Вы находитесь на странице: 1из 12

Paham Wahabi

Sejarah singkat
Didirikan Muhammad bin Abdul Wahab dari keluarga klan Tamim yang menganut mazhab
Hanbali. Ia lahir di desa Huraimilah, Najd, yang kini bagian dari Saudi Arabia, tahun 1111 H
[1700 M] masehi, dan meninggal di Dar'iyyah pada tahun 1206 H [1792 M.].
Ia sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan seorang ulama besar bermazhab Hanbali bernama Ibnu
Taimiyah yang hidup di abad ke 4 M.
Mengajar di Bashrah selama 4 tahun. Ketika pulang ke kampung halamannya ia menulis buku
yang kemudian menjadi rujukan kaum
pengikutnya, "Kitabut'Tauhid".
Para pengikutnya menamakan diri mereka dengan sebutan kaum Al-Muwahhidun (para pengesa
Tuhan). Seakan hanya kelompok itulah yang pengesa Allah secara murni tanpa terpolusi dengan
kesyirikan. Sedang kelompok-kelompok lain yang tak sepaham mereka anggap sebagai
kelompok pelaku syirik, bid'ah dan khurafat yang sesat
Uyaynah pengkafiran umat Muslim
Setelah Muhammad bin Abdul Wahab pindah ke Uyaynah - Dalam khotbah khotbah Jumat di
Uyaynah tsb, ia mulai melakukan :

terang-terangan mengkafirkan semua kaum Muslimin yang dianggapnya :melakukan


bid'ah [inovasi], dan mengajak kaum Muslimin agar kembali menjalankan agama seperti
di zaman Nabi.

meletakkan teologi ultrapuritannya. Ia mengutuk berbagai tradisi dan akidah kaum


Muslimin

menolak berbagai tafsir Al-Qur'n yang dianggapnya mengandung bid'ah atau inovasi.

Penyerangan
Mula-mula ia menyerang mazhab Syiah (di luar Ahlusunah), lalu kaum Sufi, kemudian ia mulai
melanjutkan penyerangan terhadap kaum Ahlusunah secara keseluruhan dengan cara yang brutal.
Dengan mengecap mereka dengan berbagai julukan buruk seperti Quburiyuun (pemuja kubur)
dikarenakan kaum ahlusunnah sepakat bahwa kuburan para nabi, rasul dan para kekasih Ilahi
(Waliyullah) harus dihormati sesuai ajaran pendahulu (Salaf) yang sesuai dengan ajaran Rasul,
para Sahabat setia beliau, juga para Tabi'in dan Tabi' Tabi'in.
Diusir
Tatkala masyarakat mulai merasa seperti duduk di atas bara, Muhammad bin Abdul Wahab diusir
oleh penguasa [amir] setempat pada tahun 1774.
Ia lalu pindah ke Al-Dar'iyyah, sebuah oase ibu kota keamiran Muhammad bin Sa'ud, masih di
Najd.

