Вы находитесь на странице: 1из 36

MAKALAH ULUMUL HADIS (PERIWAYATAN

HADIST)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits adalah pedoman hidup umat Islam setelah AlQuran. Segala sesuatu yang tidak di sebutkan atau
dijelaskan dalam Al-Quran baik dari segi ketentuan
hukumnya, cara mengamalkannya,dan petunjuk
dalilnya, maka semua itu dijelaskan dalam hadits
Rasulullah SAW. Intinya, hadits adalah penjelas dari
Al-Qur;an. Al-Quran dan hadits adalah dua hal yang
tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu, dapat
dipahami betapa pentingnya hadits sebagai petunjuk
untuk kehidupan umat Islam.
Dapat diketahui pula bahwa sejarah pencatatan dan
penghimpunan hadist Nabi tidaklah sama dengan
sejarah pencatatan damn penghimpunan Alquran,pada zaman Nabi, tidaklah seluruh hadist Nabi
dicatat oleh para sahabat nabi,hal ini dikarenakan
karena Nabi sendiri pernah secara umum melarang
para sahabat menulis hadist beliau,hanya orang-orang
tertentu saja dari kalangan sahabat yang diizikan oleh
nabi melakukan pencatatan hadist.
Setelah itu tahap selanjutnya yaitu periwayatan
hadist, sejarah menyatakan bahwa pada zaman Abu

Bakar dan Khalifah Umar Bin Khattab periwayatan


hadist Nabi berjalan dengan sangat hatihati,dikarenakan pada saat itu bagi kalangan sahabat
yang ingin menyampaikan riwayat hadist diminta
untuk menghadirkan saksi dan bahkan sampai
melakukan
saksi,dengan
demikian
kegiatan
periwayatan hadist menjadi snagat terbatas pada
waktu itu, namun seiring berjalannya waktu di
tengah-tengah roda pemerintahan diresmikanlah
penghimpunan hadist secara resmi,dan karena setelah
kejadian ini bermunculanlah banyak periwayat
dikalangan sahabat nabi maupun para sahabat
khalifah sendiri.
Seiring berkembangnya zaman, banyak sekali pihakpihak yang ingin memalsukan hadits. Dengan cara
membuat hadits-hadits palsu, peristiwa awal mula
banyaknya terjadi pemalsuan hadist yaitu pada masa
kepemimpinan
Khalifah
Ali
Bin
Abi
Thalib.Menimbang betapa pentingnya hadits untuk
kehidupan umat islam dan banyaknya Hadits palsu
yang sudah beredar, maka sebagai umat Islam harus
mengetahui keaslian hadits. Untuk mendeteksi
keaslian hadits dengan cara mengetahui transformasi
hadits. Transformasi hadits yang dimaksud yakni
Periwayatan Hadits atau jalannya hadits dari perawi
sampai pada Rasulullah. Ini adalah cara untuk
mengetahui keaslian hadits dan kedudukan hadits.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Rumusan


masalahnya,antara lain,sebagai berikut:
Error:
*

Reference source
periwayatan hadist ?
Error:
*

not

foundApa

Pengertian

Reference source not foundApa - apa saja ketentuan ketentuan dalam periwayatan hadist secara makna ?
Error:
*

Reference source not foundBagaimakah proses atau


cara-cara serta macam periwayatan hadist tersebut ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Periwayatan Hadist
Hadist Nabi yang terhimpun dalam kitab-kitab hadist,
misalnya shahih al- Bukhori dan shahih Muslim,
terlebih dahulu telah melalui proses kegiatan yang di
namai dengan riwayat al-hadist atau al-riwayat, yang

dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan dengan


periwayatan hadist atau periwayatan. Sesuatu yang
diriwayatkan, secara umum juga biasa disebut dengan
riwayat.[1]
Menurut istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan alriwayat atau periwayatan hadis ialah kegiatan penerimaan dan
penyampaian hadist, serta penyandaran hadis itu kepada rangkaian para periwayatnya

