diunduh dari
overview#a0104

http://emedicine.medscape.com/article/884048-

Вам также может понравиться

  • Arteritis Kranial
    Arteritis Kranial
    Документ10 страниц
    Arteritis Kranial
    Neva Arsita
    Оценок пока нет
  • Neurinoma Akustik
    Neurinoma Akustik
    Документ11 страниц
    Neurinoma Akustik
    Avisena Azis
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus HNP
    Laporan Kasus HNP
    Документ23 страницы
    Laporan Kasus HNP
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Referat Trigeminal Neuralgia
    Referat Trigeminal Neuralgia
    Документ21 страница
    Referat Trigeminal Neuralgia
    Regita Tanara
    Оценок пока нет
  • Case Spondylosis Cervical
    Case Spondylosis Cervical
    Документ27 страниц
    Case Spondylosis Cervical
    RoiHolan
    100% (1)
  • Rekam Medis
    Rekam Medis
    Документ42 страницы
    Rekam Medis
    samuelionardi
    Оценок пока нет
  • Infark Cerebri Presentasi
    Infark Cerebri Presentasi
    Документ26 страниц
    Infark Cerebri Presentasi
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Referat Infeksi SSP
    Referat Infeksi SSP
    Документ35 страниц
    Referat Infeksi SSP
    Ifaranita Qonita
    Оценок пока нет
  • CRS BPPV
    CRS BPPV
    Документ12 страниц
    CRS BPPV
    allesf7
    Оценок пока нет
  • REFERAT Sudden Deafness
    REFERAT Sudden Deafness
    Документ18 страниц
    REFERAT Sudden Deafness
    Fatih Abdullah
    Оценок пока нет
  • (Referat) Sinusitis Jamur
    (Referat) Sinusitis Jamur
    Документ35 страниц
    (Referat) Sinusitis Jamur
    Bella Rosari
    Оценок пока нет
  • Referat BPPV
    Referat BPPV
    Документ20 страниц
    Referat BPPV
    elian
    Оценок пока нет
  • Referat Leptospirosis
    Referat Leptospirosis
    Документ16 страниц
    Referat Leptospirosis
    random aja
    Оценок пока нет
  • Soal Muskuloskeletal
    Soal Muskuloskeletal
    Документ3 страницы
    Soal Muskuloskeletal
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Abses Serebri
    Laporan Kasus Abses Serebri
    Документ27 страниц
    Laporan Kasus Abses Serebri
    Rayhan Harimurthi
    100% (1)
  • Referat THT BPPV
    Referat THT BPPV
    Документ25 страниц
    Referat THT BPPV
    lindasekararum
    Оценок пока нет
  • Case Meningoensefalitis TB
    Case Meningoensefalitis TB
    Документ107 страниц
    Case Meningoensefalitis TB
    Fransiska Reggy
    Оценок пока нет
  • Retinopati Hipertensi
    Retinopati Hipertensi
    Документ29 страниц
    Retinopati Hipertensi
    Dinata Aya Azany
    Оценок пока нет
  • Replantasi Tangan
    Replantasi Tangan
    Документ11 страниц
    Replantasi Tangan
    risty
    Оценок пока нет
  • Stroke Iskemik
    Stroke Iskemik
    Документ25 страниц
    Stroke Iskemik
    Ibrahim Achmad
    Оценок пока нет
  • Drowning
    Drowning
    Документ31 страница
    Drowning
    Kiki Kiko
    100% (1)
  • Referat THT - Kumplit
    Referat THT - Kumplit
    Документ29 страниц
    Referat THT - Kumplit
    amiruddin_smart
    Оценок пока нет
  • ICH
    ICH
    Документ27 страниц
    ICH
    Rully Darma
    Оценок пока нет
  • Referat Meningitis Bakteri
    Referat Meningitis Bakteri
    Документ30 страниц
    Referat Meningitis Bakteri
    Nurfitrah
    Оценок пока нет
  • Kelainan Neurologis Pada Hiv
    Kelainan Neurologis Pada Hiv
    Документ44 страницы
