Вы находитесь на странице: 1из 23

TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

MONITORING PENGGUAAN OBAT DI BANGSAL BEDAH PADA PASIEN BPH DAN


VESIKOLITIASIS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

Disusun oleh :
ARTO BALIA (1420282834)

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


INSTALASI FARMASI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013

BAB 1
Pendahuluan
A. Latar belakang

Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan perbesaran kelenjar


prostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran
urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya terjadi dilatasi ureter
(hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap .Vesikolitiasis adalah
batu dalam kandung kemih dapat terbentuk di tempat berasal dari gnjal
masuk kedalam kandung kemih. Karena kandung kemih berkontraksi
mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum yang peka itu
maka menyebabkan rasa sakit biasanya terdapat sedikit hematuria dan
infeksi sering menyertai keadaan ini
B. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti Etiologi
penyebab terjadinya BPH, namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa
BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidro testos teron (DHT)
dan proses menua. Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa
hipotesa yang diduga menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori
penyebab BPH menurut Purnomo (2011) meliput:

1. Teori Dehidrotestosteron (DHT)


Dehidrotestosteron/ DHT adalah metabolit androgen yang sangat
penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Aksis hipofisis testis dan
reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT) dalam sel prostad
merupakan factor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat
menyebabkan

transkripsi

terjadinya sintesis

pada

RNA,

sehingga

dapat

menyebabkan

mensti mulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai

penelitian dikata kan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan

kadar nya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat
normal.
2. Teori hormone ( ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron)
Pada usia yang semakin tua,terjadi penurunan kadar testoste rone
sedangkan kadar estrogen relative tetap, sehingga terjadi perbandingan
antara kadar estrogen dan testosterone relative meningkat. Hormon estrogen
didalam prostat memiliki peranan dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar
prostat

dengan

menurunkan

cara

jumlah

meningkatkan
kematian

jumlah

sel-sel

reseptor

prostat

androgen,

(apoptosis).

dan

Meskipun

rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosterone


mening kat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang lebih
panjang sehingga masa prostat jadi lebih besar.
3. Faktor interaksi Stroma dan epitel epitel.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator yang disebut Growth
factor. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol,
sel-sel

stroma

mensintesis

suatu

growth

factor

yang

selanjutnya

mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri intrakrin dan autokrin, serta


mempengaruhi sel-sel epitel parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya
poliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma. Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi

yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostad jinak. BFGF dapat
diakibatkan oleh adanya mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.
4. Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada
apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel
yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya,
kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat
keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat
terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan
jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru dengan prostat yang mengalami
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi
meningkat, sehingga terjadi pertam bahan masa prostat.
5. Teori sel stem
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru.
Didalam kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel
yang mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel
ini sangat tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika
hormone androgen kadarnya menurun, akan terjadi apoptosis. Terjadinya
poliferasi sel-sel BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel
stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel
epitel.
C. Patofisiologi

Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroa denomatosa


majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral
sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal
yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma
fibrosa dan otot polos yang jumlah nya berbeda-beda. Proses pembesaran
prostad terjadi secara perlahan - lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga

terjadi

secara

perlahan-lahan.

Pada

tahap

awal

setelah

pembesaranprostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah

terjadi
prostad

meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul


sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi
sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bias mengosongkan vesika urinaria
dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi
alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri ( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan
aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes,
kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi maka pasien
mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga
menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari urin yang
tertahan

tertahan

didalamnya

sehingga

pasien

merasa

bahwa

vesika

urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan interval


disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala
iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan
nyeri saat berkemih /disuria ( Purnomo, 2011).

Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan


obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menye babkan
refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal injal. Proses kerusakan
ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus mengejan
sehingga lama kelamaan menye babkan hernia atau hemoroid. Karena selalu
terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam
kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk
akan mengakibatkan pielonefritis (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005).
D. Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan
gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada
saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan di kandung kemih
sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran
miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas
b.

(menetes setelah miksi)


Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi

yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).


2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada
sluran kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri
pinggang, benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau
demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
3.Gejala diluar saluran kemih

Pasien

diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinalis atau hemoroid.

Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi sehingga
mengakibatkan tekananntraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang
tampak

pada

pasien

BPH,

pada

pemeriksaan

prostat

didapati

membesar,kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan


muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi
dengan retensi kronis dan volume residual yang besar

E. Penatalaksanaan
1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien
dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam yang di tujukan
agar

tidak

terjadi

nokturia,

menghindari

obat-obat

dekongestan

(parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak di perbolehkan minum


alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien di anjurkan untuk menghindari
mengangkat barang yang berat agar per darahan dapat dicegah. Ajurkan
pasien agar sering mengosongkan kandung kemih (jangan menahan kencing
terlalu lama) untuk menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung
kemih. Secara periodik pasien dianjurkan untuk melakukan control keluhan,
pemeriksaan

laboratorium,

sisa

kencing

dan

pemeriksaan

dubur(Purnomo, 2011).
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut Purnomo (2011)
dapat diperkirakan dengan mengukur residual urin dan pancaran urin:

colok

a. Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat diukur
dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan
pemeriksaan USG setelah miksi.
b. Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah
urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat
urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
2. Terapi medikamentosa
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang
diberikan pada penderita BPH adalah :
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelak sasi
untuk mengurangi tekanan pada uretra
b. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golong an alfa
blocker (penghambat alfa adrenergenik)
c. Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone
testosterone/ dehidrotestosteron (DHT).
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH,
diantaranya :.
a. Penghambat adrenergenik alfa
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin atau yang lebih selektif alfa 1a(Tamsulosin). Dosis dimulai 1mg/hari
sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaaan antagonis
alfa 1 adrenergenik karena secara selektif bisa mengurangi obstruksi pada
buli-buli tanpa merusa kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptorreseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika,
prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relakasi didaerah prostat. Obatobat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin. Hal

ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan
aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan
berkurangnya keluhan dalam 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek
samping yang mungkin timbul adalah pusing, sumbatan di hidung dan lemah.
Ada obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka perlu
dihindari seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer, dekongestan,
obatobat ini mempunyai efek pada otot kandung kemih dan sfingter uretra.
b.Pengahambat enzim 5 alfa reduktase
Obat yang dipakai adalah
finasteride
1X5mg/hari.

(proscar)

dengan dosis

Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT

sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih
lambat dari golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat
yang besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan karena obat ini baru
menunjukkan perbaikan sedikit/ 28 % dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan
pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan
miksi dan pancaran miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido,
impoten dan gangguan ejakulasi.
c. Fitofarmaka/fitoterapi
Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat.
Substansinya misalnya pygeum africanum, saw palmetto, serenoa repeus dll.
Afeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan dapat
memperkecil volum prostat.
3. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan
pembedahan

didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin

berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan

perubahan fisiologi pada prostat. Waktu penanganan untuk tiap

pasien

bervariasi tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Menurut Smeltzer


dan Bare (2002) intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi : pembedahan
terbuka dan pembedahan endourologi.
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang
biasa digunakan adalah :
1. Prostatektomi suprapubik
salah satu metode

mengangkat kelenjar melalui insisi

abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat


diangat dari atas. Teknik demikian dapat digunakan untuk
kelenjar dengan segala ukuran, dan
terjadi ialah pasien
disbanding

akan

dengan metode

komplikasi yang mungkin

kehilangan darah yang cukup banyak


lain,

kerugian lain yang dapat terjadi

adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur


bedah abdomen mayor.
2. Prostatektomi perineal
suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu
insisi dalam

perineum. Teknik ini lebih praktis

dan sangat

berguan untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka


bedah

mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat

dnegan rectum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan


ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.
3. Prostatektomi retropubik
Tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi

abdomen rendah

mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis

dan kandung kemih tanpa memasuki

kandung kemih. Teknik ini sangat

tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun
jumlah darah yang hilang lebih dapat
dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi
infeksi dapat terjadi diruang retropubik.
b. Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral
dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik diantaranya:

1) Transurethral Prostatic Resection (TURP)


Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan,
reseksi kelenjar

prostat

dilakukan dengan transuretra menggunakan

cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup
darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai berat, volume
prostat kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran
prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra.
Setelah TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih
secara terus menerus dilaksanakan untuk
darah. Manfaat

mencegah pembekuan

pembedahan TURP yaitu tidak meninggalkan

atau

Bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal dirumah sakit lebih
singkat. Komplikasi TURP adalah rasa tidak enak di kandung kemih,
spasme kandung kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi,
fertilitas (Baradero dkk, 2007).
2) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)

prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini


dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau prostat
F. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi Infeksi
saluran kemih
2. Involusi kontraksi kandung kemih
3. Refluk kandung kemih
4. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin teruS
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin
yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
5. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
6. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk
batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu
tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat
mengakibatkan pielonefrit
7.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data pasien yang ada, Yaitu Tn Sutarjo yang datang
kerumah sakit dengan keluhan mengalami nyeri pada saat buang air kecil. Dari
hasil pemeriksaan terhadap Tn sutarjo di diagnosis mengalami