Seseorang tidak berhak


meriwayatkan hadis tersebut apabila menghilangkan
kata-kata atau menambahkan atau kata-katanya
sendiri, sehingga tereproduksilah hadist-hadist yang
hanya sesuai dengan pemahamannya sendiri
mengenai hadis-hadis tersebut[2].
Orang yang telah menerima hadis dari seorang
periwayat , tetapi dia tidak menyampaikan hadis itu
kepada orang lain , maka dia tidak dapat disebut
sebagai orang yang telah melakukan periwayatan
hadis. Sekiranya orang tersebut menyampaikan
hadis yang telah diterimanya kepada orang lain,
Tetapi ketika menyampaikan hadis itu dia tidak
menyebutkan rangkaian periwayatnya, maka orang
tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai orang yang
telah melakukan periwayatan hadis.[3]
Dan adapula pendapat lain tentang pengertian
periwayatan hadist namun mempunyai makna yang
sama, yaitu adapun yang dimaksud Periwayatan
hadits adalah proses penerimaan (naql dan tahammul) hadits oleh seorang rawi
dengan

bentuk-bentuk

tertentu.

dari gurunya dan setelah dipahami, dihafalkan, dihayati, diamalkan (dhabth), ditulis ditadwin (tahrir), dan disampaikan kepada orang lain sebagai murid (ada) dengan

[4]
B. Ketentuan Periwayatan Hadis Secara Makna
Membicarakan matan hadist harus bertolak dari
sejarah. Pada zaman Nabi tidak seluruh hadis ditulis
oleh para sahabat nabi. Hadis nabi disampaikan oleh
sahabat kepada periwayat lain lebih banyak
berlangsung secara lisan. Hadis nabi yang
dimungkinkan diriwayatkan secara lafal oleh sahabat
sebagaipertama hanyalah hadis yang dalam bentuk
sabda. Sedang hadis yang tidak dalam bentuk sabda
hanya di mungkinkan dapat diriwayatkan secara
makna.[5]
menyebutkan sumber pemberitaan riwayat tersebut.

Periwayatan hadis yang dilakukan secara makna, adalah penyebab terjadiya perbedaan
kandungan atau redaksi matan dari suatu hadis.

Adapun Sahabat yang membolehkan


makna adalah:

periwayatan hadis secara

1. Abd Allah ibn Masut

Dalam meriwatkan hadis beliau menggunakan katakataBersabda Rasulullah SAW begini,atau seperti
itu,atau mendekati pengertian ini.
2. Ainsyah r.a.

Dalam periwayaan hadis dengan redaksi yang


berbeda,namun maknanya sama tidak mengapa yaitu
boleh dilakukan.
Dikalangan tabiin dan ulama yang membolehkan
periwayatan hadis secara makna adalah Al-Hasan albashri,Ibrahim al-Nakhai, dn Amir al-Syabi.
Beberapa Ketentuan Dalam Periwayatan Hadis
Secara Makna:

Pada masa Abu baker r.a. dan Umar r.a.periwayatan


hadis diawasi secara hati-hati dan tidak akan diterima
jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang lain.
Dan Kebanyakan ulama hadis membolehkan
periwayatan hadis secara makna meskipun dilakukan
oleh selain sahabat,ketentuan-ketentuan yang disepakati para ulama hadis
adalah:

A. Yang boleh meriwayatkan hadis secara makna


hanyalah mereka yang benar-benar memiliki
pengetahuan bahasa Arab yang mendalam.
B. Periwayatan dengan makna dilakukan bila sangat
terpaksa, misalnya karena lupa susunan secara
harfiah.
C. Yang diriwatkan dengan makna bukanlah sabda
nabi dalam bentuk bacaan yang sifatnya
taabbudi,seperti bacaan zikir,doa azantakbir dan
syahadat,dan juga bukan sabda nabi yang dalam
bentuk jawamial-kalim
D. periwayatan yang meriwayatkan hadis secara
makna,atau yang mengalami keraguan akan susunan
matan
hadis
yang
diriwayatkannnya,agar
menambakan kata-kata, atau yang semakna
dengannya,setelah menyatakan matan hadis yang
bersangkutan.
E. kebolehan periwayatan hadis secara makna hanya
terbatas pada masa sebelum dibukannya,maka
periwayatan hadis harus secara lafaz[6].
C.Cara Cara Periwayatan Hadis

