Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju
ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar
seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak,lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu
konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah
membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan
berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan
pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah,
sehingga sering disebut mata merah.
Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah
salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus
membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si
penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru

lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan


oleh bakteri dan virus.
Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan
seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita
tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit
konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara
umum yaitu untuk mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep
Dasar Keperawatan tentang Konjungtivitis.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara
khusus adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang definisi Konjungtivitis.
b. Untuk mengetahui tentang klasifikasi dan etiologi Konjungtivitis.
c. Untuk mengetahui tentang patofisiologi Konjungtivitis.
d. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis Konjungtivitis.
e. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik Konjungtivitis.
f. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan Konjungtivitis.
g. Untuk mengetahui tentang pencegahan Konjungtivitis.
h. Untuk mengetahui tentang prognosis Konjungtivitis.
i. Untuk mengetahui tentang pengkajian pada pasien Konjungtivitis.
j. Untuk mengetahui tentang diagnosa keperawatan Konjungtivitis.
k. Untuk mengetahui tentang intervensi dan rasional asuhan keperawatan
Konjungtivitis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan
pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya
inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput
bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan
bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan
biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
(Effendi, 2008).
Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat
juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif
atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien sering datang
dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia
dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi
konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap,
debu dan lain-lain.
2. Anatomi Dan Fisiologi Mata
a. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
berwarna putih dan relatif kuat.

b. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata


dan bagian luar sklera.
c. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
d. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
f. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
g. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus
ke otak.
h. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visuil dari retina ke otak.
i. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris
mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup,
seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap,
maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar
terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil

dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa
memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang
dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih
tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka
otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya

untuk

menebal

menjadi

berkurang

sehingga

kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.


Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.
Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan
ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil
yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang
listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah


jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada
kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian
depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus
yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya.
Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai
dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai
lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar
dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
b. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke
retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah mata mempunyai otot,
saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan
mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri


dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika
dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata
bagian belakang.
Struktur Pelindung Mata
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata
bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata
terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya
lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya
masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi:
a. Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata,
otot-otot,

saraf,

pembuluh

darah,

lemak

dan

struktur

yang

menghasilkan dan mengalirkan air mata.


b. Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi
mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi
mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang.
Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke
seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata
mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.
Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang

juga membungkus permukaan mata.


c. Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung
kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan
bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung
kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
d. Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri
dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir
dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata,
juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke
mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi.
3. Klasifikasi dan Etiologi
a. Konjungtivitis Bakteri
Terutama
disebabkan

oleh

Staphylococcus

aureus,

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella


catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis

bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu


rujukan ke oftalmologis segera.
c. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai

dengan

pembentukan

folikel

sehingga

disebut

juga

konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48


jam.
d. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan
sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zatzat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik
golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti
hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga
berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen
yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan
pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering
memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal
terhadap kucing).
e. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi
dan konjungtivitis gonore ).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada
bayi yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a. Gonococus
b. Chlamydia ( inklusion blenore )
c. Staphylococus

Masa inkubasi bervariasi antara 3 6 hari


Gonore : 1 3 hari
Chlamydia : 5 12 hari
4. Patofisiologi
Konjungtiva

karena

lokasinya

terpapar

pada

banyak

mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa


mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air
mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap
debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba
termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi,
hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada
stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
( pembentukan folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun
tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada
hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi

10

tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan
menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan
silier berarti kornea terkena.
5. Manifestasi klinis
a. Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan,
epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara
bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi
purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi
tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah
pada konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada
epitel kornea.
b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret
purulen yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri
palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan
adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat
diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan
sistemik.
c. Konjungtivitis Alergi
1) Mata gatal
2) Panas
3) Mata berair
4) Mata merah
5) Kelopak mata bengkak.
6) Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis
alergi, eksema, atau asma.
7) Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel

11

plasma, limfosit dan basofil.


d. Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia
dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala
terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi
nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam,
faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
e. Konjungtivitis blenore
Tanda tanda blenore adalah sebagai berikut:
1) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
2) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
3) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
4) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5
hari.
5) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.
6. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah
bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau
giemsa

dapat

dijumpai

sel-sel

radang

polimorfonuklear.

