Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Konsep Distribusi
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen
(beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga
listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga
listrik penghasil energi listrik, disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET)
langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan
distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi langsung ke jaringan
distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen. Dengan
demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan tenaga listrik
kepada pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR), sedangkan
suatu

saluran

bertegangan

transmisi

berfungsi

untuk menyalurkan tenaga listrik

ekstra tinggi ke pusat-pusat

beban dalam daya yang besar

(melalui jaringan distribusi).


Pada gambar 1 dibawah ini dapat dilihat, bahwa tenaga listrik yang
dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik, Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi,
dan kemudian ke beban (konsumen tenaga listrik).

Sistem pendistribusian tenaga listrik.

115

Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit
pembangkit yang akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi
listrik dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai
kebutuhan konsumen. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik
dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang jauh ke
sistem distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan
energi listrik ke konsumen.
3.2 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik
Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari
pembangkit tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen
(pemakai) pada tingkat tegangan yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini
terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit distribusi.
Sistem pendistribusian

tenaga listrik dapat dibedakan

menjadi dua

macam, yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak


langsung.
1. Sistem Pendistribusian Langsung
Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik,
dan

tidak

melalui

jaringan

transmisi

terlebih

dahulu. Sistem

pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga


Listrik berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak daerah
pelayanan beban atau dipinggiran kota.
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusatpusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan
transmisi sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan
distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

116

Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung


3.3 Struktur Jaringan Distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik
adalah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik terletak di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat
Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD). Untuk menyalurkan tenaga

listrik

ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi


primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung,
maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu
Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi
menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.

Gardu Induk

117

dan

2. Jaringan Distribusi Primer


Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian
langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan
tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya

menyalurkan

tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan


distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20
kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan,
mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang
dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.
Sifat pelayanan

sistem distribusi sangat luas dan komplek,

karena

konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang


berbeda.

Sistem

distribusi

harus

dapat

melayani

konsumen

yang

terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil.


Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen
dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran
udara dan

saluran

Pemilihan konstruksi

bawah tanah.
tersebut didasarkan

pada

pertimbangan

sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan


ekonomis,

alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas

pelayanan sesuai jenis konsumen.


3. Gardu Pembagi/Gardu Distribusi
Berfungsi merubah

tegangan

listrik dari jaringan

distribusi primer

menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut


sebagai jaringan distribusi skunder. Kapasitas transformator yang digunakan
pada Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani
dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan
bisa juga berupa transformator tiga fasa.

118

Gardu distribusi jenis tiang


4. Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah
(JDTR) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan
distribusi sekunder ini 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau
230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130 V dan 230 V merupakan
tegangan

antara

fasa

dengan

netral,

sedangkan tegangan 400 V

merupakan tegangan fasa dengan fasa.

Jaringan distribusi sekunder 220 V

119

3.4 Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik


Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenaga listrik
ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenaga listrik
yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat
memenuhi standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut.
Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah :
1. Faktor Keterandalan Sistem
a. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin
selama 24 jam terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain
harus tersedianya tenaga listrik pada Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik dengan jumlah yang cukup besar, juga kualitas sistem
distribusi tenaga listrik harus dapat diandalkan, karena digunakan
secara terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa cadangan,
yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan diam.
1) Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu
pembangkit yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasi- kan
sinkron dengan pembangkitlain guna menanggulangi kekurangan
daya listrik.
2) Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat
pembangkit

tenaga

termis

dengan

ketel-ketel

yang

selalu

dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap
saat mampu untuk menggerakkannya.
3) Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga
listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat
guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir
sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat- alat
pengaman dan alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap
wilayah beban.

120

c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerja dengan
baik dan cepat.
2. Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas

tegangan

listrik

yang

sampai

ke

titik

beban

harus

memenuhi persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat


beban. Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator)
yang bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan
sampai ke konsumen stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari
tegangan nominal sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC
Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu
padat diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan.
c. Kualitas

peralatan

listrik

yang

terpasang

pada

jaringan

dapat

menahan t egangan lebih (over voltage) dalam waktu singkat.


