Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Konstruksi Alat
Ukur Psikologi
Perencanaan Alat Ukur
Prestasi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
2012
Tatap Muka
Kode MK
03
Disusun Oleh
Subhan El Hafiz, S.Psi., M.Si.
Abstract
Kompetensi
a. Evaluasi konstruk
Hal pertama yang harus dilakukan pada saat akan melakukan penyusunan instrumen
psikologi adalah menentukan konstruk psikologi yang akan diteliti. Konstruk yang dapat
dibuat alat ukur psikologi berupa tes prestasi atau tes performa maksimal adalah konstruk
yang tidak bersifat bawaan. Contoh konstruk yang bersifat bawaan adalah pola asuh.
Jika konstruk memiliki potensi untuk dilatih dan dikembangkan maka konstruk dapat dibuat
alat ukur tes prestasi.
i.
Alat ukur performa maksimal umumnya mencoba memahami besarnya potesi yang dimiliki
oleh individu dalam dirinya sehingga hanya konstruk yang memiliki aspek potensi yang
dapat dibuat instrmen pengukurannnya.
Misal: kecerdasan/ intelegensi
ii. apakah potensi dapat diungkap
Pertanyaan berikutnya adalah apakah potensi dapat diungkap menggunakan alat ukur
psikologi yang akan disusun. Dalam hal ini, penyusunan alat ukur psikologi akan
mengedepankan penggunaan kertas. Jika demikian, mungkinkah instrumen yang akan
dibuat mampu mengungkap potensi kemampuan komunikasi publik (misal)
iii. bentuk respon yang dapat mengungkap konstruk
Pada penggunaan alat ukur yang menggunakan isian kertas, maka perlu dikaji apakah
respon dalam bentuk mengisi skala/ angkat dapat mengungkap konstruk yang dimaksud.
Jika salah konstruk yang dimaksud adalah bakat menari, misalnya, mungkinkah hal in dapat
diungkat menggunakan instrumen yang mengedepankan penggunaan kertas.
b. Karakter responden
Hal berikutnya yang perlu mendapat perhatian pada saat penyusunan instrumen
pengukuran psikologi adalah karakter individu yang akan dijadikan responden pengukuran
aspek psikologisnya. Beberapa yang perlu mendapat perhatian adalah: usia, pemdidikan,
kemampuan membaca, pengetahuan, budaya, abnormalitas, dan kebiasaan.
2012
i.
Usia
Responden pada usia tertentu akan memiliki cara merespon yang akan disesuaikan dengan
kondisi usiannya. Lansia, misalnya, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengingat
sehingga respon yang diberikan tidak otomatis menjustifikasi kelemahan diri mereka.
Terutama pada aitem yang memancing respon melalui gambar, maka penggunaan warna
harus diminimalisir karena individu dapat mengalami kesalahan peresponan.
Diskalkulia
Merupakan gangguan berhitung pada individu. Kelainan ini umumnya terjadi karena
masalah fisiologis. Namun secara umum individu yang mengalami diskalkulia tidak memiliki
masalah yang cukup berat dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian penyusunan
instrumen perlu memperhatikan hal ini.
Misalnya dengan tidak memberikan aitem dalam bentuk angka karena individu yang
mengalami diskalkulia akan sangat sulit merespon aitem tersebut sehingga potensi yang
dimilikinya tidak dapat terukur dengan baik.
Disleksia
Sebagaimana diskalkulia, disleksia juga kelainan yang dialami individu karena adanya
masalah fisiologis pada otak. Disleksia adalah gangguan kesulitan membaca. Oleh
karenanya, intrumen pengukuran psikologi apabila akan diberikan pada individu yang
kemungkinan sebagian diantaranya mengalami disleksia maka harus memperhatikan bentuk
dan jenis aitem.
Aitem yang dikembangkan dalam instrumen ini harus meminimalisir penggunaan huruf dan
kata karena individu yang mengalami disleksia akan sulit merespon aitem tersebut. Aitem
yang banyak menggunakan gambar dan angka mungkin lebih baik pada individu ini.
ii. Kebiasaan
Selain masalah-masalah di atas yang harus diperhatikan dalam penyusunan instrumen
pengukuran psikologi masalah lain adalah masalah kebiasaan. Beberapa kebiasaan
mungkin mempengaruhi penyusunan alat ukur psikologi. Misalnya kebiasaan membaca dari
kanan atau dari kiri, dsb.