Вы находитесь на странице: 1из 18

1.

Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan
adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Adapun
menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan Negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan
hukum antara orang-orang dengan negara.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum masalah kewarganegaraan
berada pada hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum
dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga
negara.
2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Masyarakat Islam Indonesia
Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikutip dari
Zainul Ittihad Amin (2012) dalam pengantarnya, merupakan
pendidikan yang diselenggarakan untuk memupuk kesadaran
bela negara, cara berpikir komprehensif integralistik dalam
rangka Ketahanan Nasional untuk kelangsungan hidup dan
kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Kesadaran tersebut
mencakup kecintaan tanah air, kesadaran berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat, keyakinan akan kebenaran
falsafah pancasila, dan undang-undang negara Indonesia,
serta kesediaan berkorban demi bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada pembinaan sikap
dan kemampuan bela negara. Berbeda dengan wajib latih
(Wala) yang lebih ditekankan pada aspek fisik, Pendidikan
Kewarganegaraan lebih ditekankan pada aspek kognitif dan
afektif (sikap/kepribadian) bela negara dalam rangka
peningkatan Tannas dan kelangsungan hidup bangsa
Indonesia.
Di Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan banyak
mengalami perkembangan. Hal ini tidak lepas dari masyarakat

Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Tak heran


jika ini juga mempengaruhi pola pikir seluruh masyarakat
Indonesia hingga ke pemerintahan. Islam sendiri mengajarkan
umatnya untuk mencintai negaranya. Oleh karena itu sering
dikatakan, Hubbul wathan minal iman. Artinya Cinta
kepada negara adalah termasuk bagian dari iman. Ini adalah
bukti bahwa sebagai sebuah agama, Islam tidak apatis
terhadap negara, justru malah menjadi pendukung. Dari
semangat cinta terhadap negara inilah Islam mendorong
masyarakatnya
untuk
membentuk
sistem
sosial
kemasyarakatan dan kenegaraan yang ideal yang disebut
masyarakat madani.
Setiap negara Islam idealnya akan mengembangkan dan
menerapkan konsep masyarakat madani di negaranya,
termasuk Indonesia. Masyarakat madani atau yang sering
disebut civil society ini dicontohkan oleh nabi sendiri ketika
membangun Madinah pasca hijrah dari Makkah. Di mana saat
itu kesatuan untuk membela negara, toleransi, serta
peradaban dapat terwujud. Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki pengaruh yang besar untuk mewujudkannya melalui
bidang pendidikan.
Konsep civil society (masyarakat madani) adalah sebuah
tatanan komunitas masyarakat yang mengedapkan toleransi,
demokrasi dan berkeadaban. Masyarakat madani bukan lah
sebuah konsep yang sudah baku namun masih ambigu,
sebuah wacana yang harus dianalisis untuk dipahami sebagai
sebuah proses. Konsep masyarakat madani yang dipahami
oleh kalangan Islam adalah sebuah masyarakat berperdaban,
masyarakat berperadaban memiliki sebuah rasa berbudi luhur
atau berakhlak karena Indonesia sendiri banyak sekali yang
beragama Islam seperti yang diajarkan pula oleh Nabi kita
tentang memiliki akhlak yang baik. Islam sendiri tidak memiliki
konsep tentang negara karena Islam sendiri tidak terlalu
mementingkan duniawi tapi Islam sendiri bisa menjadi
pedoman
dalam
bernegara, Islam mengajarkan
banyak
tentang akhlak, toleransi dan beradab. Yang menjadi masalah
adalah apakah konsep tersebut mengandung sanksi kesucian
yang merupakan bagian dari aqidah, sebab, bagaimanapun
teori teori itu adalah hasil ijtihad manusia bukan wahyu itu
sendiri.
Kenapa kita harus menerapkan konsep civil society dalam
upaya
menuju
kedaulatan
bangsa?
Konsep civil

society merupakan bagian sejarah dari masyarakat Islam.


Sehingga dalam mewujudkan kedaulatan Negara, kita masuk
melalui pendekatan sejarah tentang materi civil society.
Akhirnya masyarakat Islam akan lebih tergugah hatinya untuk
ikut menjaga kedaulatan negara sesuai konsep civil society.
Lary Diamond (2003) menyatakan bahwa masyarakat
sipil/civil society melingkupi kehidupan sosial terorganisasi
yang terbuka, sukarela, lahir secara mandiri, setidaknya
berswadaya secara parsial, otonom dari negara, dan terikat
pada tatanan legal atau seperangkat nilai bersama. Menurut
Diamond (2003) yang disebut sebagai civil society antara lain
adalah :
Perkumpulan dan jaringan perdagangan yang produktif.
Perkumpulan keagamaan, kesukuan, kebudayaan yang
membela hak hak kolektif, nilai-nilai, kepercayaan dan lain
sebaganya.
Organisasi-organisasi yang bergerak dibidang produksi dan
penyebaran pengetahuan umum, ide-ide, berita dan
informasi public (Yayasan Penyelenggara Sekolah Swasta,
Asosiasi Penerbitan dsb)
Gerakan gerakan perlindungan konsumen, perlindungan
hak hak perempuan, perlindungan etnis minoritas,
perlindungan kaum cacat, perlindungan korban diskriminasi
dsb.
Masyarakat Islam Indonesia memang belum bisa dikatakan
sebagai contoh konkrit masyarakat madani. Akan tetapi
dengan proses menuju masyarakat madani inilah Pendidikan
Kewarganegaraan dapat berkembang di berbagai lembaga
pendidikan di Indonesia. Karena Pendidikan Kewarganegaraan
ini juga dapat berperan dalam terbentuknya civil society atau
masyarakat madani, khususnya di lini pendidikan.
3. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
mulai secara formal munculnya mata pelajaran civics dalam
kurikulum SMA tahun 1962. Mata pelajaran ini berisikan materi
tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945.
Di dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan
pendidikan kewargaan negara digunakan secara bertukar
pakai. Misalnya dalam kurikulum SD 1968 digunakan istilah
pendidikan kewargaan negara yang digunakan sebagai nama

mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia,


geografi Indonesia, dan civics. Di dalam kurikulum SMP 1968
digunakan istilah pendidikan kewargaan negara berisikan
sejarah Indonesia dan Konstitusi, termasuk UUD 1945, dan
sebagainya.
Selanjutnya dalam kurikulum 1975 istilah Pendidikan
Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau
P4. Mata pelajaran ini terus dipertahankan baik istilah maupun
isinya sampai dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada
dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional maka diperkenalkanlah mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau
PPKn. Mapel ini mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan
jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas
catur wulan dalam setiap kelas. PPK ini kemudian termasuk ke
dalam social studies dengan nilai dan moral yang bersumber
dari budaya Indonesia sebagai muatannya yang pada
gilirannya diharapkan akan dapat diwujudkan dalam prilaku
sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu untuk mengimbangi dinamika perkembangan
masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang demikian cepat, sejak 2004 dilakukan pembaruan
kurikulum persekolahan. Pembelajaran berdasarkan Kurikulum
1994 lebih mengarahkan peserta didik untuk menguasai
materi pengetahuan. Pembelajaran ini lebih berorientasi
kepada kemampuan akademik dan kurang mengembangkan
kompetensi peserta didik. Untuk mengatasi keterbatasan
Kurikulum 1994, maka dilakukanlah penyempurnaan ke arah
kurikulum yang lebih mengutamakan pencapaian kompetensi
siswa yakni suatu desain kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu yang pada
mulanya dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KBK diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada kemampuan melakukan tugas-tugas
dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. Nama mata pelajaran PPKn
pun diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
mana lebih memfokuskan pada pembentukan warga negara

yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan


kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
4. Hubungan Kewarganegaraan dengan Agama Islam
Mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah
menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Menunjukkan bahwa penduduk Indonesia
menganut
agamanya masing-masing, dalam arti penduduk Indonesia berAgama dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara umum Pendidikan Agama
Islam ajaranajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam. Ajaran-ajaran
tersebut terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadis yang tertuang dalam tiga
kerangka dasar ajaran
Islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah
merupakan penjabaran dari
konsep iman; syariah merupakan penjabaran
dari konsep Islam dan akhlak
merupakan penjabaran dari konsep ihsan.
Dari ketiga prinsip dasar itulah
berkembang berbagai kajian ke-Islaman,
termasuk kajian yang terkait dengan ilmu teknologi serta seni budaya.
Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk
menguasai berbagai ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan seharihari. Pendidikan Agama Islam juga menekankan keutuhan dan keterpaduan
antara ranah kognitif, psikomotor dan afektifnya.Tujuan diberikannya
Pendidikan Agama Islam adalah untuk
membentuk peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas
tentang
Islam dan berakhalkul karimah. Oleh karena itu semua bidang
hendaknya
seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
Pendidikan Agama Islam. Mengenai tujuan akhir dari Pendidikan Agama
Islam. Tujuan inilah
yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya
Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah jiwa
dari Pendidikan Agama
Islam. Sejalan dengan ini maka semua bidang
pendidikan yang diajarkan
haruslah mengandung muatan pendidikan
akhlak dan setiap guru haruslah
memperhatikan akhlak atau tingkah laku
peserta didiknya baik terhadap Allah, yang diwujudkan dalam bentuk ibadah
maupun terhadap alam seisi-NYA
termasuk manusia sebagai interaksi
sosial yang diwujudkan dalam bentuk
muamalah.
Lebih jauh, akhlak bukan saja berfungsi sebagai pengendali diri secara
pribadi, tetapi juga sebagai standar untuk tinggi rendahnya suatu peradaban
manusia. Salah seorang penyair arab Syaqqy Bey mengemukakan :
Kelestarian suatu bangsa tergantung pada akhlaknya, jika akhlaknya runtuh,
runtuh pula bangsa itu (M.K. Chisbullah:24). Sejalan dengan itu, pendidikan
yang mengarah pada budi pekerti atau akhlak di Indonesia adalah Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam
membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan

konstitusi negara Republik Indonesia. Secara garis besar Kewarganegaraan


terdiri dari dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang
mencakup bidang politik, hukum dan moral, dimensi ketrampilan
kewarganegaraan (civics skills) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dimensi nilai-nilai kewarganegaraan
(civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas
nilai religius , norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi,
kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran
Kewarganegaraan merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi
keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain
ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral dan
filsafat (Depdiknas, 2003:2).
Pendidikan agama dan pendidikan moral mendapatkan tempat yang wajar
dan leluasa dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 39
butir 2 misalnya mengatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan agama biasanya diartikan pendidikan
yang materi bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlak dan
ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan
pembinaan mental-spiritual yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku
manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Pendidikan agama tidak terlepas
dari upaya menanamkan nilai-nilai serta unsur agama pada jiwa seseorang.
Unsur-unsur agama tersebut secara umum ada empat. Keyakinan atau
kepercayaan terhadap adanya Tuhan atau kekuatan gaib tempat berlindung dan
memohon pertolongan; Melakukan hubungan yang sebiknya-baiknya dengan
tuhan guna mencapain kesejahteraan hidup didunia dan akherat; Mecintai dan
melaksanakan perintah Tuhan, serta menjauhi larangan-Nya, dengan jalan
beribadah yang setulus-tulusnya,dan meninggalkan segala yang diizinkan-Nya;
Meyakini adanya hal-hal yang dianggap suci dan sakral, seperti kitab suci,
tempat ibadah dan sebagainya. Adapun moral ialah kelakuan yang sesuai
dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang disertai pula oleh rasa
tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan itu haruslah
mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan atau keinginan pribad

5. HAM dalam Perspektif Islam


Islam sebagai agama universal mengandung prinsip-prinsip
hak asasi manusia. Sebagai sebuah konsep ajaran, Islam
menempatkan manusia pada kedudukan yang sejajar dengan
manusia lainnya.

Hak asasi manusia menurut pandangan Islam adalah hakhak kodrati yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap
manusia, yang tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh
kekuasaan atau badan apapun (Abul Ala Maududi, 1988, 1112).
Tonggak sejarah dan politik Islam mengenai HAM berawal
dari Konstitusi Madinah atau piagam Madinah (624 M) yang
bertujuan menyatukan warga Madinah yang majemuk, baik
karena perbedaan etnik (Yahudi dan kelompok-kelompok Arab),
perbedaan agama(Yahudi, Muslim dan Nasrani), dan
perbedaan kebudayaan.
Perlindungan HAM dalam konstitusi Madinah antara lain
berisi tentang perlindungan kebebasan beragama dan
beribadah, kedudukan yang sama sebagai warga masyarakat,
persamaan hak dan kewajiban, dan persamaan di depan
hukum.
Dalam dekripsi berikut akan dijelaskan beberapa hak asasi
manusia dalam Islam yang meliputi

Hak Hidup
Hak hidup adalah hak manusia atas kehidupan yang
dianugerahkan oleh Allah kepada setiap manusia guna
menjamin perkembangan hidup manusia secara alamiah.
Jaminan terhadap hak hidup manusia berarti menghargai
nyawa manusia sebagai sumber kehidupan manusia
tersebut.

Hak Kebebasan untuk Beragama


Kebebasan beragama adalah kebebasan manusia untuk
memilih dan mmeluk suatu agama yang dia yakini
kebenarannya
berdasarkan
pertimbangan
akal
dan
nuraninya.
Kebebasan beragama berkaitan dengan keyakinan hidup
untuk memilih agama beserta ajaran yang terkandung
didalamnya guna mengatur hidupnya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan warga dunia.

Hak Atas Keadilan

Keadilan adalah hak manusia untuk mendapat sesuatu hal


yang menjadi haknya dari orang lain.Kata keadilan
dipergunakan dalam banyak konteks, adakalanya digunakan
untuk menyebut hak, perlakuan yang sama, dan
keseimbangan atau kesebandingan.
Keadilan bukan hanya berkaitan dengan bidang hukum
semata-mata, tapi juga berkaitan dengan bidang ekonomi
(keadilan ekonomi), dengan bidang politik (keadilan politik)
dan dengan bidang sosial (keadilan sosial).
Menurut M. Ghallab dalam bukunya Inilah Hakekat Islam,
dijelaskan bahwa keadilan adalah meletakkan sesuatu pada
tempatnya. Sedangkan dalam pengertian ilmu akhlaq,
keadilan adalah memberikan hak kepada orang berhak.

Hak kebebasan berfikir dan berpendapat


Kebebasan berfikir dan berpendapat merupakan bagian
dari kebebasan berekspresi (freedom of expression), yaitu
kebebasan manusia untuk mengekspresikan diri dalam
kehidupan
masayarakat
sebagai
pengejawantahan
kemampuan kognisi (nalar) dan kemampuan afeksi (rasa)
manusia.
Aspek lain yang terkait dengan dalam lingkup kebebasan
berekspresi adalah kebebasan berkesenian dalam segala
bentuk manifestasinya. Adakalanya, kebebasan berfikir dan
berpendapat sebagai suatu konsep, yaitu kebebasan
berpendapat.

Hak bekerja
Hak lain yang juga diatur dalam Islam adalah hak manusia
untuk melakukan pekerjaan. Ayat Al-Quran yang berkaitan
dengan hak bekerja adalah Surat At-Taubah ayat 105 yang
artinya Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Maha Mengetahui akan gaib dan nyata. Lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan

Hak Politik

Abdul Karim Zaidan dalam bukunya Hak-hak Rakyat dan


Kewajiban Negara dalam Islam membahas hak-hak politik
dalam Islam, yang meliputi : hak memilih kepala negara, hak
musyawarah, hak melakukan kontrol, hak memecat kepala
negara, hak mencalonkan diri, dan hak untuk menjadi
pegawai negeri.
Disamping itu, juga disebutkan kewajiban-kewajiban
politik rakyat, yaitu taat kepada pemimpin sepanjang
pemimpin itu memang benar. Berbicara HAM dalam
perspektif Islam, tidak bisa dipisahkan dari konsep Piagam
Madinah dan Deklarasi Cairo. Dua momentum penting
tersebut secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Piagam Madinah
Terdapat dua landasan pokok bagi kehidupan masyarakat
yang diatur dalam Piagam Madinah, yaitu :
1.
Semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun
mereka
berbeda
suku
bangsa.
2.
Hubungan antara komunitas muslim dan non-muslim
didasarkan pada prinsip-prinsip : berinteraksi secara baik
dengan sesama tetangga, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang
teraniaya, saling menasehati dan menghormati kebebasan
beragama.
b. Deklarasi Cairo
Deklarasi ini berisi 24 pasal tentang hak asasi manusia
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah yang dalam penerapan
dan realitasnya memiliki beberapa persamaan dengan
pernyataan semesta hak-hak asasi manusia (The universal
Declaration of Human Rights/UDHR) yang dideklarasikan
oleh PBB pada tahun 1948 (Tim penyusun Puslit IAIN Syarif
Hidayatullah, 2000:216)
Pasal-pasal yang terdapat dalam Deklarasi
mencakup beberapa persoalan pokok, antara lain :

Cairo

Hak persamaan dan kebebasan (pasal 19 ayat a,b,c, d dan


e).
Hak untuk hidup (pasal 2 ayat a,b, c dan d).

Hak memperoleh perlindungan (pasal 3)


Hak kehormatan probadi (pasal 4)
Hak menikah dan berkeluarga (pasal 5 ayat a dan b)
Hak wanita sederajat dengan pria (pasal 6).
Hak-hak anak dan orangtua (pasal 7 ayat a, b, c)
Hak memperoleh pendidikan dan berperan serta dalam
perkembangan ilmu pengetahuan (pasal 9 ayat a dan b)
Hak kebebasan memilih agama (pasal 10).
Hak kebebasan bertindak dan mencari suaka (pasal 12).
Hak-hak untuk bekerja (pasal 13)
Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama (pasal 14)
Hak milik pribadi (pasal 15 ayat a dan b)
Hak menikmati hasil atau produk (pasal 16)
Hak tahanan dan narapidana (pasal 20 dan 21)

6. Sifat Hubungan Agama dan Negara di Indonesia


Mengkaji hubungan agama,dalam hal ini Islam dan negara
di Indonesia, secara umum dapat digolongkan ke dalam dua
bagian, yakni hubungan yang bersifat antagonistik dan
hubungan yang bersifat akomodatif. Dalam hal ini, Indonesia
pernah mengalami masa dimana hubungan agama dengan
negara bersifat antagonistik maupun akomodatif.
1. Hubungan agama dan negara yang bersifat antagonistic
Hubungan antagonistik merupakan sifat hubungan yang
mencirikan adanya ketegangan antara negara dengan
agama. Akar antagonisme hubungan antara Islam dan
negara tak dapat dilepaskan dari konteks kecenderungan
pemahaman keagamaan yang berbeda. Awal hubungan
yang antagonistik ini dapat ditelusuri dari masa pergerakan
kebangsaan, ketika elit politik nasional terlibat dalam
perdebatan tentang kedudukan Islam di alam Indonesia
merdeka. Dengan demikian pada masa ini negara betulbetul mencurigai Islam sebagai kekuatan yang potensial
dalam menandingi eksistensi negara. Di sisi lain, umat
Islam sendiri pada masa itu memiliki ghirah yang tinggi
untuk mewujudkan Islam sebagai sumber ideologi dalam
menjalankan pemerintahan.
2. Hubungan agama dan negara yang bersifat akomodatif
Hubungan akomodatif lebih dipahami sebagai sifat
hubungan dimana negara dan agama satu sama lain saling
mengisi bahkan ada kecenderungan memiliki kesamaan

untuk mengurangi konflik. Munculnya sikap akomodatif


negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh adanya
kecenderungan bahwa umat Islam Indonesia dinilai telah
semakin memahami kebijakan negara, terutama dalam
konteks pemberlakuan dan penerimaan asa tunggal
Pancasila.
Negara melakukan akomodasi terhadap Islam dengan
alasan, pertama, dari kacamata pemerintah, Islam
merupakan kekuatan yang tidak dapatdiabaikan yang pada
akhirnya kalau diletakkan pada posisi pinggiran akan
menimbulkan masalah politik yang cukup rumit. Kedua, di
kalangan pemerintah sendiri terdapat sejumlah figur yang
tidak terlalu fobi terhadap Islam, bahkan mempunyai dasar
keislaman yang sangat kuat sebagai akibat latar
belakangnya, misalnya saja Emil Salim, B.J. Habibie, Akbar
Tandjung dan lain sebagainya. Mereka tentu saja berperan
dalam membentuk sikap politik pemerintah untuk tidak
menjauhi Islam. Ketiga, adanya perubahan persepsi, sikap
dan orientasi politik di kalangan umat Islam itu sendiri.
7. Sikap Negara atau Pemerintah terhadap Islam
Percobaan mengatur masyarakat berdasarkan Islam,
menimbulkan sikap arogan dari pemerintah. Sebetulnya sikap
preventif terhadap usaha penerapan syariat sebagai landasan
hukum tidak hanya pemerintah melainkan juga dari sikap
pemeluk agama. Inilah yang disebut hubungan agama dan
Negara unik dan aneh. Ternyata masyarakat kita tidak setuju
jika masalah agama di bawa ke wilayah Negara
Masdar F. Masudi beranggapan bahwa seseorang tidak
mungkin menjadi muslim yang baik sekaligus menjadi warga
Negara Indonesia yang baik. Untuk menjadi warga apalagi
pemuka bangsa yang sejati seorang muslim mesti terlebih
dahulu melampui (mengaburkan) batas-batas keIslamannya.
Sulit rasanya seorang pemimpin umat dari agama mayoritas
seperti Islam di Indonesia dapat tampil secara mulus sebagai
pemimpin. Pernyataan yang disampaikan beliau memang
bukan tanpa alasan. Kalau kita menilik sejarah ke belakang
baik pemimpin pasca proklamasi maupun orde baru, semua
pemimpin bangsa ini tidak begitu kental keIslamannya.