3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus
terjamin dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya
diperlukan rambu-rambu

pengaman dan peringatan agar penduduk

dapat mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering
mengalami gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat
meredam gangguan tersebut secara cepat dan terpadu.
b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang

dipakai hendaknya

memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secara cepat


terjadi

gangguan

pada

sistem

jaringan.

Untuk

bila

itu diperlukan

jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal


dengan baik dan berkesinambungan.
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinambungan sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar
kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.

121

b. Pengadaan

material

listrik

yang

dibutuhkan

hendaknya

sesuai

dengan jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan


kualitas sistem yang lebih baik dan murah.
5. Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin,
untuk perkembangan dikemudian hari.
Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi bila
tersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi
dengan

peralatan-peralatan yang

pemeliharaan

sistem

yang

mempunyai

berkesinambungan

kualits

tinggi. Selain

sesuai

jadwal

yang

ditentukan, seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena


kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping perencanaan awal yang kurang memenuhi syarat.
Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk sistem
distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang diperlukan
untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian yang
paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu
kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.
3.5 Penanggung Jawab, Pengawas, dan Pelaksana Penanganan Gangguan
Penyulang
Dalam penanganan gangguan penyulang banyak pihak yang terlibat di dalamnya,
antara lain penanggung jawab, pengawas, dan pelaksana. Pihak-pihak tersebut
mempunyai tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing. Dengan
pembagian tugas, peran dan tanggung jawab tersebut diharapkan masing-masing
pihak dapat focus pada pekerjaannya.
a. Penanggung jawab penaganan gangguan penyulang yaitu Asman Jaringan
(Area) dan Manajer Rayon (Rayon). Tugas penanggung jawab adalah
memonitor penanganan gangguan penyulang mulai setelah terjadin
gangguan penyulang sampai dengan penyulang tersebut normal kembali.

122

b. Pengawas penanganan gangguan penyulang yaitu Supervisor Operasi


Distribusi atau Piket Area (Area) dan Supervisor Teknik atau Piket Rayon
(Rayon). Tugas dari pengawas penanganan gangguan penyulang antara
lain:
Mengendalikan penanganan gangguan penyulang oleh pelaksana
Memastikan penanganan gangguan penyulang oleh pelaksanan
tersebut sesuai dengan SOP dan Flowchart yang ada
Bertanggung jawab dalam penanganan gangguan penyulang mulai dari
terjadinya gangguan penyulang sampai dengan penyulang normal
kembali
Melaporkan hasil dari penanganan gangguan penyulang kepada
penanggung jawab
c. Pengawas K2/K3 adalah pegawai yang memiliki kompetensi K2/K3.
Tugas dari pengawas K2/K3 adalah memastikan semua yang terlibat
dalam penanganan K2/K3 sudah bekerja sesuai dengan standar K2/K3
d. Pelaksana penanganan gangguan penyulang yaitu pelayanan teknik.
Tugas pelaksana penanganan gangguan penyulang antara lain:
Melaksanakan instruksi pengawas untuk melakukan penanganan
gangguan penyulang
Melakukan inspeksi, pengukuran, lokalisir jaringan, manuver beban,
penormalan

kembali

jaringan

dan

melaporkan

serta

mendokumentasikan penyebab gangguan penyulang kepada pengawas


Semua kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan pelepasan maupun
pemasukan switcher (LBS, PGS, DS, dan lainnya) maupun proteksi
penyulang (Recloser, PMCB) harus seijin pengawas
Bekerja sesuai dengan SOP, flowchart, dan standar K2/K3
Melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada pengawas

3.6 Gangguan Pada Jaringan Distribusi


123

Berdasarkan lama gangguannya dapat dibedakna menjadi 2 macam yaitu :