macam kaifiyah tahammul wa al-ada atau


sistem dan cara penerimaan dan penyampaian hadis, yaitu sebagai berikut:
As-Sama Al-Mukatabah
Al-Qiraah Al-Ilam
Al-Ijazah Al-Wasiyyah
Al-Munawalah Al-Wijadah
D. Macam-Macam Periwayatan Hadits
Macam-Macam Periwayatan hadits adalah sebagai
berikut :
A.Riwayat Al-Aqran dan Mudabbaj
Apabila seorang rawi meriwayatkan sebuah hadits
dari kawan-kawannya yang sebaya umurnya atau
yang sama-sama belajar dari seorang guru, maka
periwayatannya disebut riwayat al-aqran.sedangkan
jika masing-masing rawi yang segenerasi tersebut
saling meriwayatkan hadits, periwayatannya disebut
riwayat mudabbaj. Riwayat al-aqran dan mudabbaj
biasa terjadi untuk setiap thabaqhah rawi, sahabat,
tabiin,dan lain-lain.
B.Riwayat Al-Akabir an Al-Ashaghir
Maksudnya adalah periwayatan hadis oleh seorang
yang lebih tua atau yang lebih banyak ilmunya
kepada orang yang lebih muda atau lebih sedikit
ilmunya. Seperti contoh, riwayat shahabat dari tabiin
(Ibn Abbas dari Kaab al-Akhbar), tabiin dari
tabiat tabiin (Az-Zuhri dari Malik), ayah dari anak
(Ibn Abbas dari Fadhal,dll.
Ada delapan

C.RiwayatAn At-Tabiin An Ash-Shahabat


Maksudnya periwayatan seorang sahabat yang
menerima hadist dari seorang tabiin yang telah
menerima hadis dari sahabat lain. Seperti contoh
,riwayat Sahal ibn Saad (sahabat) yang menerima
hadist dari Marwan ibn Hakam (tabiin) yang
menerima hadist dari Zaid ibn Tsabit (Sahabat).
D. Riwayat As-Sabiq Dan Riwayatal-Lahiq
Apabila dua orang rawi pernah bersama-sama
menerima hadits dari seorang guru, kemudian salah
seorang darinya meninggal dunia, namun sebelum
meninggal dunia ia pernah meriwayatkan hadits
tersebut. Maka riwayat rawi yang meninggal tersebut
disebut riwayat as-sabiq, sedangkan riwayat yang
disampaikan oleh rawi yang meninggal lebih akhir
tersebut disebut riwayat al-lahiq.
E. Riwayat Musalsal
Dalam bahasa arab kata musalsal artinya tali-temali.
Maksudnya terdapat satu sifat, keadaan atau
perkataan yang selalu sesuai, bias terjadi pada rawi
dan pada periwayatannya. Musalsal fi al-riwayah
dapat mengenai:
a) Shighat meriwayatkan hadits, yakni bila masingmasing rawi yang meriwayatkan hadits tersebut