Pada

konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa


akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya
hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
7. Penatalaksanaan
a. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat
diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol,
folimiksin, dll. selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil
yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan
tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata
untuk tidur atau salep mata 45 kali sehari.
b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

12

Penatalaksanaan keperawatan:
1) Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topikal dan sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap jam.
2) Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan
terisolasi
Medika mentosa:
1) Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000 20.000 unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
2) Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
3) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan

pengobatan

gonokokus.
4) Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik
yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut turut negatif.
c. Konjungtivitis alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa Kompres dingin dan
menghindarkan

penyebab

pencetus

penyakit.

Dokter

biasanya

memberikan obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor dan


pemberian Astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah.
Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak
mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin(garam fisiologis).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan
karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
d. Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres
hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
e. Konjungtivitis blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian

13

penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan


cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera
setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan
dokter biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
1) Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan
setiap jam sampai terlihat tanda tanda perbaikan.
2) Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
3) Kadang kadang perlu diberikan bersama sama dengan
tetrasiklin untuk infeksi chlamydia yang banyak terjadi.
8. Pencegahan
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit
c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni
rumah lain
d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk
keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
9. Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya dapat

14

sembuh dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh 10-14


hari. Bila diobati, sembuh dalam 1-3 hari. Konjungtivitis karena
staphilokokus sering menjadi kronis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur,
jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal,
panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret,
banyak

keluar

terutama

pada

konjungtiva,

purulen

Gonoblenorroe.
2) Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat
keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu
keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
3) Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus
Gonoblenorroe.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata,
alergi obat, riwayat operasi mata.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat

penderita

penyakit

menular

(konjungtivitis)
e. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda
konjungtivitis yang meliputi:

15

1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan


megurang ke arah limbus.
2) Kemungkinan adanya sekret:
a) Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang
menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b) Berair/encer pada infeksi virus.

16

3)
4)
5)
6)

Edema konjungtiva
Blefarospasme
Lakrimasi
Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada

edema dan infiltrasi).


7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat
ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang
kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil kecil baik di
konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan
pneumokok atau virus.
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan
perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada
kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva.
Ditandai dengan :
1) Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan raut
muka / wajah.
2) Klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang sampai hilang pada
skala 0 3 setelah dilakukan askep

17

Kriteria hasil :
a) Nyeri berkurang atau terkontrol.
b) Pasien tampak tenang
c) Skala nyeri 0 3
d) Klien dapat istirahat
Intervensi dan Rasional
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
R/ untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
2) Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam
dan teratur.
R/ Berguna dalam intervensi selanjutnya.
3) Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang
R/ Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien
dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
R/ Menghilangkan nyeri,karena memblokir saraf penghantar nyeri.
b. Gangguan rasa nyaman: pruritus b/d edema dan iritasi konjungtiva
Ditandai dengan :
1) Peningkatan eksudasi, fotofobia, lakrimasi dan rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang.
b) Mengungkapkan peningkatan kenyamanan di daerah mata.
c) Berkurangnya lecet karena garukan.
d) Penyembuhan area mata yang telah mengalami iritasi.
e) Berkurangnya kemerahan.
Intervensi dan Rasional :
1) Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan
larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
R/ melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.
2) Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah
dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
R/ membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan
nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
3) Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit.
R/ mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.
4) Anjurkan klien menggunakan kacamata ( gelap ).

18

R/ pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan


cahaya yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap
cahaya menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat
mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi
lingkungan.
5) Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar
menghindari atau mengurangi penggunaan tata rias hingga
semua

gejala

mengidentifikasi

konjungtivitis
sumber

alergen

hilang.
yang

Bantu
lain.

klien

Tekankan

pentingnya kacamata pelindung bagi klien yang bekerja dengan


bahan kimia iritan.
R/mengurangi ekspose alergen atau iritan.
6) Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan
lien cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara
menggunakan obat tetes mata atau salep mata.
R/mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat mata.
7) Kolaborasi dalam pemberian
a. Antibiotik.
R/ mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infekstif
dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.
Tetes mata diberikan pada siang hari dan salep mata
diberikan pada malam hari untuk mengurangi lengketnya
kelopak mata pada siang hari.
b. Analgesik ringan seperti asetaminofen.
R/ mengurangi nyeri seperti nyeri periorbital pada
konjungtivitis viral.
c. Vasokonstriktor seperti nafazolin.
R/mengurangi dilatasi pembuluh darah pada konjungtivitis
alergi.