Sebagai paradigma politik memimpin bangsa ini justru lebih


suka mengadopsi pemikiran (nilai-nilai) budaya.
Bahkan di era orde baru sikap preventif terhadap ormas
atau organisasi agama begitu getol. Pemerintah berusaha
mengkerdili umat Islam yang ingin memperjuangkan
ajarannya lewat jalur sturktural. Sejumlah fakta menunjukkan
hal tersebut, misalnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
sebagai partai resmi Islam selalu dibuat kerdil dengan
berbagai cara, kegiatan-kegiatan semi kekerasan dibabat
habis tanpa ampun, misalnya kasus Tanjung Priok, Lampung
dan lain-lain. Semua hal itu dilakukan orde baru terhadap
umat Islam karena orde baru sangat trauma dengan masa
lalu di mana politik Islam sangat potensial untuk menggalang
massa dan berbalik menyerang pemerintah sekaligus menjadi
oposisi abadi kepada siapapun yang tengah berkuasa.
8. Hubungan Islam dengan Negara Pada Era Reformasi
Era reformasi disebut-sebut sebagai masa cerah bagi
kehidupan bangsa Indonesia. Demokrasi, katanya, benarbenar tegak, keberadaaan pers, organisasi politik, ormas
tidak lagi dibungkam dan dikerdilkan. Semua wahana
ekspresi diberikan kebebasan sepenuhnya. Masa reformasi
ditandai dengan tumbangnya rezim Soeharto pada
pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil
presiden BJ Habibe.
Reformasi yang terjadi pada pertengahan tahun 1998 ini
menyebabkan perubahan drastis dalam berbagai aspek
kehidupan politik, ekonomi, pemerintahan. Perubahan drastis
yang menonjol dibidang politik pasca orde baru antara lain:
hilangnya kekuasaan represif dan bubarnya sistem
bureaucratic politypemerintah dipegang segelintir orang
berubah menjadi pemerintah yang dipegang oleh perwakilan
rakyat secara riil.
Perubahan birokrasi ternyata berdampak
terhadap
kebijakan-kebijakan terhadap semua aspek kehidupan
bernegara termasuk kebijakan bersuara dan mengeluarkan
pendapat. Di saat orde baru berkuasa, kebebasan bersuara
dan mengeluarkan pendapat hanya sebatas retorika belaka.
Bahkan pemerintah orde baru cenderung berperilaku sebagai

rezim praetorian yang memiliki banyak kontrol yang


mengawasi kehidupan masyarakat. Mulai dari usaha bina
Negara hingga persoalan personal semacam keluarga
berencana.
Karena begitu ketatnya kontrol Negara sehingga berubah
menjadi bom waktu yang terbukti saat reformasi. kontrol
tersebut melahirkan dendam kesumat bagi anak bangsa
yang merasa terkekang sehingga pasca reformasi banyak
bermunculan organisasi-organisasi massa (baik politik
maupun kemasyarakatan) maupun lembaga press. Bahkan
kata reformasi berubah menjadi senjata untuk melegalkan
perbuatan individual maupun komunal.
Perubahan tersebut dimanfaatkan oleh umat Islam untuk
memperjuangkan ajaran agamanya agar setidaknya menjadi
sumber hukum formal dalam kehidupan bernegara.
Perjuangan ini lebih dikenal dengan perjuangan jalur
strukturalis, yang mana di era orde baru pintu ini tertutup
rapat dan pemerintah hanya membuka pintu kulturalis.
Pernyataan selanjutnya adalah mengapa umat Islam begitu
ambisius untuk memasukkan syariat ke dalam hukum Negara
ini?
Dari sudut kuantitas, umat Islam merupakan mayoritas
sehingga sudah sewajarnya jika p emerintah selalu
memperhatikan
kepentingan
umat
Islam
dan
mengakomodasikan sebanyak mungkin aspirasi Islam.
Dengan kata lain, pemerintah dalam mengimplementasikan
kebijakan programnya harus lebih memihak kepada Islam.
Persoalan yang timbul adalah bagaimana dengan nasib umat
minoritas? Keadaan mereka sebenarnya dalam posisi tidak
aman. Mereka belum sepenuhnya percaya pada iktikad baik
kelompok mayoritas yang berjanji akan melindungi eksistensi
mereka.
Selain dilihat dari sudut kuantitas umat, bisa juga dilihat
sumber inspirasi umat Islam itu sendiri yakni Al-Quran dan
As-Sunah. Agama Islam tidal pernah membedakan persoalan
individu dengan persolan masyarakat, urusan dunia yang
profan dan urusan akhirat yang trasendetal.