Al-Dar'iyyah
Disini - Muhammad bin Abdul Wahab mendapat angin segar dalam menyebarkan ajaran
sesatnya. Ia dihidupi, diayomi dan dilindungi langsung oleh sang Amir Dar'iyah, Muhammad bin
Saud.
Ibnu Saud
Akhirnya Amir Muhammad bin Saud dan Muhammad bin `Abdul Wahab saling membaiat
dan saling memberi dukungan untuk mendirikan negara teokratik. Mazhab Muhammad bin
Abdul Wahab pun dinyatakan sebagai mazhab resmi wilayah kekuasaan Ibnu Saud. Dan
Muhammad bin `Abdul Wahab akhirnya diangkat menjadi qadhi (hakim agama) wilayah
kekuasaan Ibnu Saud. Hubungan keduanya semakin dekat setelah Ibnu Saud berhasil mengawini
salah seorang putri Muhammad bin `Abdul Wahab.
Penaklukan dan pembantaian
Dilakukan, terutama terhadap kabilah-kabilah dan kelompok Ahlusunah yang menolak mazhab
mereka (Wahaby), hingga terbentuklah sebuah emirat yg lalu diubah menjadi monarki dengan
nama keluarga, Saudi Arabia, (mulai sejak tahun 1932 hingga kini).
Pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syi'ah di kota Karbala' (salah satu kota
suci kaum Syiah di Irak).
Kesaksian
Seorang penulis Wahabi menuliskan: "Pengikut Ibnu Saud mengepung dan kemudian menyerbu
kota itu. Mereka membunuh hampir semua orang yang ada di pasar dan di rumah-rumah.
Harta rampasan [ghanimah] tak terhitung Mereka hanya datang pagi dan pergi tengah hari,
mengambil semua milik mereka.
Hampir dua ribu orang dibunuh di kota Karbala". Muhammad Finati, seorang muallaf Italia
yang ikut dalam pasukan Khalifah daulah Usmaniyyah yang mengalahkan kaum
Wahabi menulis : "Sebagian dari kami yang jatuh hidup-hidup ke tangan musuh yang kejam dan
fanatik itu, dipotong-potong kaki dan tangan mereka secara semena-mena dan dibiarkan dalam
keadaan demikian.
Sebagian dari mereka, aku saksikan sendiri dengan mata kepala tatkala kami sedang mundur.
Mereka yang teraniaya ini hanya memohon agar kami berbelas kasih untuk segera mengakhiri
hidup mereka.
Pembenaran untuk membunuh
Kabilah-kabilah yang tidak mau mengikuti mazhab mereka dianggap kafir, `yang halal
darahnya'. Dengan demikian mereka (Wahaby) tidak dinamakan perampok dan kriminal lagi, tapi
kaum `mujahid' yang secara teologis dibenarkan membunuh kaum `kafir' termasuk wanita dan
anakanak, merampok harta dan memperkosa istri dan putri putri
mereka yang dianggap sah sebagai ghanimah (rampasan perang).
Kekejaman berlanjut
Hanya sedikit yang dapat melarikan diri. Setelah lebih dari 100 tahun kemudian, kekejaman itu
masih juga dilakukan. Tatkala memasuki kota Tha'if tahun 1924, mereka

menjarahnya selama tiga hari. Para qadhi dan ulama diseret dari rumahrumah mereka, kemudian
dibantai dan ratusan yang lain dibunuh
Tangan-tangan Inggris
Kerajaan Inggris membantu Wahabisme dengan uang, senjata dan keterampilan, sehingga
kekuasaan Ibnu Saud menyebar ke seluruh jazirah Arab yang pada masa itu berada dalam
kekhalifahan Usmaniyah dengan tujuan melemahkan khilafah itu. Jadi yang menggembosi
kekuasaan daulah dan kekhalifahan Usmani adalah kelompok yang
terkenal dengan sebutan Wahaby yang sekarang ini mengaku sebagai kelompok Salafy. Orang
bisa membacanya dalam buku Hempher,
`Confession of a British Spy'.
Hampher adalah seorang orientalis yang menjalin persahabatan dengan Ibnu Abdul Wahab.
Tahun 1800 seluruh Jazirah Arab telah dikuasai dan keamiran berubah menjadi kerajaan Saudi
Arabia.
Tuduhan pada Kelompok lain berlanjut
Wahaby menganggap mazhab lain sebagai sesat dan menyesatkan dengan berpatokan pada hadis:
"Kullu bid'ah dhalaalah wa kullu dhalaalah f n-naar".
(semua inovasi itu sesat dan semua yang sesat itu masuk neraka).
Kata "bid'ah" yang mereka tuduhkan hanyalah kata pelembut, untuk `kafir',
Contoh2 yg diklasifikasikan sbg Bidah menurut paham Wahabi :
-berziarah ke kubur termasuk kubur Nabi,
-tawassul,
-baca qunut,
-talqin,
-tahlil,
-istighatsah,
-berzikir berjamaah,
-membaca maulid diba' ataupun burdah yang berupa puji-pujian pada Nabi yang biasa dilakukan
kaum Muslimin
Menurut mereka (kaum Wahabi) pelaku-pelaku spt diatas, akan masuk neraka, alias kafir. Dari
sinilah akhirnya kaum Wahaby yang mengaku sebagai pengikut Salafy ini layak diberi gelar
"Kelompok Takfir" (jama'ah takfiriyah),
kelompok yang suka mengkafirkan golongan lain yang tidak sepakat dengan ajarannya.
Oleh karena itu, tempat-tempat bersejarah Islam seperti rumah tempat lahir Nabi, rumah Ummul
Mu'minin Khadijah tempat tinggal Nabi dan
banyak tempat-tempat bersejarah lain yang masuk wilayah kerajaan Arab Saudi kini telah