1. Gangguan Temporer : dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutuskan sesaat bagian

yang terganggu dari sumber tegangannya

kemudian menutup balik (lewat pengaman yang ada, umumnya adalah PBO).
Gangguan ini tidak menimbulkan kerusakan pada peralatan di sistem jaringan
distribusi. Gangguan ini jika tidak bisa segera hilang dan tidak dapat diatasi
dengan pengaman yang ada, dapat menjadi gangguan permanen.
Gangguan eksternal :
Angin yang menyebabkan dahan atau ranting pohon mengenai saluran
distribusi
2. Gangguan Permanen : Untuk menghilangkannya diperlukan tindakan
perbaikan dan menyingkirkan gangguan tersebut sehingga gangguan ini
menyebabkan pemutusan tetap.
Gangguan internal :
Pemasangan alat tidak baik
Penuaan alat
Beban lebih
Peralatan yang dipasang tidak memenuhi standar.
Gangguan eksternal :
Surja Petir
Hujan dan cuaca
Binatang dan benda-benda lain
Hubung singkat
3.7 Keandalan Distribusi
a. Berdasarkan kontinuitas
Kontinuitas penyaluran merupakan salah satu indikator dari keandalan
penyaluran yang tergantung pada macam sarana penyaluran dan peralatan
pengaman. Sarana penyaluran, jalur distribusi mempunyai tingkat kontinuitas
yang tergantung pada sumber saluran susunan saluran dan cara pengaturan
operasinya dan pemeliharaannya, yang pada hakekatnya direncanakan dan
dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan sifat beban.
Tingkat tersebut antara lain :

124

Tingkat 1 : Mungkin padam berjam-jam, waktu yang cukup untuk


mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.

Tingkat 2 : Padam beberapa jam, waktu untuk mengirim petugas ke


lapangan, melokalisir kerusakan dan melakukan manipulasi untuk
menghidupkan sementara kembali.

Tingkat 3 : Padam beberapa menit, manipulasi oleh petugas yang


stand by di gardu atau dilakukan deteksi atau pengukuran dan
pelaksanaan manipulasi jarak jauh.

Tingkat 4 : Padam beberapa detik, pengamanan manipulasi secara


otomatis

Tingkat 5 : Tanpa padam, dilengkapi dengan instalasi cadangan


terpisah dan otomatis penuh.

Berdasarkan tingkatan keandalan tersebut, sistem jaringan distribusi di desa


dan di kota dibedakan. Di desa dimasukkan ke dalam keandalan tingkat 1,
sehingga hanya memerlukan sistem jaringan radial. Sedangkan di kota
dimasukkan ke dalam keandalan tingkat 2, sehingga harus memakai sistem
jaringan spindle.
b. Berdasarkan keandalan pengaman
Dalam keadaan normal pengaman tidak bekerja selama berbulan- bulan atau
bahkan bertahun-tahun suatu pengaman tidak perlu bekerja, tetapi pengaman
bila diperlukan harus dan pasti bekerja, sebab jika gagal bekerja dapat
mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan,
atau mengakibatkan bekerjanya pengaman lain, sehingga daerah itu
mengalami pemadaman yang lebih luas (black out). Pengaman itu tidak boleh
salah kerja (mistrip), sebab dapat mengakibatkan pemutusan-pemutusan yang
tidak perlu dan pemadaman yang tidak semestinya. Susunan alat-alat
pengaman itu harus dapat diandalkan, baik pengaman itu sendiri maupun
alat-alat lainnya serta hubungan-hubungannya. Keandalan pengaman
tergantung kepada desain, pengerjaan (workman ship) dan perawatannya.

125

Untuk beberapa pengaman tidak harus bekerja, tetapi harus pasti dapat
bekerja bila sewaktu-waktu diperlukan. Oleh karena itu, pengujian secara
periodik perlu sekali dilakukan khususnya rele+PMT. Hal ini dimaksudkan
untuk:
1. Mengetahui apakah pengaman masih dapat bekerja sebagaimana mestinya
2. Membandingkan hasil-hasil pengujian sebelumnya, agar diketahui proses

memburuknya rele pengaman alat bantunya sehingga dapat direncanakan


perbaikan dan penggantinya. Hasil pengujian periodik dan catatan
bekerjanya rele sebagai akibat gangguan sangat bermanfaat untuk
mengadakan evaluasi dan analisa pengaman pada sistem tenaga listrik.
c. Berdasarkan kualitas daya
Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
- kapasitas daya yang memenuhi.
- tegangan yang selalu konstan dan nominal.
- frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
3.8 Standar Operasi Penanganan Gangguan
(Dilampirkan)
3.9 Golongan Tarif Dasar Listrik

No.