Dunia dan akhirat adalah dunia yang saling menjalin,


seperti yang tersirat dalam ajaran Islam bahwa dunia adalah
ladangnya akhirat. Karena dunia dipandang sebagai
ladang sudah barang tentu keberadaan ladang tersebut
harus dikelola sesuai dengan tata krama-Nya. Agar kelak
memberikan bekal yang baik di alam transenden.
Kensekuensinya seluruh aktivitas orang Islam, baik kelompok
maunpun individu harus manut dengan aturan tersebut.
Dalam bermasyarakat atau berkelompok selalu memiliki
tujuan-tujuan agama dan sekaligus mengabdi pada lestarinya
nilai-nilai agama. Lebih jauh maka seluruh aktivitas muslim
selalu diupayakan selaras dengan nilai-nilai yang ada dalam
sumber pokok Islam, Al-Quran dan As-Sunah.
Semuanya itu perlu pengimplementasian dalam kehidupan
kalau perlu diwujudkan dalam bentuk Negara, mengapa
harus negara? Karena Negara mempunyai kekuasaan
sekaligus wilayah yang membawahi rakyat. Dengan demikian
harapan yang muncul adalah masyarakat bisa taat pada
hukum Islam karena sudah ada institusi legal yang bisa
menuntut sangsi bila hukum tersebut tidak dijalankan. Yang
perlu digaris bawahi adalah bagi Islam tujuan bernegara
adalah menegakkan keadilan dalam kehidupan bersama,
keadilan sosial. Oleh sebab itu, bagi Islam Negara adalah
instrument bagi segenap warganya untuk merealisasikan
cita-cita keadilan social.
Yang
menjadi
pertanyaan
adalah
bagimana
mengartikulasikan wujud cita-cita tersebut di tengah
pluralnya
masyarakat?
Untuk
menjawab
apalagi
mengartikulasikan tidaklah mudah, banyak kendala yang
dihadapi di lapangan. Setidaknya ada dua kendala yang
menjadi batu sandungan yakni kendala konsepsional dan
kendala praktis. Kendala konsepsional adalah kendala
bagaimana ajaran Islam yang normativ dapat dijabarkan
menjadi
separangkat
aturan
yang
berfungsi
untuk
pelaksanaan di lapangan. Sedangkan kendala praktis yaitu
kendala bagaimana implikasi praktis yang sangat mungkin
timbul pada masyarakat yang plural.
Mohtar Masoed menuliskan bahwa setidaknya ada dua
pendekatan sebagai upaya pengartikulasikan Islam dalam

kehidupan masyarakat yaitu pertama, Islamisasi Negara


nasional untuk kepentingan umat Islam dan kedua Islamisasi
masyarakat dalam Negara nasional. Yang dimaksud Islamisasi
negara adalah upaya merealisasikan ajaran dalam Negara.
Negara Indonesia di upayakan berdasarkan Islam. Pandangan
ini muncul karena melihat kenyataan kuantitas umat Islam
memang menjadi umat terbanyak dan sudah sewajarnya bila
hukum Islam dijadikan sumber hukum Negara. Alasan logis
karena yang akan merasakan adalah umat Islam. Toh, dalam
hukum Islam juga ada hukum-hukum yang mengatur umat
non-Islam yang disebut kaum zimmi. Keberadaan mereka
tidak dikesampingkan begitu saja bahkan ajaran Islam
menyuruh umatnya melindungi nyawa dan harta benda
mereka.
Kritik bermunculan ketika cara ini akan ditempuh karena
dinilai cara ini terlalu diskriminatif. Mereka mengatakan
kemerdekaan Indonesia tidaklah semata-mata diraih umat
Islam. Serta semenjak dahulu kepulauan nusantara tidak
hanya dihuni oleh satu umat melainkan berbagai jenis umat,
kepercayaan. Jadi kalau ada hukum agama yang dijadikan
hukum konstitusional adalah mengingkari kenyataan bahwa
negara ini memang plural. Selain itu mereka mencurigai umat
Islam sebagai umat yang hegemonik dan egois kerena terlalu
ambisius mempengaruhi kebijakan pemerintah. Lebih jauh
lagi, umat Islam akan dianggap ekstrim, karena menganggap
atau merasa bahwa agamanya yang paling benar.
Memang jalur struktural atau Islamisasi Negara nasional
sering kali mengalami benturan baik dengan penguasa
maupun dengan pihak umat agama lain. Pendekatan lain
untuk mengartikulasikan Islam adalah Islamisasi masyarakat
dalam Negara nasional, yang dimaksud dengan pendekatan
ini adalah penterjemahan politik Islam secara substansial,
yakni ajaran-ajaran Islam diterjemahkan dalam bahasabahasa ekonomi, kemanusiaan, hak asasi manusia,
pemberdayaan masyakat, dan lain-lain. Pendekatan ini
memandang perjuangan Islam tidaklah sempit, yaitu terbatas
pada arena politik dan parlemen, namun lebih luas dari itu,
yaitu meliputi kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Bagi
mereka yang menggunakan pendekatan ini yang penting
adalah pesan-pesan pokok Islam dapat terwujud seperti