dihancurkan. Kalau tidak mendapat protes dari segenap kaum Muslimin sedunia niscaya
kuburan Nabi pun sudah diratakan dengan tanah, sebagaimana yang terjadi di makam para
sahabat dan syuhada' Uhud di Baqi' Madinah) dan para keluarga Rasul di Ma'la (Makkah).
Wahabi di luar negeri.
Belakangan ini kita sering mendengar berita tentang eskalasi kekerasan di Saudi Arabia,
termasuk penghancuran pipa minyak yang dilakukan oleh kaum fundamentalis Wahhabi, yang
disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Al-Qaeda. Bin Laden sang ketua al-Qaedah adalah
seorang Wahabi tulen kelahiran Arab Saudi. Ia dibesarkan dan dijadikan
anak angkat oleh CIA - USA. Konon anak angkat itu kini telah menjadi anak durhaka terhadap
ibu angkatnya, USA.
Bidan yang melahirkan wahabisme adalah kekuatan Imperialis Inggris, dan kini menjadi `kartu
as' pemerintahan biadab USA untuk menciptakan perpecahan dalam tubuh umat Islam.
Nampaknya, skenario keji ini mulai menunjukkan hasil yang menggembirkan bagi USA dan
kekuatan anti Islam lainnya ketika isu-isu tentang ancaman perang saudara di Irak menjadi
headline seluruh media Barat yang diikuti secara `latah' oleh mediamedia Indonesia.
Jadi antara Inggris (pembonceng Zionis di Tim-Teng), keluarga Saud, Wahabisme dan USA
(sekutu Inggris dan Israel) adalah mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karenanya tidak
terlalu mengherankan jika Wahaby selalu menghamba terhadap kerajaan Saudi.
Dan sementara keluarga Saudi selalu bertekuk lutut di hadapan USA saudara kembar Inggris
(penyokong kekuasaan keluarga Saud) dalam banyak masalah,termasuk memberi dukungan
secara sembunyi-sembunyi terhadap Zionisme Internasional dan turut membenci negara-negara
yang anti Israel. Hal itu karena Israel mendapat dukungan penuh dari USA dan Inggris. Wallahu
A'lam
Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi.
Sungguh Nabi s a w telah memberitakan tentang golongan Khawarij ini dalam beberapa hadits
beliau, maka hadits-hadits seperti itu adalah merupakan tanda kenabian beliau s a w, karena
termasuk memberitakan sesuatu yang masih ghaib (belum terjadi). Seluruhhadits-hadits ini
adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan sebagian
yang lain terdapatdalam selain kedua kitab tsb. Hadits-hadits itu antara lain:
1. Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah
timur (Najed-pen ).
2. Akan muncul segolongan manusia dari arah timur, mereka membaca Al Quran tetapi tidak
bisa membersihkannya, merekakeluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari
busurnya dan mereka tidak akan kembali ke agama hingga anak panahitu bisa kembali
ketempatnya (busurnya), tanda-tanda mereka bercukur kepala (plontos - pen).
3. Akan ada dalam ummatku perselisihan dan perpecahan kaum yang indah perkataannya namun
jelek perbuatannya. Merekamembaca Al Quran, tetapi keimanan mereka tidak sampai
mengobatinya, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panahdari busurnya, yang tidak

