Вы находитесь на странице: 1из 5

Keutamaan puasa pada tanggal 9 dan 10

Muharram

Ilustrasi - Keutamaan puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram


(Arrahmah.com) Alhamdulillah kita kembali berada pada bulan Muharram, didalamnya ada
amalan yang perlu menjadi perhatian setiap kaum muslimin. Yaitu puasa pada 9 dan 10
Muharram atau juga disebut dengan puasa Tasua dan puasa Asyura. Semoga makalah ini
menjadi ilmu yang bermanfaat, insya Allah.

Sejarah puasa Asyura


Hari Asyura atau 10 Muharram adalah hari yang agung, pada hari tersebut Allah
menyelamatkan nabi Musa dan Harun alaihimas salam dan Bani Israil dari pengejaran Firaun
dan bala tentaranya di Laut Merah. Untuk mensyukuri nikmat yang agung tersebut, kaum Yahudi
diperintahkan untuk melaksanakan shaum Asyura.
:


:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata: Nabi shallallalhu alaihi wa salam tiba di
Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari Asyura. Beliau bertanya
kepada mereka: Ada apa ini?
Mereka menjawab, Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil
dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Nabi shallallalhu alaihi wa salam bersabda, Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan
kalian. Maka beliau berpuasa Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa
Asura.(HR. Bukhari no. 2204 dan Muslim no. 1130)
Kaum musyrik Quraisy sendiri juga telah melaksanakan shaum Asyura pada zaman jahiliyah.
Mereka menganggap hari tersebut adalah hari yang agung sehingga mereka melakukan
penggantian kain Kabah (kiswah) pada hari tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam
juga telah melakukan puasa Asyura sejak sebelum diangkat menjadi nabi sampai saat beliau
berhijrah ke Madinah. Hal ini mengindikasikan, wallahu alam, puasa Asyura diwarisi oleh
kaum Quraisy dari ajaran nabi Ibrahim dan Ismail alaihimas salam.





:




:

Dari Aisyah radiyallahu anha berkata: Mereka biasa melakukan puasa pada hari Asyura (10
Muharram) sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Pada hari tersebut Kabah diberi kain
penutup (kiswah). Ketika Allah mewajibkan puasa Ramadhan, maka Rasulullah shallallahu
alaihi wa salam bersabda: Baarangsiapa ingin berpuasa Asyura, silahkan ia berpuasa. Dan
barangsiapa ingin tidak berpuasa Asyura, silahkan ia tidak berpuasa. (HR. Bukhari no. 1592)


:








Dari Aisyah radiyallahu anha berkata: Kaum musyrik Quraisy mengerjakan puasa pada hari
Asyura (10 Muharram) sejak zaman jahiliyah. Demikian pula Rasulullah shallallahu alaihi wa
salam mengerjakan puasa Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, maka beliau berpuasa Asyura
dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Kemudian ketika puasa Ramadhan diwajibkan,
beliau meninggalkan puasa hari Asyura. Maka barangsiapa ingin, ia boleh berpuasa Asyura.
Dan barangsiapa ingin, ia boleh tidak berpuasa. (HR. Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125,
dengan lafal Bukhari)
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam pada waktu di Madinah mewajibkan umat Islam untuk
melaksanakan shaum Asyura.

: :

:



Dari Salamah bin Al-Akwa radhiyallahu anhuma berkata: Nabi shallallahu alaihi wa salam
memerintahkan seseorang dari suku Aslam: Umumkanlah kepada masyarakat bahwa

barangsiapa tadi pagi telah makan, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa harinya. Dan
barangsiapa belum makan tadi pagi, maka hendaklah ia berpuasa. Karena hari ini adalah hari
Asyura. (HR. Bukhari no. 2007 dan Muslim no. 1824)


:

:


:







Dari Rubayyi binti Muawwidz radhiyallahu anha berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa
salam mengirimkan seorang pemberi pengumuman pada pagi hari Asyura ke kampungkampung Anshar, untuk mengumumkan Barangsiapa siapa tadi pagi telah makan, hendaklah ia
menyempurnakannya sampai akhir hari ini (berpuasa) dan barangsiapa telah berpuasa sejak tadi
pagi, maka hendaklah ia berpuasa.
Sejak saat itu kami selalu berpuasa Asyura dan kami jadikan anak-anak kecil kami berpuasa
Asyura. Kami membuatkan mainan boneka untuk mereka dari bulu domba. Jika salah seorang
di antara mereka menangis karena lapar, maka kami berikan kepadanya mainana itu, begitulah
sampai datangnya waktu berbuka. (HR. Bukhari no. 1960 dan Muslim no. 1136)
Dengan turunnya kewajiban puasa Ramadhan, maka status hukum puasa Asyura berubah dari
wajib menjadi sekedar sunah.

Sejarah puasa Tasua


:



:


:
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu alaihi
wa salam melakukan puasa Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa Asyura,
maka para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, ia adalah hari yang diagungkan oleh kaum
Yahudi dan Nasrani.
Maka beliau bersabda, Jika begitu, pada tahun mendatang kita juga akan berpuasa pada hari
kesembilan, insya Allah.
Ternyata tahun berikutnya belum datang, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam telah wafat.
(HR. Muslim no. 1134)

Keutamaan puasa Tasua dan Asyura


1. Wujud syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman
dari kejahatan orang-orang kafir, yaitu selamatnya Nabi Musa dan Harun alaihimas
salam bersama Bani Israil dari kejahatan Firaun dan bala tentaranya. Hadits yang
menyebutkan hal ini telah disebutkan di atas.

2. Meneladani nabi Musa, Harun dan Muhammad alaihimus shalatu was salam, yang
berpuasa pada hari Asyura. Hadits yang menyebutkan hal ini telah disebutkan di atas.
3. Meneladani para sahabat radhiyallahu anhum yang melakukan puasa Asyura, bahkan
melatih anak-anak mereka untuk melakukan puasa Asyura. Hadits yang menyebutkan
hal ini telah disebutkan di atas.
4. Menghapuskan dosa-dosa kecil selama setahun sebelumnya, selama kesyirikan dan dosadosa besar dijauhi.
Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu anhu bahwasanya:

:

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam ditanya tentang puasa hari Asyura, maka beliau
bersabda: Ia dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu.(HR. Muslim no. 1162)

Tingkatan puasa Tasua dan Asyura


Para ulama menjelaskan ada tiga tingkatan terkait puasa Tasua dan Asyura:
1. Puasa satu hari saja yaitu pada hari Asyura. Hadits-haditsnya telah disebutkan di atas.
2. Puasa dua hari, yaitu hari Tasua dan hari Asyura. Hadits-haditsnya telah disebutkan di
atas.
3. Puasa tiga hari, yaitu sehari sebelum Asyura (yaitu hari Tasua), hari Asyura dan sehari
setelahnya (tanggal 11 Muharram). Pendapat disunahkan puasa sehari setelah Asyura ini
didasarkan kepada sebuah riwayat dari Ibnu Abbas. Hanya saja ia bukan sabda Nabi
shallallahu alaihi wa salam, melainkan perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dan
sanadnya lemah.
Meski demikian ia bisa dibolehkan berdasarkan keumuman hadits-hadits yang menganjurkan
puasa tiga hari setiap bulan. Misalnya hadits,



:
:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Kekasihkau (Rasulullah shallallahu alaihi wa
salam) berwasiat kepadaku dengan tiga hal; puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan tidak
tidur kecuali setelah melakukan shalat witir. (HR. Abu Daud no. 1432, Ahmad no. 7512, Abu
Yala no. 2619, Abdur Razzaq no. 2849 dan Ibnu Khuzaimah no. 1222, hadits shahih)
Wallahu alam bish-shawab
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Вам также может понравиться