Golongan
Tarif

Batas Daya

Keterangan

1.

R-1/TR

1300 VA

Golongan tarif untuk keperluan


rumah tangga kecil

2.

R-1/TR

2200 VA

Gologan tarif untuk keperluan


rumah tangga kecil

3.

R-2/TR

3500 VA s.d.
5500 VA

Golongan tarif untuk keperluan


rumah tanggah menengah

4.

R-3/TR

6600 VA ke
atas

Golongan tarif untuk keperluan


rumah tangga besar

5.

B-2/TR

6600 VA s.d.

Golongan tarif untuk keperluan

126

200 KVA

bisnis menengah

6.

B-3/TM

Di atas 200
KVA

Golongan tarif untuk keperluan


bisnis besar

7.

I-3/TM

Di atas 200
KVA

Golongan tarif untuk keperluan


industry menengah

8.

I-4/TT

30000 KVA
ke atas

Golongan tarif untuk keperluan


industri besar

9.

P-1/TR

6600 VA s.d.
200 KVA

Golongan tarif untuk keperluan


kantor pemerintah kecil dan sedang

10.

P-2/TM

Di atas 200
KVA

Golongan tarif untuk keperluan


kantor pemerintah besar

11.

P-3/TR

Golongan tarif untuk keperluan


penerangan jalan umum

L/TR, TM, TT

Golongan tarif untuk keperluan


layanan khusus diperuntukkan
hanya bagi pengguna listrik yang
memerlukan pelayanan dengan
kualitas khusus dan yang karena
berbagai hal tidak termasuk dalam
ketentuan golongan tarif S,R,B,I,
dan P

12.

1. Tarif Rumah Tangga


Reguler
No.

Gol.
Tarif

Batas
Daya

Biaya
Beban
(Rp/kVA/
bulan)

Biaya Pemakaian
(Rp/kWH) & Biaya
kVArh (Rp/kVArh)

Pra Bayar
(Rp/kWH)

1.

R-1/TR 1.300 VA

*)

1.459,74

1.459,74

2.

R-1/TR 2.200 VA

*)

1.459,74

1.459,74

3.

3.500 VA
R-2/TR s.d.
5.500VA

*)

1.459,74

1.459,74

4.

R-3/TR 6.600 VA

*)

1.459,74

1.459,74

127

ke atas
Catatan:
*)
Diterapkan Rekening Minimun (RM)
RM1= 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
2. Tarif Bisnis
Reguler
Biaya
Beban
(Rp/kVA/
bulan)

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)


& Biaya kVArh (Rp/kVArh)

1.

6.600 VA
B-2/TR s.d. 200
kVA

*)

1.459,74

2.

B3/TM

**)

Blok WBP : Kx1.032,62


Blok LWBP:
1.032,62
kVArh
: 1.111,34 ****)

No.

Gol.
Tarif

Batas
Daya

Di atas
200 kVA

Pra Bayar
(Rp/kWh)

Catatan:
*)
Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
**)
Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
LWBP
Jam nyala
: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal
faktor daya rata-rata setiap bulan krang dari o,85 (delapan puluh lima
per seratus)
K
: Faktor perbandingan antara hrga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 K 2)
ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara
WBP : Waktu Beban Puncak
LWBP : Luar Waktu Beban Puncak
3. Tarif Industri
No.

Gol.
Tarif

Batas
Daya

Reguler
Biaya

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)

128

Pra Bayar
(Rp/kWh)

1.

I-3/TM

Di atas
200 kVA

2.