akan kembali seperti tidak kembalinya anak panah ketempatnya. Mereka adalah sejelek-jelek
makhluk,maka berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka
menyeru kepada kitab Allah, tetapi sedikitpunajaran Allah tidak terdapat pada diri mereka. Orang
yang membunuh mereka adalah lebih utama menurut Allah. Tanda-tandamereka adalah bercukur
kepala (plontos - pen).
4. Di Akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang pandai bicara tetapi bodoh tingkah
lakunya, mereka berbicara dengansabda Rasulullah dan membaca Al Quran namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka, meraka keluar dari agama sepertianak panah keluar dari
busurnya, maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah, karena membunuh mereka
adalahmendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat.
5. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Quran namun tidak
sampai mengobati mereka, merekakeluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya,
mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akankembali ketempatnya, tandatanda mereka ialah bercukur kepala (plontos - pen).
6. Kepala kafir itu seperti (orang yang datang dari) arah timur, sedang kemegahan dan
kesombongan (nya) adalah (sepertikemegahan dan kesombongan orang-orang yang) ahli dalam
(menunggang) kuda dan onta.
7. Dari arah sini inilah datangnya fitnah, sambil mengisyaratkan ke arah timur (Najed - pen).
8. Hati menjadi kasar, air bah akan muncul disebelah timur dan keimanan di lingkungan
penduduk Hijaz (pada saat itu pendudukHijaz terutama kaum muslimin Makkah dan Madinah
adalah orang-orang yang paling gigih melawan Wahabi dari sebelah timur /Najed - pen).
9. (Nabi s a w berdoa) Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, para
sahabat berkata: Dan dari Najed, wahaiRasulullah, beliau berdoa: Ya Allah, berikan kami berkah
dalam negeri Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau s aw bersabda: Di sana
(Najed) akan ada keguncangan fitnah serta disana pula akan muncul tanduk syaitan.
10. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Quran namun tidak
sampai membersihkan mereka. Ketikaputus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun
yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal

Sejarah Ajaran Bahaiyah

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang sebuah sekte yang bernama Bahai atau Bahaiyah.
Pembicaraan mengenai sekte minoritas ini bertitik pada; negara harus mengakui eksistensi
Bahaiyah di Indonesia dan melindungi penganutnya. Sebelum jauh melontarkan pendapat kita
bagaimana sikap tepat yang harus kita pilih dalam menilai Bahaiyah, patut kiranya kita ketahui
apa itu pemikiran Bahaiyah dan bagaimana perjalanan sejarah mereka.

Masa Kemunculan dan Perkembangan Ajaran Bahaiyah


Pendiri atau pencetus ajaran Bahaiyah adalah Husein Ali yang dikenal dengan al-Baha. Ia lahir
di Desa Nur di Propinsi Mazandran, Iran, pada 11 November 1817.
Ayahnya bernama al-Mirzah Abbas Basrak an-Nuri merupakan seorang pegawai di departemen
keuangan di Kerajaan Iran (sebelum Republik Syiah Iran). Sang ayah memiliki hubungan dekat
dengan duta besar Iran untuk Rusia dikarenakan saudaranya seorang juru tulis kepercayaan di
kedutaan negeri beruang merah tersebut. Adapun ibu dari Husein Ali adalah Hanim Jani atau
Khatim Jani yang merupakan istri pertama dari Abbas, ayah Husein Ali.
Husein merupakan anak ke-3 dari 15 bersaudara. Di masa kecilnya Husein tidak bersekolah di
sekolah resmi atau madrasah keagamaan tertentu, ia dididik ayahnya di rumah mereka. Setelah
itu ia berusaha sendiri mengkaji buku-buku untuk menambah khazanah pengetahuannya. Husein
sering membaca buku-buku Sufiyah dan Syiah, terutama buku Syiah Ismailiyah dan filsafat
Yunani klasik. Ia juga terpengaruh dengan pemikiran Budha dan Zoroaster.
Di masa mudanya, Husein bergabung dengan aliran Babiyah. Sebuah aliran pemikiran (sekte)
yang didirikan oleh Ali Muhammad asy-Syirazi yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi
dan pembawa risalah. Setelah Ali Muhammad asy-Syirazi tewas dieksekusi mati di tahun 1868,
Husein mengklaim dirinya adalah orang yang diwarisi kepemimpinan oleh pendiri ajaran
Babiyah ini. Mulailah orang-orang mengikuti Husein, lalu ia menggelari dirinya dengan Bahaullah () .