    Kelainan Neurologis Pada Hiv
    elauraaa
    Оценок пока нет
  • Sindrom Batang Otak
    Sindrom Batang Otak
    Документ24 страницы
    Sindrom Batang Otak
    yericosabathino
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi Vertigo Rev 1
    Klasifikasi Vertigo Rev 1
    Документ31 страница
    Klasifikasi Vertigo Rev 1
    Melly Sa
    Оценок пока нет
  • Referat Meniere
    Referat Meniere
    Документ26 страниц
    Referat Meniere
    andiamalia
    Оценок пока нет
  • REFERAT-Parkinson RSAU
    REFERAT-Parkinson RSAU
    Документ37 страниц
    REFERAT-Parkinson RSAU
    Chairunisa Amiria
    Оценок пока нет
  • Bab 2 RCVS
    Bab 2 RCVS
    Документ10 страниц
    Bab 2 RCVS
    Errina Yustira
    Оценок пока нет
  • Neuritis Opticus IRVAN
    Neuritis Opticus IRVAN
    Документ34 страницы
    Neuritis Opticus IRVAN
    Irvan Zulvikar
    100% (1)
  • Meningitis Virus
    Meningitis Virus
    Документ5 страниц
    Meningitis Virus
    Randa Fermada
    Оценок пока нет
  • Neuro Anatomi Nervus VII
    Neuro Anatomi Nervus VII
    Документ8 страниц
    Neuro Anatomi Nervus VII
    Norma Diona Purba
    Оценок пока нет
  • Pediatric Drowning
    Pediatric Drowning
    Документ17 страниц
    Pediatric Drowning
    sabila firdis
    Оценок пока нет
  • Referat Parese Fasialis
    Referat Parese Fasialis
    Документ28 страниц
    Referat Parese Fasialis
    Engga Ega Demartha
    100% (1)
  • Emergency THT
    Emergency THT
    Документ43 страницы
    Emergency THT
    endy prima
    Оценок пока нет
  • Bell's Palsy ELLA
    Bell's Palsy ELLA
    Документ32 страницы
    Bell's Palsy ELLA
    Harry Julians
    Оценок пока нет
  • #2 Referat Rhinoalergi Rhinitis Non Alergi LI
    #2 Referat Rhinoalergi Rhinitis Non Alergi LI
    Документ73 страницы
    #2 Referat Rhinoalergi Rhinitis Non Alergi LI
    RadianNasution
    Оценок пока нет
  • Referat Migren
    Referat Migren
    Документ20 страниц
    Referat Migren
    Frisca Zulia Nanda
    100% (1)
  • Epilepsi
    Epilepsi
    Документ24 страницы
    Epilepsi
    aldi putra pratama
    Оценок пока нет
  • Ensefalitis Lengkap
    Ensefalitis Lengkap
    Документ30 страниц
    Ensefalitis Lengkap
    kurnia
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Dan Tatalaksana Krisis Miastenia
    Diagnosis Dan Tatalaksana Krisis Miastenia
    Документ15 страниц
    Diagnosis Dan Tatalaksana Krisis Miastenia
    Eva Primananda
    100% (4)
  • Makalah Nyeri Kepala (Neurologi)
    Makalah Nyeri Kepala (Neurologi)
    Документ45 страниц
    Makalah Nyeri Kepala (Neurologi)
    Andy Wiranata
    Оценок пока нет
  • Interpetasi VDRL Tpha Dan Tes Amin
    Interpetasi VDRL Tpha Dan Tes Amin
    Документ1 страница
    Interpetasi VDRL Tpha Dan Tes Amin
    Puji Yunisyah Rahayu
    Оценок пока нет
  • Referat Neuritis Optik YOGIEDJ
    Referat Neuritis Optik YOGIEDJ
    Документ32 страницы
    Referat Neuritis Optik YOGIEDJ
    yogidj
    Оценок пока нет
  • Tuberculoma
     Tuberculoma
    Документ12 страниц
    Tuberculoma
    Since Ivanna Rumbiak
    100% (1)
  • CBD Meningitis TB
    CBD Meningitis TB
    Документ33 страницы
    CBD Meningitis TB
    della
    Оценок пока нет
  • Referat BPPV
    Referat BPPV
    Документ24 страницы
    Referat BPPV
    elisa
    Оценок пока нет
  • Radang Otak
    Radang Otak
    Документ13 страниц
    Radang Otak