I-4/TT

30.000
kVA ke
atas

Beban
(Rp/kVA/
bulan)

& Biaya kVArh (Rp/kVArh)

**)

Blok WBP : Kx1.032,62


Blok LWBP:
1.032,62
kVArh
: 1.111,34 ****)

***)

Blok WBP dan


Blok LWBP:
994,80
kVArh
: 994,80 ****)

Catatan:
**)
Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
LWBP
Jam nyala
: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
***) Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya pemakaian
WBP dan LWBP
Jam nyala
: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal
faktor daya rata-rata setiap bulan krang dari o,85 (delapan puluh lima
per seratus)
K
: Faktor perbandingan antara hrga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 K 2)
ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara
WBP : Waktu Beban Puncak
LWBP : Luar Waktu Beban Puncak
4. Tarif Pemerintah & PJU
Reguler
No.

Gol.
Tarif

Batas
Daya

1.

P-1/TR

6.600 VA
s.d. 200
kVA

Biaya
Beban
(Rp/kVA/
bulan)

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)


& Biaya kVArh (Rp/kVArh)

*)

1.459,74

129

Pra Bayar
(Rp/kWh)

1.459,74

2.

P2/TM

3.

P-3/TR

Di atas
200 kVA

**)

Blok WBP : Kx1.032,62


Blok LWBP:
1.032,62
kVArh
: 1.111,34 ****)

*)

1.459,74

1.459,74

Catatan:
*)
Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
**)
Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
LWBP
Jam nyala
: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal
faktor daya rata-rata setiap bulan krang dari o,85 (delapan puluh lima
per seratus)
K
: Faktor perbandingan antara hrga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 K 2)
ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara
WBP : Waktu Beban Puncak
LWBP : Luar Waktu Beban Puncak

5. Layanan Khusus
Reguler
No.

1.

Gol.
Tarif

Batas
Daya

Biaya
Beban
(Rp/kVA/
bulan)

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)


& Biaya kVArh (Rp/kVArh)

L/TR,
TM,
TT

1.630,49

3.10 Mekanisme Transaksi Energi Listrik

130

Pra Bayar
(Rp/kWh)

Mekaisme transaksi energi listrik dimulai dari Pembangkit dengan mengadakan


Kesepakatan/Perjanjian pembelian Tenaga Listrik (PPA) dengan Transmisi dan
kemudian mengadakan Kesepakatan/Perjanjian transfer Penjualan Tenaga
Listrik (PSA) dengan Distribusi hingga sampai ke Tarif Tenaga Listrik (TDL)
Pelanggan.
Unit kerja PT. PLN yang menyalurkan energi listrik langsung ke pelanggan
merupakan Unit Distribusi. Dimana unit distribusi melakukan transaksi jual beli
energi listrik dengan transmisi yang dilakukan di GI Distribusi 20 KV. Untuk
melakukan transaksi jual beli terdapat kontrak atau perjanjian antara pihak
distribusi dengan pihak transmisi yang disebut PSA (Power Sales Agreement).
PLN Distribusi dalam melakukan Transaksi energi membeli kwh disisi
incoming trafo pada PLN P3B, setiap tanggal 01 jam 10.00 wib pada setiap
bulannya.
PLN Distribusi yang dalam hal ini diwakili oleh area mendistribusikan ke
seluruh pelanggan dan di jual kepada pelanggan dengan dicatat pada 5 (lima
hari kerja) dengan asumsi jika dalam kurun 1 (satu) bulan 30 hari, maka akan
dicatat setiap tanggal 25 s.d tanggal 30, namun jika dalam kurun 1 (satu) bulan
31 hari kerja, maka akan dicatat setiap tanggal 26 s.d. 31 pada setiap bulannya.
Proses transaksi energy listrik merupakan tanggung jawab dari Asman
Transaksi Energy yang berada di area. Dan distribusi langsung ke pelanggan
merupakan tugas rayon. Pihak rayon akan membuat laporan kwh jual yang
berasal dari pembacaan meter dari pelanggan setiap akhir bulan yang kemudian
akan diberikan kepada area bagian transaksi energy listrik yang kemudian
diteruskan ke APP tepatnya ke Supervisor GI.
Setiap bulannya pihak teknik dari rayon akan membaca stan meter yang berada
di GI untuk membaca kwh beli dari rayonnya untuk dibandingkan dengan kwh
jual. Setelah itu pihak rayon akan mendapat laporan pembacaan stan meter dari
GI untuk mengetahui data kwh beli dan susut pada rayon tersebut.