Saat dakwah Bahai-yah mulai tersebar, kekhalifahan Utsmani pun mengambil tindakan.
Akibatnya pada tahun 1868 Husein diasingkan ke Kota Acre. Tidak disangka, malah di kota ini
Husein mendapat dukungan dari masyarakat Yahudi Acre. Orang-orang Yahudi menyambutnya
dengan hangat, membekalinya dengan harta, dan menjamin keamanannya. Sejak saat itulah Kota
Acre menjadi basis utama ajaran Baha-iyah.
Mendapat angin surga, kesesatan Husein Ali kian menjadi. Dari mengaku sebagai pembawa
risalah, ia meningkatkan maqomnya menjadi pemilik sifat-sifat ilahi. Ia katakan bahwa dirinya
adalah al-Qayyum yang mengurusi para makhluk, ia sematkan sifat kekal untuk dirinya, ruh
Allah menyatu bersamanya, ia mengutus para nabi dan rasul, dan mewahyukan agama-agama.

Abbas Abdul Baha, anak dari Husein Ali


Bahaullah. Abbas adalah salah seorang pendiri Bahaiyah yang gencar menyebarkan pemikiran
Bahaiyah ke penjuru dunia. Gambar berikut adalah saat kunjungan pertamanya ke Prancis.

Syariat shalat yang lima, Husein kurangi hanya cukup tiga waktu saja, masing-masing hanya tiga
rakaat. Ia menghilangkan syariat shalat Jumat. Wudhu diringkas dengan cukup membasuh muka
dan kedua tangan. Haji bukanlah menuju Mekah, tapi menuju Acre, hanya wajib bagi laki-laki,
dan tidak ada cara dan waktu tertentu, dll. Namun, seruan utama mereka adalah menggugurkan
syariat jihad. Perang sama sekali diharamkan dalam ajaran Bahai-yah.
Di akhir hayatnya, Husein Ali menderita kegilaan, kemudian wafat pada 29 Mei 1892. Setelah
itu, keimaman Baha-iyah diwariskan ke anaknya yang bernama Abbas yang dikenal dengan
Abdul Baha,
Akidah Baha-iyah
Baha-iyah bahwasanya Allah menyatu dalam diri Baha-ullah, Husein Ali. Karena itu, dalam
ajaran ini diyakini Baha-ullah lah yang menciptakan segala sesuatu. Dalam ajaran ini, angka 19

adalah angka suci sehingga tidak heran mereka menjadikan bulan ada 19 bulan dan terdiri dari
19 hari. Mereka menjadikan Zoroaster, Konfusius, dan tokoh-tokoh besar lainnya di kalangan
India dan Cina sebagai nabi. Mereka mengharamkan hijab bagi wanita dan menghalalkan mutah
(al-Mausuah al-Muyassar fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Muashirah, 1: 412).
Ajaran ini cukup diakui oleh orang-orang Eropa dan Amerika lantaran eksistensi Abbas Abdul
Baha yang senantiasa turut serta dalam berbagai konfrensi orang-orang Eropa dan Amerika, baik
konfrensi itu mengenai komunisme atau tentang sekulerisme. Sebagai pengakuan eksistensi
Baha-iyah, di Chicago, Baha-iyah, pernah diadakan konfrensi Bahaiyah terbesar sepanjang
sejarah aliran ini.
Populasi terbesar orang-orang Baha-iyah berada di Iran, kemudian sebagian kecil berada di Irak,
Suriah, Libanon, dan Palestina.
Pandangan Ulama Terhadap Baha-iyah
Pada tahun 2003, Lajnah Fatwa bil Majma al-Buhuts al-Islamiyah al-Azhar menetapkan bahwa
Islam tidak mengenal dan sama sekali tidak menjadi bagian dari Baha-iyah. Syaikh Jad al-Haq
Ali Jad al-Haq Syaikh al-Azhar- menyatakan bahwa Bahaiyah adalah pemikiran non-Islam,
tidak boleh seorang muslim meyakini, dan berafiliasi pada gerakan ini. Alasannya adalah karena
Baha-iyah menyerukan bersatunya Allah dalam wujud makhluknya, membuat syariat yang sama
sekali tidak berasal dari tuntuna Alquran dan sunnah, mengklaim kenabian bahkan ketuhanan.
Baha-iyah merupakan pemikiran ekstrim yang menggabungkan keyakinan beberapa agama,
filsafat, dan tidak memiliki cita-cita untuk perbaikan umat Islam.
Sumber:
Ilahi Zhahir, Ihsan. 1981. al-Bahaiyah Naqdun wa Tahlilun. Lahore: Idarah Turjuman Sunnah.
islamstory.com
PAHAM AHMADIYAH
Ahmadiyyah (Urdu: Ahmadiyyah) atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah
gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun
1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam
Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi.[1]
Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah
Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No.
JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).[2] Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam
Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi
bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30

