Вы находитесь на странице: 1из 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan operculum ikan mas dengan perlakuan pemberian detergen
dengan konsentrasi 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, dan 50 ppm.
pH
No

Konsentrasi

1
2
3
4

0 ppm
5 ppm
10 ppm
50 ppm

Sebelum
perlakuan
5,5
5,5
5,5
5,5

Hari pertama
Sesudah
perlakuan
6
6
6
6

Hari kedua

128
245
296
330

72
238
280
330

X
X
269
X

221
221
330
X

Keterangan : x = ikan mati

Grafik 1 Perbandingan Jumlah Pergerakan Operculum pada Hari Pertama dan Hari
Kedua
350
300
250
200

150

100
50
0
0

10

50

Pembahasan
Pencemaran air oleh limbah rumah tangga atau detergen dapat berpegaruh
terhadap organisme yang hidup di perairan dan sekitar perairan tersebut. Salah satu
organisme yang dapat dipengaruhi oleh air tercemar adalah ikan mas. Pengaruh
pencemaran air tersebut terhadap ikan mas dapat dilihat pada jumlah membuka dan
menutup penutup insang (operculum). Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh air yang tercemar detergen pada konsentrasi berbeda (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm,
dan 50 ppm) terhadap banyaknya pergerakan membuka dan menutup operculum ikan
mas. Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena
sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley & Sudarmadi 1993). Di Indonesia
ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling
banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka
terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm.
Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnant water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap
bulanya (Arsyad & Sudarmadi 1993).
Ukuran ikan mas yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih
yang sangat rentan dan juga mudah stress sehingga agak susah

untuk melihat

mekanisme membuka serta menutupnya operculum ikan tersebut. Dalam hal ini juga
tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang digunakan, praktikan juga dapat
menjadi kendala dalam kesalahan kekurang telitian dalam melihat mekanisme membuka
serta menutup operculum ikan tersebut karena hal ini juga dapat mempengaruhi
ketepatan dalam pengamatan ini. Waktu penghitungan frekuensi gerakan membuka serta
menutupnya operculum juga sangat berpengaruh. Hal tersebut yaitu daya adaptasi yang
berbeda pada umur benih ikan mas dengan waktu dimulainya perhitungan sangat
berkaitan erat dalam mempenagruhi hasil pengamatan ini.
Berdasarkan hasil Tabel 1, pada hari pertama jumlah pergerakan operculum
konsentrasi 50 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah operculum yang ada pada
konsentrasi 0, 5, 10 (ppm). Hal ini sesuai dengan penyataan Cahyono (2000),
percepatan gerakan operculum pada ikan hingga menyebabkan
kematian pada ikan mengindikasikan bahwa air tercemar. Pada
pengamatan hari kedua, pada konsentrasi 50 ppm yang terjadi yaitu
ikan mati. Pada konsentrasi 10 ppm pergerakan operculumn ikan
semakin banyak dibandingkan dengan hari sebelumnya. Pada konsentrasi 5 ppm,
ikan pada ulangan 1 mati, tetapi pada pengulangan kedua terjadi penurunan pergerakan
operculum. Pada konsentrasi 0 ppm, ikan pada ulangan 1 mati, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh ikan yang tidak dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Pada
ulangan 2, pergerakan operculum ikan semakin banyak.

Menurut Fujaya (1999) rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan
atau hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk
mengambil Oksigen. Fujaya menambahkan bahwa tidak hanya volume besar yang
dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan juga semakin besar. Menurut Nolan dan
Collin (1996) suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi
kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.
Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap
adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini
dapat ditunjukkan dalam percobaan yang telah dilakukan di laboratorim, di mana
terjadi perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dasar irama
membuka dan menutupnya rongga Buccal dan operculum (Mark 1981). Pengukuran
aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan
terhadap kehadiran senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan
memperlihatkan adanya peningkatan jumlah gerakan operculum Fingerlink (Cirrhina
Mrigala) yang terkena deterjen (Lal et al. 1984).
Berdasarkan hasil penelitian bahan konsentrasi limbah, suhu, DO, pH, salinitas
dan alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio L.)
(Suwindere 1983). Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan dan
pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas dan
alkalinitas (Rasyad 1990). Dapat diperkirakan bahwa perubahan suhu lingkungan hidup
dapat mempengaruhi proses-proses hayati di dalam tubuh organisme karena proses ini
bersifat kimiawi. Juga suhu lingkungan hidup merupakan faktor dalam distribusi
organisme, sedangkan sifat fisika lingkungan hidup, misalnya viskositas air
mempengaruhi suhu. Viskositas air menurun dengan meningkatnya suhu. Mengingat
faktor tersebut suhu merupakan faktor ekologi yang penting (Koesbiono 1980).

Вам также может понравиться