131

Sarana yang digunakan pihak distribusi untuk menerima energi listrik dari
pihak transmisi adalah:

Kubikel yang bertindak sebagai sarana penerima energi listrik dari unit
transmisi

kWH meter yang bertindak sebagai alat ukur tenaga listrik yang
ditransaksikan antar distribusi dan transmisi. kWH meter yang
digunakan pada Gardu Induk merupakan kWH meter elektris (energi
meter statis) 3 fasa 4 kawat.

Jaringan sebagai sarana pendistribusian energi listrik

Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Gardu Trafo Tiang (GTT) untuk menurunkan tegangan menengah


menjadi tegangan rendah

Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Menuju rumah-rumah pelanggan melalui Sambungan Rumah (SR)

Dari SR menuju Saluran Luar Pelanggan (SLP) dan Saluran Masuk


Rumah (SMP)

132

Hingga akhirnya menuju kWH Pelanggan

3.11 kWh Jual


kWh jual adalah total kWh yang ada di pelanggan pada satu rayon. Dari hasil
tersebut rayon akan mendapatkan pemasukan uang yang dbayarkan dari setiap
pelanggan. Pembayaran akan dilakukan pada setiap bulan secara rutin kepada
rayon. Salah satu cara pembayaran yang dapat dilakukan adalah secara
langsung melewati petugas rayon bagian loket pembayaran yang sudah
disediakan. Supervisor administrasi akan menghitung total kWh yang sudah
dikonsumsi oleh setiap pelanggan rayon. Perhitungan kWh jual menggunakan
rumus sebagai berikut:
Stand meter akhir Stand meter awal
Akan tetapi tidak hanya itu saja yang diperhitungkan. Ada biaya abonemen
yang harus ditanggung tiap bulannya. Besar biaya abonemen tergantung pada
golongan pelanggannya. Kemudian penjumlahan total kWh disetiap pelanggan
itulah yang dinamakan kWh jualnya.
Adapun cara untuk pembacaan stand meter pada setiap pelanggan. Pembacaan
ini dilakukan oleh carter (Baca Meter) yang ditugaskan oleh Supervisor
Administrasi. Carter ini akan survey ke tempat pelanggan langusng untuk
mencatat stand meter yang ada di pelanggan. Tindakan seperti ini hanya
dilakukan untuk pelanggan yang konvensional, yaitu kWh meter masih
menggunakan sistem pasca bayar. Beda perlakuannya jika pelanggan telah
menggunakan kWh meter dengan sistem prabayar. Pelanggan hanya cukup
membeli pulsa prabayar dan diisikan ke kWh meter. Jadi Carter tidak perlu
meninjau kembali pada sistem prabayar ini. Sehingga supervisor administrasi
tidak perlu mengeluarkan uang tambahan lagi untuk menugaskan carternya.
Maka dari itulah jika ada pasang baru diwajibkan untuk memasang kWh sistem
prabayar ini.
3.12 kWh Beli
3.13 Susut
3.14 SCADA

133

(dilampirkan)
3.15 Fungsi Tata Usaha Langganan (TUL)
FUNGSI I
FUNGSI PELAYANAN PELANGGAN

Pengertian
Fungsi Pelayanan Pelanggan (FPL) : adalah fungsi yang melaksanakan
pelayanan pemberian informasi tentang tata cara perhitungan besarnya biaya,
persyaratan dan informasi lainnya yang berhubungan dengan penyambungan
tenaga listrik kepada calon pelanggan, pelanggan dan masyarakat umum
lainnya serta pelayanan pemberian penyambungan tenaga listrik, perubahan
data yang berhubungan dengan pemberian penyambungan tenaga listrik yang

meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengendalian.