semangat egalitarian, humanitas, demokrasi, keadilan sosial,


dan lain-lain serta tidak mengedepankan wacana negara
Islam.
Pendekatan model ini lebih disukai oleh tokoh-tokoh Islam
dan
penguasa.
Selain
itu,
pendekatan
ini
lebih
mengedepankan sikap saling mejaga keharmonisan antara
umat beragama serta menjaga hubungan Islam dan
penguasa yang selama ini selalu terjadi konflik diantara
mereka. Pendekatan ini memang harus dipahami umat Islam
sendiri bahwa pendekatan ini lebih menguntungkan bagi
keberlangsungan Negara dan agama. Syarat ayang harus di
miliki adalah bagimana memandang dan memperlakukan
Islam sendiri. Apakah Islam dipandang secara tekstual atau
memahami hakikat mengapa Islam itu diturunkan. Secara
hakikat Islam turun sebagai rahmatan lil alamin, sebagai
rahmat bagi alam. Tentu banyak jalan untuk membumikan
pada tatanan kehidupan masyarakat sehingga terwujud
masyarakat madani. Semua ini asalah tinggal umat Islam
sendiri memandang Islam, sebatas kulit atau menyeluruh.
Yang penting bagi umat Islam adalah mempunyai sikap ojo
rumongso biso nanging biso rumongso atau menyebarkan
Islam dengan bil hikmah wa mauidlotul hasanah.
9. Konsep Islam dalam Negara Indonesi
Islam adalah faktor penting dalam bangunan kebangsaan
Indonesia. Sumber daya budaya, sosial dan politik serta
ekonomi negara ini secara potensial berada dan melekat
dalam tubuh warganya yang mayoritas muslim. Kolaborasi
Islam dan budaya lokal selama berabad-abad hingga cucuran
keringat, air mata dan darah para syuhada telah
memperkokoh bangunan ke-Indonesia-an modern. Sejarah
Indonesia juga mencatat penolakan dan penentangan umat
Islam terhadap penindasan kolonialisme. Agenda ekonomi,
politik, sosial, pendidikan dan keagamaan yang digerakkan
oleh SI, Muhammadiyah dan NU terbukti mengusung cita-cita
luhur memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan dan
pemerintahan sendiri oleh rakyat Indonesia.
Demikian halnya para tokoh pergerakan nasional dari
kalangan muslim, meskipun mereka kelihatan berbeda-beda
penekanan dan perspektifnya tentang nasionalisme Indonesia,

tak diragukan lagi kecintaan dan komitmen mereka pada


perjuangan terwujudnya negara bangsa Indonesia yang
merdeka dan berdaulat.
Fakta-fakta tersebut cukup menjelaskan bahwa Islam tidak
merintangi nasionalisme, justru dari rahim Islamlah,
nasionalisme Indonesia dapat tumbuh subur. Pergerakanpergerakan Islam sudah lama mempunyai ikatan kebangsaan
lebih kuat jika dibandingkan dengan organisasi lokal yang
masih berbasis etnik, termasuk Budi Utomo yang berbasis
kepentingan priyayi Jawa.
Jika kehidupan bernegara ditujukan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur, maka tentulah berkenaan
dengan umat Islam Indonesia. Maka umat Islam juga harus
mengambil peran strategis dan kreatif memajukan Indonesia
menuju negara plural yang kuat. Penolakan terhadap nationstate dalam sisi tertentu menunjukkan kekhawatiran
berlebihan terhadap subordinasi Islam oleh negara, juga
merupakan ekspresi dari ketidakberdayaan mengambil peranperan kreatif dan strategis dalam merealisasikan keIslamann
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan mempertimbangkan keragaman agama sebagai
salah satu faktor dalam nasionalisme, maka perjuangan
mewujudkan berlakunya syariat Islam di tengah-tengah
masyarakat dapat dilakukan melalui gerakan-gerakan kultural
dan struktural melalui sarana politik, sebagai bentuk dari
pengamalan syuro. Dalam konteks ini maka pilihannya bukan
negara Islam atau juga sistemkhilafah yang menerapkan
syariah atau negara sekuler yang menolak syariah, tapi negara
Indonesia yang merealisasikan nilai-nilai universal ajaran
agama (Islam) dalam bingkai Ukhuwwah Basyariyyah,
Ukhuwwah Islamiyyah, dan Ukhuwwah Wathaniyyah.
Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah dua sisi mata
uang yang saling memberikan makna. Keduanya tidak bisa
diposisikan secara diametral atau dikhotomik. Nasionalisme
selalu meletakkan keberagaman atau pluralitas sebagai
konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar
yang menyatukan sebuah negara bangsa. Idealnya umat Islam
tidak perlu merasa khawatir kehilangan identitasnya karena