BPH dan

Vesikolitialisis. Dimana terjadi pembetukan batu di kandung kemih pasien yang


menyebabkan nyeri pada saat buang air kecil
Pada tanggal 18 april dilakukan operasi terhadap Tn Sutarjo dengan
melihat kondisi pasien yang baik untuk dilakukan operasi berdasarkan data dan
hasil pemeriksaan terhadap Tn Sutarjo. Sebelum dilakukan operasi terhadap
tuan sutarjo telebih dahulu diberikan premedikasi ketorolak, ondansetron. Pada

kasus ini tujuan pemberian ketorolak yang merupakan analgetik kuat adalah
untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
di perifer tanpa mengganggu opioid pada saraf pusat. Sedangkan ondansetron
di berikan

untuk mengatasi mual dan muntah setelah dilakukan operasi.

ondansetron merupakan antagonis 5-HT3 yang sangat selektif dalam menekan


mual dan muntah.
Pasien di induksi dengan anastesi lokal yaitu bupivacain spinal yang
membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar dimana bupivacaine bekerja
menghambat induksi saraf yang menghantarkan impuls dari saraf sensoris.
Pembedahan dilakukan pada tanggal 18 april jam 08.50 sampai jam 09.20.
Setelah dilakukan operasi diberikan juga injeksi tramadol sebagai anti nyeri,
ceftriakson sebagai anibiotik ,

dan as traneksamat sebagai fibrinolitik dan

cedacoron . Pada tanggal 20 april 2015 dilakukan penambahan obat injeksi


vitamin K sebagai antikoagulan, Pengobatan ini dilanjutkan samap tangal 23
april 2015 dan pemberian injeksi vitamin K diberhentikan pada tanggal 24. Pada
tanggal 24 pasien diberikan obat oral berupa ciprofloksasin dan asam
mefenamat dan pasien pulang.
Berdasarkan data pengobatan pasien (Tn sutarjo) maka ada beberapa
DRP yang timbul yaitu pada pemberian ondansetron jika di gunakan bersamaan
dengan tramadol maka efek analgetik dari tramadol akan menurun sehingga
dosis tramadol perlu ditingkatkan menjadi 2 kali dari dosis awal. Pasien juga
mengalami cemas namun tidak di berikan obat untuk mengatasi kecemasan
pada pasien. Dalam hal ini perlu diberikan obat untuk mengatasi masalah
kecemasan pasien tersebut.
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa Tn


sutarjo menderita penyakit BPH dan vesikolitiasis dimana pada penyakit ini
penderita meraskan nyeri pada saat buang air kecil. Dilakukan operasi terhadap
Tn Sutarjo dimana selama menjalani perawatan operasi dia di berikan obatobatan seperti ketorolac, bupivacaine spinal, tramadol, cedocaron, ondansetron,
ceftriakson, asam traneksamat, vitamin K, ciprofloksasin dan as mefenamat.
Dimana dalam pengobatan tersebut ada obat yang menimbulkan interaksi yaitu
tramadol dengan ondansetron dimana tramadol akan menurun efeknya bila di
berikan bersamaan dengan ondansetron. Pasien juga mengalami kecemasan
namun tidak diberikan terapi untuk mengatasi keadaan tersebut. Sehingga perlu
di usulkan untuk penambahan obat untuk mengatasi kecemasan pada pasien.

INSTALASI FARMASI RSUD Prof Dr MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

REKAM ASUHAN FARMASI PASIEN RAWAT INAP (01)


Nama Pasien Tn Sutarjo

TB

BB
165cm

60kg

L/P*

No.RM:292040

Alamat: Wiradadi sukarajo


No.telp:..

Riwayat Pribadi/Keluarga

Status*:
BPJS/Non BPJS

Ruang/Klas

Riwayat Penyakit saat MRS

TTL/Umur 69 Tahun

Tgl.MRS

Tgl.KRS

17/04/2015

24/04/2015

Dx: BPH dan vesicolitiasis

Dokter :

DD: Vesikolitiasis

Dr. Tri budiyanto SpU

Nyeri saat buang air kecil

Keterangan.: * Coret yang tidak diperlukan; BPJS: PBI/Non PBI; Non BPJS: Umum/Asuransi lain
Dx= Diagnosis; DD= Diferensial Diagnosis; No.RM=No.Rekam Medis; TTL= Tempat Tanggal Lahir;
MRS= Masuk Rumah Sakit; KRS= Keluar Rumah Sakit

Riwayat Penyakit Terdahulu:

Hipertensi dan trauma ringan

Sedang hamil:.minggu

Sedang menyusui, anak umur


.