19

d. Antihistamin oral
c. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata
Ditandai dengan :
1) Klien menutupi daerah bagian mata.
2) Klien menolak untuk bertemu dengan orang lain.
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat menghargai situasi dengan cara realistis tanpa
penyimpangan.
2. Klien dapat mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan
perasaan yang positif.
Intervensi :
1. Kaji tingkat penerimaan klien.
R/ untuk mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh klien
mengenai perubahan dari dirinya.
2. Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.
R/ membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima
perubahan.
3. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
R/ kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai
pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara
yang berbeda.
4. Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit
yang dialami.
R/ memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami kepada
pasien/orang terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.
5. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
R/ menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan
kepercayaan diri klien.

20

Evaluasi
1) Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
2) Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan
ke arah penerimaan.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
Ditandai dengan :
1) Klien mengatakan tentang kecemasannya.
2) Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya.
2) Klien dapat menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
3) Menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
R/ Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
2) Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
R/ Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya.
3) Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.
R/ Memberikan perasaan tenang kepada klien.
4) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
R/ Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi yang
nyata, mengklarifikasi kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5) Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
R/ Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
Evaluasi
1)

Mendemonstrasikan

penilaian

penanganan

2)

mengurangi ansietas.
Mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit.

adaptif

untuk

21

e. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses


peradangan.
Kriteria hasil :
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Intervensi dan Rasional :
1) Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar.
R/ Dengan membersihkan mata dan irigasi maka mata menjadi
bersih.
2) Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
R/ Pemberian antibiotika diharapkan penyebaran infeksi tidak
terjadi
3) Pertahankan tindakan septik dan anseptik.
R/ Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat
maupun dari perawat ke pasien.
4) Beritahu klien mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan
bantal dengan anggota keluarga yang lain. Klien sebaiknya
menggunakan tisu, bukan saputangan dan tisu ini harus dibuang
setelah pemakaian satu kali saja.
R/ Meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
5) Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak
sembarangan dengan mata.
R/ Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada
orang lain.
6) Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat. Anjurkan klien untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengobatan dan
gunakan saputangan atau handuk bersih. Beritahu lien untuk
menggunakan tetes atau salep mata dengan benar tanpa
menyentuhkan ujung botol pada mata/bulu mata klien.
R/ Prinsip higienis perlu ditekankan pada klien untuk mencegah
replikasi kuman sehinggaa penyebaran infeksi dapat dicegah.

22

7) Bersihkan alat yang digunakan untuk memeriksa klien.


R/ Mencegah infeksi silang pada klien yang lain.

23

Evaluasi
1) Tidak terjadi tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.
f. Resiko tinggi cedera b/d keterbatasan penglihatan.
Kritera hasil :
1) Cedera tidak terjadi.
2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko cedera.
3) Mengungkapkan
keinginan
untuk
melakukan
tindakan
pengamanan untuk mencegah cedera.
Intervensi dan Rasional :
1) Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba tiba, menggaruk
mata, membungkuk.
R/ menurunkan resiko jatuh atau cidera.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
R/ mencegah cidera, meningkatkan kemandirian.
3) Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
R/ meminimalkan resiko cedera, memberikan rasa nyaman bagi
pasien.
4) Awasi atau temani pasien saat melakukan aktivitas.
R/ mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
5) Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.
R/ sekret mata akan membuat pandangan kabur.
6) Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah
penggunaan tetes mata dan salep mata.
R/ Memberikan informasi pada klien agar tidak melakukan
aktivitas berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.
7) Gunakan kacamata gelap.
R/ Mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan
klien.
Evaluasi
1) Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan

24

cidera.
2) Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
3) Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.

25

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh
karena itu, konjungtivitis terbagi menjadi beberapa tipe antara lain;
Konjungtivitis Bakteri, Konjungtivitis Bakteri Hiperakut, Konjungtivitis Viral,
Konjungtivitis Alergi, dan Konjungtivitis blenore. Manifestasi klinis yang
dapat ditimbulkan pada pasien konjungtivitis tergantung dari penyebab dan
tipe yang diderita. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilihat seperti pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan
didapatkan sel-sel eosinofil.Pada pemeriksasan klinik didapat adanya
hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
Penatalaksanaan konjungtivitis dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara baik penatalaksanaan medis maupun keperawatan. Karena
konjungtivitis mudah ditularkan dari orang ke orang, maka kita sebaiknya
harus melakukan tindakan pencegahan seperti tidak memakai peralatan secara
bersamaan dengan penderita konjungtivitis, selalu mencuci tangan setelah
melakukan kontak langsung dengan penderita konjungtivitis, dll. Prognosis
konjungtivitis itu sendiri adalah Konjungtivitis pada umumnya self limited

26

disease artinya dapat sembuh dengan sendirinya maupun dengan pengobatan.