Tugas Pokok Fungsi Pelayanan Pelanggan
1. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
penyambungan tenaga listrik kepada calon pelanggan/ pelanggan dan
masyarakat umum lainnya.
2. Melayani
permintaan penyambungan

baru,

perubahan

daya,

penyambungan sementara, perubahan tarif, ganti nama pelanggan,


balik nama pelanggan dan perubahan lainnya serta pengaduan yang
berhubungan dengan penyambungan tenaga listrik.
3. Mencatat, membuat dan mengarsipkan berkas setiap permintaan secara
tertib dan teratur pada formulir yang disediakan.
4. Meneruskan berkas permintaan kepada fungsi lain yang terkait
5. Memberikan pelayanan pembayaran BP, UJL, TS, Biaya Penyambungan
Sementara,

Biaya Perubahan dan biaya

lain yang ditetapkan sesuai

ketentuan yang berlaku.


6. Menyiapkan dan membuat kuitansi penerimaan pembayaran
7. Menyiapkan
Perintah
Kerja
(PK)
pemasangan/perbaikan
/perubahan/pembongkaran Sambungan Tenaga Listrik (SL) dan BA
pelaksanaannya
8. Mengirim PK tersebut ke fungsi yang terkait.
9. Memantau dan menyelesaikan pelayanan.
10. Memelihara arsip data induk pelanggan.
11. Melakukan koordinasi dengan fungsi yang terkait.

134

12. Membuat laporan dalam bidangnya.


FUNGSI II
FUNGSI PEMBACAAN METER
Pengertian
Adalah fungsi yang melaksanakan perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengendalian dalam kegiatan pembacaan, pencatatan & perekaman angka
kedudukan meter alat pengukur meter kWh, meter kVArh, meter kVA Maks
pada setiap pelanggan meter serta pembacaan dan pencatatan penunjukan

sakelar waktu.
Tugas Fungsi Pembacaan Meter
1. Merencanakan jadual dan rute pembacaan meter serta memelihara rute
baca meter.
2. Menyiapkan kegiatan pelaksanaan pembacaan meter.
3. Melaksanakan pembacaan dan pencatatan angka kedudukan meter, secara
tepat sesuai jadual yang telah ditetapkan.
4. Menyampaikan surat pemberitahuan kepada pelanggan yang tidak berhasil
dilakukan pembacaan meter.
5. Menyampaikan segi pemberitahuan hasil

pembacaan

meter kepada

pelanggan yang pembacaan meternya menggunakan PDE


6. Melakukan pembacaan khusus sehubungan dengan adanya pengaduan dan
penyambungan baru.
7. Melakukan perekamanan angka kedudukan meter dan

perhitungan

pemakaian tenaga listrik (kWh, kVArh, kVA Maksimal)


8. Mengirim hasil pembacaan meter kepada Fungsi Pembuatan Rekening.
9. Melakukan pengawasan dan pembinaan pembaca meter.
10. Melakukan pemeriksaan hasil pembacaan meter dan perbaikan kesalahan
pembacaan meter.
11. Mencatat dan menindak lanjuti laporan pembaca meter.
12. Melakukan koordinasi dengan fungsi yang terkait.
13. Membuat laporan sesuai bidangnya.
FUNGSI III
FUNGSI PEMBUATAN REKENING

Pengertian
Fungsi Pembuatan Rekening (FPR) adalah fungsi yang melaksanakan
perencanaan,

persiapan, pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan

135

pembuatan rekening listrik bulanan untuk seluruh pelanggan sesuai jadual

yang telah ditetapkan


Tugas Fungsi Pembuatan Rekening
1. Merencanakan jadual pembuatan rekening listrik
2. Merencanakan jumlah pelanggan yang harus dibuat rekening listriknya.
3. Menerima dan menindaklanjuti Perubahan Data Pelanggan (PDL) dan
angka stan meter hasil pembacaan meter
4. Melakukan pembuatan rekening listrik dan daftar rekening listrik serta
rekapitulasinya.
5. Membubuhkan tanda pengesahan rekening listrik
6. Mencocokan jumlah pelanggan yg dibuat rekening listriknya antara yg
direncanakan dgn yg dibuat dan antara rekening yg dibuat dgn daftarnya.
7. Mengirimkan rekening listrik dan daftar rekening listrik ke fungsi
penagihan
8. Melakukan koordinasi dengan fungsi lainnya yang terkait
9. Membuat laporan sesuai dengan bidangnya.
FUNGSI IV
FUNGSI PEMBUKUAN LANGGANAN