Riwayat Alergi
Makanan:
Obat:
Lain-lain:
Riwayat Penggunaan Obat Resep Dokter (minimal selama 6 bulan terakhir)
Obat

Dosis

Indikasi

Hasil/Keterangan

Riwayat Penggunaan Obat OTC (minimal selama 6 bulan terakhir)


Obat OTC

Dosis

Indikasi

Hasil/Keterangan

Riwayat Penggunaan Supplemen/Herbal/Jamu (minimal selama 6 bulan terakhir)


Suplemen/Herbal/Jamu

Life Style:

Dosis

Indikasi

Hasil/Keterangan

Lain-lain:

Merokok .batang/hari
Kopi.gelas/hari
Alkohol ..
Apoteker:

INSTALASI FARMASI RSUD PROF. DR. MARGONO


SOEKARJO PURWOKERTO
PEMANTAUAN PASIEN HARIAN (02)
Parameter Penyakit

Nama Pasien :
Tn,Sutarjo

No.CM :
292040

Parameter TTV

Tanggal
17/04/15

TD

120/80

HR

80X/Menit

RR
Suhu

Keluhan

18X/Menit

360C

17/04/15

Nyeri saat BAK

Cemas

20/04/15

21/04/15

22/04/1
5

23/0
5

115/70

100/80

120/80

120/80

120

76X/Menit

88X/Menit

84X/Menit

it

16X/Menit

20X/Menit

20X/Menit

it

36,50C

370C

80X/Menit
18X/Menit

360C

360C

18/04/15

20/04/15

21/04/15

22/04/1
5

82X

20X

36,

23/0
5

Nyeri rembes darah


bekas 0perasi
Nyeri perut bawah

Laboratorium
Parameter

Nilai
Normal

11/04/20
15

HB

11,3
-14,1

13,9

Leukosit

600017500

7250

Hematokri
t

33-41

40

4153.106/

4,3

Eritrosit

18/0415

l
Trombosit

150000450000

242000

MCV

79,099,0

92,6

MCH

27,031,0

32,3

MCHC

33,037,0

34,9

RPW

11,514,5

13,7

MPV

7,211,11

10,4

Basofil

0,001,00

0,8

Eosinofil

2,0-4,0

3,2

Batang

2,0-5,0

0,3

Segnen

4,0-7,0

71,0

Limfosot

25,040,0

27,5

Monosit

2,0-8,0

7,2

SGOT

15-37

32

SGPT

30-65

23

Bekuan
darah

14,9938,52

34,0

Kreatinin
darah

0,801,30

1,30

Glukosa
sewaktu

<=200

104

Natrium

136-145

136

Kalium

3,5-5,1

4,3

Klorida

98-103

103

Nama Pasien :Tn. sutarjo

INSTALASI FARMASI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO


PURWOKERTO

No.RM :292040

PEMANTAUAN TERAPI PASIEN (03)


Pemberian Obat Parenteral Bolus
Tanggal
Dosis
Nama Obat

&
Rute

18/04/20
15
P

Ondansetron

Tramadol

Si

So

20/04/201
5

21/04/201
5

22/04/201
5

23/04/201
5

24/04/201
5

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

sedacum

Bupivacain
spinal

ceftriakson

ketorolak

As.traneksamat

Vitamin K

Pemberian Obat Oral


Tanggal

24/04/15
Nama Obat

Dosis

Si

So

ciprofloksasin

Asam
mefenamat

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

Si

S
o

Pemberian Infus Intravena Kontinyu


Tanggal

18/04/15
Nama Obat

RL

Dosis

20/04/15
P

Si

S
o

21/04/15
M

Si

S
o

22/04/15
M

Si

S
o

23/04/15

Si

So

Si

S
o

Si

S
o

INSTALASI FARMASI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

ANALISIS PROBLEM OBAT (04)


Tgl

18/04/20
15

20/04/20
15

21/04/20
15

22/04/20
15

Subyektif

Obyektif

Nyeri rembes darah


bekas operasi,
cemas

Obat: ondansetron,
tramadol, bupivacain
spinal, sedacoron,
ketorolak,
sefrtiakson,
as.traneksamat