April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986
Nomor 95 Lampiran Nomor 35.[3]
Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung
Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang
memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang
bertentangan dengan Islam.[4]

Tujuan pendirian
Kenetralan sebagian atau keseluruhan artikel ini dipertentangkan.
Silakan melihat pembicaraan di halaman diskusi artikel ini.
Jemaat Muslim Ahmadiyah (Ahmadiyya Muslim Community) adalah satu organisasi keagamaan
Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia[5]. Jemaat Muslim Ahmadiyah
adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang memiliki cabang di
174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Saat
ini jumlah keanggotaannya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang.[6] Jemaat Ahmadiyah
Internasional juga telah menerjemahkan al Quran ke dalam bahasa-bahasa besar di dunia dan
sedang merampungkan penerjemahan al Quran ke dalam 100 bahasa di dunia. Sedangkan Jemaat
Ahmadiyah di Indonesia telah menerjemahkan al Quran dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan
Jawa.

Ahmadiyah Qadian dan Lahore

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri aliran Ahmadiyyah.

Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam
Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dua
kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:

Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia


(berpusat di Bogor[7]), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad
adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat
baru.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:


1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran Qadian, India sebagai Imam Mahdi
dan Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman oleh Allah SWT.
2. Mengimani dan meyakini bahwa kitab Alquran adalah satu-satunya kitab suci.
3. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya
Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian (nabi ummati/nabi
pengikut Rasulullah saw. yang hanya mengikuti syariat Islam terus berlanjut sampai hari
kiamat.
4. Mengimani dan meyakini bahwa Mekah dan Madinah tempat suci sebagaimana umat
Islam pada umumnya.
5. Wanita Ahmadiyah dianjurkan menikah dengan laki-laki Ahmadiyah demi menjaga dan
meneruskan keturunan rohani, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita
di luar Ahmadiyah.

Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia


(berpusat di Yogyakarta). Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam
Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekadar mujaddid dari ajaran Islam [8].

Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:


1. Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al Quran dan
Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf
dan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
yang terakhir.
2. Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan datang nabi
lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat
kepada siapa pun.

4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada
seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walkin raslillhi wa khtamunnabiyyn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi
silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan segar.
6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang
auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, akan tetapi tidak akan datang nabi.
7. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan
tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi
berkedudukan sebagai mujaddid.
8. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman,
maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut
kafir.
9. Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut kafir.
Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat,
tidak bisa disebut kafir.
10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan
pengemban misi Nabi Muhammad SAW.[9]

Sejarah penyebaran di Indonesia


Ahmadiyah Qadian
Tiga pemuda dari Sumatera Thawalib yakni suatu pesantren di Padangpanjang, Sumatera Barat
meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm)
Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan.
Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi
Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai
menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam.
Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati
Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun
ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan
penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.,
Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.
Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut
Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan
pelajar di Sumatera Thawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang

pemuda Indonesia dari Sumatera Thawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang
terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.
Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul
Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para
pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II
r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun dia sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, dia akan
mengirim wakil dia ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai
muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.

Вам также может понравиться