persenyawaannya dalam negara bangsa. Perjuangan yang


ditekankan untuk menonjolkan identitas atau simbol-simbol
keIslaman dalam kerangka perjuangan politik kebangsaan
hanya merupakan cerminan kelemahan umat Islam sendiri.
Selain itu, meskipun terbuka peluangnya di alam demokrasi
ini, penekanan berlebihan dalam hal itu akan potensial
menjadi penyulut disintegrasi, dan ini tidak sejalan dengan
nasionalisme itu sendiri. Idealnya, perjuangan politik umat
Islam menekankan pada penguatan nasionalisme Indonesia
dengan memperkokoh faktor-faktor perekat kebangsaan yang
secara substantif. Nilai-nilai dimaksud merupakan nilai-nilai
universal Islam yang menyentuh kesadaran pragmatis warga
negara, seperti keadilan, kesejahteraan, kepercayaan, dan
sebagainya.
Itulah sebabnya Al mawardi, dalam kitab al-Ahkam al
Shulthaniyyah mempersyaratkan keadilan bagi seorang
pemimpin negara dan tidak memasukkan syarat harus
beragama Islam, dan dalam kitabnya yang lain, yakni Adab alDunya wa al-Din ia merumuskan proposisi bahwa umur
persatuan sebuah bangsa sesungguhnya ditentukan oleh
keadilan dalam bangsa itu. Selama keadilan ada dalam
kehidupan bangsa itu, selama itu pula mereka akan tetap
bersatu. Begitu keadilan berganti dengan kezhaliman, maka
tunggulah saat perpecahan mereka.

Вам также может понравиться

  • Leaflet TOSS TBC - Temukan Obati Sampai Sembuh TBC
    Leaflet TOSS TBC - Temukan Obati Sampai Sembuh TBC
    Документ2 страницы
    Leaflet TOSS TBC - Temukan Obati Sampai Sembuh TBC
    Komsos - AG et al.
    80% (10)
  • Laporan Hasil Penyuluhan Berdasarkan Hasil Observasi
    Laporan Hasil Penyuluhan Berdasarkan Hasil Observasi
    Документ4 страницы
    Laporan Hasil Penyuluhan Berdasarkan Hasil Observasi
    Lydia Dwi Putri
    75% (4)
  • Regulasi SKP
    Regulasi SKP
    Документ2 страницы
    Regulasi SKP
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Etika Perawatan
    Etika Perawatan
    Документ19 страниц
    Etika Perawatan
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Malpraktek
    Malpraktek
    Документ14 страниц
    Malpraktek
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Acc PDF
    Bab Ii Acc PDF
    Документ372 страницы
    Bab Ii Acc PDF
    Armelia Septi ATc
    Оценок пока нет
  • ISU MEA
    ISU MEA
    Документ20 страниц
    ISU MEA
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • CC Petkon
    CC Petkon
    Документ3 страницы
    CC Petkon
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • CBT Universitas Pelita Harapan
    CBT Universitas Pelita Harapan
    Документ3 страницы
    CBT Universitas Pelita Harapan
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Universitas Indonesia: Fanuva Endang Tri Setyaningsih 0906510823
    Universitas Indonesia: Fanuva Endang Tri Setyaningsih 0906510823
    Документ77 страниц
    Universitas Indonesia: Fanuva Endang Tri Setyaningsih 0906510823
    tika_876267153
    Оценок пока нет
  • SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    Документ1 страница
    SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    Karso Rono
    Оценок пока нет
  • Mona Martin BAB II
    Mona Martin BAB II
    Документ23 страницы
    Mona Martin BAB II
    Feby Hidasari
    Оценок пока нет
  • Stomatitis
    Stomatitis
    Документ20 страниц
    Stomatitis
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    Документ1 страница
    SURAT TUGAS Home Visit Rsu Tangerang-1
    Karso Rono
    Оценок пока нет
  • Makalah DK 2
    Makalah DK 2
    Документ44 страницы
    Makalah DK 2
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Woc CA Mammae
    Woc CA Mammae
    Документ1 страница
    Woc CA Mammae
    soo la
    Оценок пока нет
  • Mona Martin BAB II
    Mona Martin BAB II
    Документ23 страницы
    Mona Martin BAB II
    Feby Hidasari
    Оценок пока нет
  • Jurnal Madu
    Jurnal Madu
    Документ4 страницы
    Jurnal Madu
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • LP - Kolostomi
    LP - Kolostomi
    Документ16 страниц
    LP - Kolostomi
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Implementasi Posyandu
    Implementasi Posyandu
    Документ1 страница
    Implementasi Posyandu
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • LP Speeach Delay 1
    LP Speeach Delay 1
    Документ21 страница
    LP Speeach Delay 1
    Anonymous vToZypsnki
    Оценок пока нет
  • MENGURANGI INSomnia LANsia
    MENGURANGI INSomnia LANsia
    Документ36 страниц
    MENGURANGI INSomnia LANsia
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Bab II Agustina Indrianti Keperawatan'13
    Bab II Agustina Indrianti Keperawatan'13
    Документ20 страниц
    Bab II Agustina Indrianti Keperawatan'13
    Nisma Wardah
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Kamar Operasi
    Konsep Dasar Kamar Operasi
    Документ24 страницы
    Konsep Dasar Kamar Operasi
    Mira Fitriani Suwarnoo II
    Оценок пока нет
  • Perawat Bedah
    Perawat Bedah
    Документ44 страницы
    Perawat Bedah
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Woc CA Mamae
    Woc CA Mamae
    Документ2 страницы
    Woc CA Mamae
    Febri Tri Harmoko
    Оценок пока нет
  • Ruang Operasi Rumah Sakit
    Ruang Operasi Rumah Sakit
    Документ15 страниц
    Ruang Operasi Rumah Sakit
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • Attachment
    Attachment
    Документ1 страница
    Attachment
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет
  • HLA-B27 dan Trigger TBC Punggung
    HLA-B27 dan Trigger TBC Punggung
    Документ2 страницы
    HLA-B27 dan Trigger TBC Punggung
    william
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    ani selfi yulianti
    Оценок пока нет