Terjadi interaksi antara


ondansetron dengan
tramadol dimana terjadi
penurunan dosis tramadol
sehingga dosis tramadol
perlu ditingkatkan

ketorolak,
sefrtiakson,
as.traneksamat,
vitamin K

Pasien mengalami
kecemasan, tidak
mendapatkan obat untuk
mengurangi kecemasan

Nyeri rembes darah


bekas operasi,
cemas

Nyeri rembes darah


bekas operasi,
cemas

Nyeri perut bawah,


kekakuan kesulitan
duduk, selang
perut(+) darah

Nyeri perut bawah,


selang perut (+)
jernih

ketorolak,
sefrtiakson,
as.traneksamat,
vitamin K

ketorolak,
sefrtiakson,
as.traneksamat,
vitamin K

ketorolak,
sefrtiakson,
as.traneksamat,

Assesment

Diber
pemb

Atau
diting
awal

Diber
meng

vitamin K

23/04/20
15

Вам также может понравиться

  • Penyakit Tidak Menular
    Penyakit Tidak Menular
    Документ8 страниц
    Penyakit Tidak Menular
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Faktor Resiko Lingkungan Kerja K3
    Faktor Resiko Lingkungan Kerja K3
    Документ2 страницы
    Faktor Resiko Lingkungan Kerja K3
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Pencer Naan
    Pencer Naan
    Документ12 страниц
    Pencer Naan
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Pendahuluan Metode Farmakologi
    Pendahuluan Metode Farmakologi
    Документ15 страниц
    Pendahuluan Metode Farmakologi
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Obat - Obat Darah Dan Vitamin
    Obat - Obat Darah Dan Vitamin
    Документ24 страницы
    Obat - Obat Darah Dan Vitamin
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Asma
    Asma
    Документ16 страниц
    Asma
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Organ Target
    Organ Target
    Документ12 страниц
    Organ Target
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Farmakologi Pertemuan 2
    Farmakologi Pertemuan 2
    Документ22 страницы
    Farmakologi Pertemuan 2
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Teknologi Sediaan Solida
    Teknologi Sediaan Solida
    Документ53 страницы
    Teknologi Sediaan Solida
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Botani Pendahuluan
    Botani Pendahuluan
    Документ20 страниц
    Botani Pendahuluan
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Kardiovaskular
    Kardiovaskular
    Документ43 страницы
    Kardiovaskular
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Документ18 страниц
    Alkaloid
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Kemoterapi Antimikroba
    Kemoterapi Antimikroba
    Документ4 страницы
    Kemoterapi Antimikroba
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Obat Kardiovaskuler
    Obat Kardiovaskuler
    Документ23 страницы
    Obat Kardiovaskuler
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Obat Kardiovaskuler
    Obat Kardiovaskuler
    Документ23 страницы
    Obat Kardiovaskuler
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • SHAMPO
    SHAMPO
    Документ7 страниц
    SHAMPO
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • SHAMPO
    SHAMPO
    Документ11 страниц
    SHAMPO
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • FARMAKOLOGI
    FARMAKOLOGI
    Документ2 страницы
    FARMAKOLOGI
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • 3067-P1, P2, P3-InV-Farmasi Industri
    3067-P1, P2, P3-InV-Farmasi Industri
    Документ6 страниц
    3067-P1, P2, P3-InV-Farmasi Industri
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Aa Gizi Pada Penyakit Infeksi
    Aa Gizi Pada Penyakit Infeksi
    Документ45 страниц
    Aa Gizi Pada Penyakit Infeksi
    jehan
    Оценок пока нет
  • FARMAKOGNOSI
    FARMAKOGNOSI
    Документ1 страница
    FARMAKOGNOSI
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Stress Oksidatif
    Stress Oksidatif
    Документ6 страниц
    Stress Oksidatif
    juliyanty akuba
    100% (1)
  • Penggolongan Obat Menurut Undang Undang
    Penggolongan Obat Menurut Undang Undang
    Документ36 страниц
    Penggolongan Obat Menurut Undang Undang
    Ari Heviansari
    Оценок пока нет
  • Penanganan Pasca Panen IV
    Penanganan Pasca Panen IV
    Документ30 страниц
    Penanganan Pasca Panen IV
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • SIMPLISIA
    SIMPLISIA
    Документ15 страниц
    SIMPLISIA
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ9 страниц
    Penggolongan Obat
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Skrining Resep
    Skrining Resep
    Документ11 страниц
    Skrining Resep
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • 2 Interaksi Suplemen Dengan Zat Gizi
    2 Interaksi Suplemen Dengan Zat Gizi
    Документ31 страница
    2 Interaksi Suplemen Dengan Zat Gizi
    rizka maulidya
    Оценок пока нет
  • Masa Depan Obat Tradisional
    Masa Depan Obat Tradisional
    Документ7 страниц
    Masa Depan Obat Tradisional
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет
  • Soal Pelayanan Farmasi
    Soal Pelayanan Farmasi
    Документ3 страницы
    Soal Pelayanan Farmasi
    juliyanty akuba
    Оценок пока нет