B. Saran
Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai
pihak,antara lain :
1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat
menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan
tentang asuhan keperawatan pada Konjungtivitis.
2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terbit dengan kondisi yang lebih
baik.

27

DAFTAR PUSTAKA

Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.


Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo.
1994. Surabaya.
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC.
1999
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC.
1997
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

28

Вам также может понравиться

  • Inti Sari
    Inti Sari
    Документ2 страницы
    Inti Sari
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Ririn Isma Afrita
    Ririn Isma Afrita
    Документ4 страницы
    Ririn Isma Afrita
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • SOSIOLOGI
    SOSIOLOGI
    Документ15 страниц
    SOSIOLOGI
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Surat Keterangan: Nomor: /109.1.7/SMA.T/KM/2017
    Surat Keterangan: Nomor: /109.1.7/SMA.T/KM/2017
    Документ1 страница
    Surat Keterangan: Nomor: /109.1.7/SMA.T/KM/2017
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Rio Epid
    Rio Epid
    Документ12 страниц
    Rio Epid
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • PLIF CHAR Menarche
    PLIF CHAR Menarche
    Документ18 страниц
    PLIF CHAR Menarche
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Lamaran Kerja 1
    Lamaran Kerja 1
    Документ2 страницы
    Lamaran Kerja 1
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadir Responden
    Daftar Hadir Responden
    Документ3 страницы
    Daftar Hadir Responden
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Dinamika Motivasi Kelompo
    Dinamika Motivasi Kelompo
    Документ17 страниц
    Dinamika Motivasi Kelompo
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • PLIF CHAR Menopause
    PLIF CHAR Menopause
    Документ16 страниц
    PLIF CHAR Menopause
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Ilmu Gizi Rian
    Ilmu Gizi Rian
    Документ20 страниц
    Ilmu Gizi Rian
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Ca Ovarium
    Ca Ovarium
    Документ2 страницы
    Ca Ovarium
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Pem Bim Bing
    Pem Bim Bing
    Документ3 страницы
    Pem Bim Bing
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Ilmu Gizi Rian
    Ilmu Gizi Rian
    Документ20 страниц
    Ilmu Gizi Rian
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Plif Char Asi Eksklusifa
    Plif Char Asi Eksklusifa
    Документ22 страницы
    Plif Char Asi Eksklusifa
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Plif Char Asi Eksklusif
    Plif Char Asi Eksklusif
    Документ14 страниц
    Plif Char Asi Eksklusif
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • 21 April
    21 April
    Документ44 страницы
    21 April
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Cover Proposal Revisi
    Cover Proposal Revisi
    Документ1 страница
    Cover Proposal Revisi
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • RSB Garuda
    RSB Garuda
    Документ45 страниц
    RSB Garuda
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Brosur Mencuci Tangan Pakai Sabun
    Brosur Mencuci Tangan Pakai Sabun
    Документ3 страницы
    Brosur Mencuci Tangan Pakai Sabun
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Bw. Surat Pengantar Laporan TK
    Bw. Surat Pengantar Laporan TK
    Документ2 страницы
    Bw. Surat Pengantar Laporan TK
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • NUTRISI
    NUTRISI
    Документ3 страницы
    NUTRISI
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • 0414
    0414
    Документ13 страниц
    0414
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Berbagai Program Unggulan Pemerintah Dal
    Berbagai Program Unggulan Pemerintah Dal
    Документ25 страниц
    Berbagai Program Unggulan Pemerintah Dal
    Usi Lanita
    Оценок пока нет
  • Makala H
    Makala H
    Документ12 страниц
    Makala H
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Distribusi Sampling
    Distribusi Sampling
    Документ8 страниц
    Distribusi Sampling
    Edy Rohmad
    Оценок пока нет
  • Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Документ3 страницы
    Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Kti Bab 1-3
    Kti Bab 1-3
    Документ30 страниц
    Kti Bab 1-3
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Документ3 страницы
    Gambaran Pengetahuan Primigravida
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет
  • Hal Persetujuan KTI
    Hal Persetujuan KTI
    Документ15 страниц
    Hal Persetujuan KTI
    Ananta Aisyawa
    Оценок пока нет