Pengertian
Fungsi pembukuan adalah fungsi yang melaksanakan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pencatatan piutang pelanggan

dan Uang Jaminan Langganan


Tugas Pokok Fungsi Pembukuan Langganan
1. Merencanakan piutang pelanggan dan Uang jaminan pelanggan yang akan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dicatat.
Menerima data piutang pelanggan dan UJL untuk ditindaklanjuti.
Mencatat mutasi dan saldo piutang pelanggan.
Mencatat mutasi dan saldo UJL.
Pengendalian piutang pelanggan, UJL dan BK
Memeriksa phisik piutang pelanggan.
Koordinasi dengan fungsi yang terkait.
Membuat laporan sesuai dengan bidangnya.

FUNGSI V

136

FUNGSI PENAGIHAN

Pengertian
Fungsi Penagihan (FPN) adalah fungsi yang melakukan Perencanaan,
persiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengurusan penagihan
dan pelayanan pembayaran piutang pelanggan (piutang listrik dan piutang

lainnya/rupa-rupa)
Tugas Pokok Fungsi Penagihan
1. Merencanakan peningkatan pelayanan penagihan dan penerimaan
pembayaran piutang pelanggan.
2. Menerima dan menyimpan piutang pelanggan dan daftarnya.
3. Menyiapkan nota tagihan atas piutang pelanggan yang menjadi beban
APBN/APBD/ Kedutaan/Perwakilan Negara Asing.
4. Mengirim piutang pelanggan serta daftarnya kepada pelaksana pelayanan
penerimaan pembayaran (Bank, Koperasi, Loket PLN dsb.)
5. Melaksanakan penagihan dan pelayanan penerimaan pembayaran piutang
pelanggan.
6. Menerima piutang pelanggan dari tempat pembayaran.
7. Mengirim rekening listrik yang diperbaiki dan menerima kembali
rekening listrik perbaikan.
8. Memproses piutang pelanggan menjadi piutang ragu-ragu.
9. Memantau dan mengawasi pelaksanaan penagihan dan pelayanan
penerimaan pembayaran piutang pelanggan ditempat-tempat pembayaran
secara tertib dan teratur.
10. Memantau dan mengawasi rekening listrik yang harus dilunasi dan yang
dilunasi serta yang belum dilunasi di tempat-tempat pembayaran.
11. Melakukan pemeriksaan fisik rekening listrik yang belum dilunasi di
tempat-tempat pembayaran.
12. Melakukan koordinasi dengan fungsi yang terkait.
13. Membuat laporan berkala di bidangnya.
FUNGSI VI
FUNGSI PENGAWASAN KREDIT

Pengertian

137

Fungsi pengawasan kredit adalah Fungsi yang melakukan perencanaan,


persiapan, pelaksanaan dan pengendalian dalam pelaksanaan pemutusan
sementara, penyambungan Kembali, pembongkaran ranpung bagi pelanggan
yang terlambat Membayar piutang pelanggan dan kuitansi pendapatan lainnya
Tugas Pokok Fungsi Pengawasan Kredit
1. Merencanakan
pemutusan sementara, penyambungan
kembali dan
2.
3.
4.
5.

pemutusan rampung.
Merencanakan penghapusan piutang ragu ragu.
Menerima segi pemberitahuan FPN
Menerima Daftar Piutang Ragu-ragu dari FPN
Melaksanakan
pemutusan sementara, penyambungan

pemutusan rampung.
6. Melaksanakan penyelesaian penghapusan piutang ragu-ragu.
7. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pemutusan

kembali dan

sementara,

penyambungan kembali dan pemutusan rampung


8. Melaksanakan pengawasan terhadap Penghapusan Piutang Ragu-ragu
9. Bekerja sama dengan fungsi terkait melakukan pemeriksaan terhadap saldo
rekening listrik
10. Melakukan koordinasi dengan fungsi terkait
11. Membuat laporan sesuai dibidangnya.

138

Вам также может понравиться