    Keren Rivai
    Оценок пока нет
  • Skleritis Itin
    Skleritis Itin
    Документ43 страницы
    Skleritis Itin
    Adinda Aotearoa Afta
    Оценок пока нет
  • Ensefalitis Virus Akut Referat
    Ensefalitis Virus Akut Referat
    Документ22 страницы
    Ensefalitis Virus Akut Referat
    hemmaganda
    100% (2)
  • 258868742-Referat-Edema-Serebri 2
    258868742-Referat-Edema-Serebri 2
    Документ12 страниц
    258868742-Referat-Edema-Serebri 2
    iqbaladi
    Оценок пока нет
  • Lapsus TIA
    Lapsus TIA
    Документ36 страниц
    Lapsus TIA
    IndraArdana
    Оценок пока нет
  • Benign Paroxysmal Positional Vertigo
    Benign Paroxysmal Positional Vertigo
    Документ29 страниц
    Benign Paroxysmal Positional Vertigo
    suci
    Оценок пока нет
  • Poliomyelitis
    Poliomyelitis
    Документ26 страниц
    Poliomyelitis
    Dessy Dsy
    Оценок пока нет
  • Tumor Lobus Frontal + Sindrom Foster Kennedy
    Tumor Lobus Frontal + Sindrom Foster Kennedy
    Документ49 страниц
    Tumor Lobus Frontal + Sindrom Foster Kennedy
    rachilla arandita
    Оценок пока нет
  • SNH Hemiparese Alternans
    SNH Hemiparese Alternans
    Документ40 страниц
    SNH Hemiparese Alternans
    L P Putri
    Оценок пока нет
  • Chorea
    Chorea
    Документ20 страниц
    Chorea
    emily
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka Stroke Hemoragik
    Tinjauan Pustaka Stroke Hemoragik
    Документ28 страниц
    Tinjauan Pustaka Stroke Hemoragik
    Reza Akbar
    Оценок пока нет
  • Stroke Hemoragik
    Stroke Hemoragik
    Документ27 страниц
    Stroke Hemoragik
    Azman Hakim
    Оценок пока нет
  • Meningoensefalitis TB
    Meningoensefalitis TB
    Документ22 страницы
    Meningoensefalitis TB
    Deborah Bravian Tairas
    Оценок пока нет
  • Status Epilepticus
    Status Epilepticus
    Документ23 страницы
    Status Epilepticus
    Leliana Saleh
    Оценок пока нет
  • Saraf Case
    Saraf Case
    Документ30 страниц
    Saraf Case
    Jack Richard Russel
    Оценок пока нет
  • Leaflet LBP
    Leaflet LBP
    Документ1 страница
    Leaflet LBP
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Stroke Hemoragic
    Laporan Kasus Stroke Hemoragic
    Документ18 страниц
    Laporan Kasus Stroke Hemoragic
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Fr. Ulna
    Laporan Kasus Fr. Ulna
    Документ20 страниц
    Laporan Kasus Fr. Ulna
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Istilah Penelitian
    Istilah Penelitian
    Документ22 страницы
    Istilah Penelitian
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Akut Flaksid Paralisis
    Akut Flaksid Paralisis
    Документ9 страниц
    Akut Flaksid Paralisis
    cacabela
    Оценок пока нет
  • BST 2
    BST 2
    Документ97 страниц
    BST 2
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Parkinson
    Laporan Kasus Parkinson
    Документ31 страница
    Laporan Kasus Parkinson
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Akut Flaksid Paralisis
    Akut Flaksid Paralisis
    Документ9 страниц
    Akut Flaksid Paralisis
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Lapsus Priska HNP Edit 2
    Lapsus Priska HNP Edit 2
    Документ28 страниц
    Lapsus Priska HNP Edit 2
    cacabela
    Оценок пока нет
  • Ayu Yuli Asih
    Ayu Yuli Asih
    Документ6 страниц
    Ayu Yuli Asih
    cacabela
    Оценок пока нет