selalu menyesuaikan dengan shighat samitu,


haddatsaniy, dan lain-lain, rawi yang kemudian pun
melakukan hal yang demikian.
b) Masa meriwayatkan, misalnya meriwayatkan suatu
hadits selalu pada masa tertentu.
c) Tempat meriwayatkan, yakni hadits selalu
diriwayatkan atau dibacakan di tempat-tempat
tertentu.
F.Riwayat Mutafiq Dan Muttariq
Apabila ada penyesuaian riwayat antara rawi yang
satu dengan yang lain mengenai nama asli, nama
samaran, keturunan dan sebagainya dalam ucapan
maupun tulisan, tetapi berlainan orangnya yang
dimaksud dengan nama tersebut disebut muttafiq, dan
sebagai lawannya disebut muftariq. Misalnya rawi
yang bernama Hammad ada dua, Hammad ibn Zaid
dan Hammad ibn Salamah.
G.Riwayat Mutalif Dan Mukhtalif
Apabila terjadi kesamaan nama rawi, kuniyah dan
laqab itu pada bentuk tulisan sedangkan pada lafazh
atau ucapannya tidak disebut mutalif dan sebagai
lawannya disebut mukhtalif. Misalnya, rawi Sallam
(dengan satu huruf yang dirangkap) tulisannya sama
dengan Salam (tidak ada huruf yang dirangkap).
E. Periwayatan Hadist Pada Zaman Nabi

Nabi dalam melaksanakan tugas sucinya yakni


sebagai Rasul berdakwah, menyampaikan dan
mengajarkan risalah islamiyah kepada umatnya. Nabi
sebagai sumber hadis menjadi figur sentral yang
mendapat perhatian para sahabat. Segala aktifitas
beliau seperti perkataan, perbuatan dan segala
keputusan beliau diingat dan disampaikan kepada
sahabat lain yang tidak menyaksikannya, karena tidak
seluruh sahabat dapat hadir di majelis Nabi dan tidak
seluruhnya selalu menemani beliau. Bagi mereka
yang hadir dan mendapatkan hadits dari beliau
berkewajiban menyampaikan apa yang dilihat dan
apa yang didengar dari Rasulullah SAW. Baik ayatayat Al-Quran maupun Hadits-Hadits dari
Rasulullah. Mereka sangat antusias dan patuh pada
perintah-perintah Nabi SAW.
Hadis yang diterima oleh para sahabat cepat tersebar
di masyarakat. Karena, para sahabat pada umumnya
sangat berminat untuk memperoleh hadis Nabi dan
kemudian menyampaikannya kepada orang lain[7].
Hal ini terbukti dengan beberapa pengakuan sahabat
Nabi sendiri, misalnya sebagai berikut:
1. umar bin al-Kaththab telah membagi tugas dengan
tetangganya untuk mencari berita yang berasal dari
Nabi. Kata Umar, bila, tetangganya hari ini menemui
Nabi, maka Umar pada esok harinya menemui Nabi.
Siapa yang bertugas menemui Nabi dan memperoleh
berita yang berasal atau berkenaan dengan Nabi,

maka dia segera menyampaikan berita itu kepada


yang tidak bertugas. Dengan demikian, para sahabat
Nabi yang kebetulan sibuk tidak sempat menemui
Nabi, mereka tetap juga dapat memperoleh hadis dari
sahabat yang sempat bertemu dengan Nabi.
2. Malik bin al-Huwayris menyatakan :

:

() .
Artinya : Saya (Malik bin al-Huwayris) dalam satu
rombongan kaum saya datang kepada Nabi saw.
Kami tinggal disisi beliau selama dua puluh malam.
Beliau adalah seorang penyayang dan akrab. Tatkala
beliau melihat kami telah merasa rindu kepada para
keluarga kami, beliau bersabda; Kalian pulanglah,
tinggallah bersama keluarga kalian, ajarlah mereka,
dan lakukan shalat bersama mereka.
3. Al-Bara bin Azib al-Awsiy telah menyatakan:

Artinya : Tidaklah kami semua (dapat langsung)


mendengar hadis Rasulullah saw. (Kerena diantara)
kami ada yang tidak memiliki waktu, atau sangat
sibuk. Akan tetapi ketika itu orang-orang tidak ada
yang berani melakukan kedustaan (terhadap hadis
Nabi). Orang-orang yang hadir (menyaksikan

terjadinya hadis Nabi) memberitakan (hadis itu)


kepada orang-orang yang tidak hadir.
Pernyataan al-Bara ini memberi petunjuk: (1) Hadis
yang diketahui oleh sahabat tidaklah seluruhnya
langsung diterima dari Nabi, melainkan ada juga
yang diterima melalui sahabat lain; (2) walaupun para
sahabat banyak yang sibuk, tetapi kesibukan itu tidak
menghalangi kelancaran penyebaran hadis Nabi.
Dalam menyampaikan hadits-haditsnya, Nabi
menempuh beberapa cara, yaitu :
Pertama, melalui majelis al-ilm, yaitu pusat atau
tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi untuk
membinah para jemaah, melalui majelis ini para
sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima
hadits, sehingga mereka berusaha untuk selalu
mengkonsentrasikan
diri
untuk
mengikuti
kegiatannya.
Kedua, dalam banyak kesempatan Rasulullah jg
menyampaikan haditsnya melalui para sahabat
tertentu, yang kemudian oleh para sahabat tersebut
disampaikannya kepada orang lain. Hal ini karena
terkadang ketika nabi menyampaikan suatu hadits,
para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja,
baik karena disengaja oleh Rasulullah sendiri atau
secara kebetulan para sahabat yang hadir hanya
beberapa orang saja, bahkan hanya satu orang saja.
Ketiga, untuk hal-hal sensitif, seperti yang berkaitan
dengan soal keuarga dan kebutuhan biologis,

terutama yang menyangkut hubungan suami istri,


Nabi menyampaikan melalui istri-istrinya.
Keempat, melalui ceramah atau pidato di tempat
terbuka, seperti ketika futuh Mekkah dan haji wada.
Ketika menunaikan ibadah Haji pada tahun 10 H (631
M), Nabi menyampaikan Khotbah yang sangat
bersejarah di depan ratusan ribu kaum muslimin yang
melakukan ibadah haji, yang isinya banyak terkait
dengan bidang muamalah, siyasah, jinayah, dan hak
asasi manusia.
Kelima, melalui perbuatan langsung yang disaksikan
oleh para sahabatnya, yaitu dengan jalan
musyahadah, seperti yang berkaitan dengan praktikpraktik ibadah dan muamalah. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada Nabi lalu Nabi menjelaskan
hukumnya dan berita itu tersebar dikalangan umat
islam.
F. Periwayatan Hadis pada Masa Sahabat
Setelah Nabi wafat (11 H = 632 M), sahabat tidak
dapat lagi mendengar sabda-sabda, menyaksikan
perbuatan-perbuatan dan hal ihwal Nabi secara
langsung. Kepada umatnya beliau juga meninggalkan
dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup,
yaitu Al-Quran dan Hadits (as-Sunnah) yang harus
dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.
kendali kepemimpinan ummat islam berada ditangan
sahabat Nabi. Sahabat Nabi yang pertama menerima
kepemimpinan itu adalah Abu Bakar al-Shiddiq

kemudian disusul oleh Umar bin al-Khaththab


Usman bin Affan dan Aliy bin Abiy Thalib
keempat khalifa ini dalam sejarah dikenal denga
sebutan al-Khulafa al-Rasyidin dan periodenya biasa
disebut dengan Zaman Sahabat Besar[8].
Dalam praktiknya, ada dua cara sahabat
meriwayatkan suatu hadits, yaitu :
1. Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang
mereka terima dari Nabi SAW. Yang mereka hafal
benar lafazh dari Nabi.
2. Dengan maknanya saja, yakni mereka
meriwayatkan maknanya karena tidak hafal lafazh
asli dari Nabi SAW.
G. Periwayatan Hadits Pada Masa Tabiin
Sebagaimana para sahabat, para tabiin juga cukup
berhati-hati dalam periwayatan hadits. Hanya saja,
beban mereka tidak terlalu berat jika dibandingkan
dengan yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini,
Al-Quran sudah dikumpulkan dalam satu mushaf,
sehingga tidak lagi mengkhawatirkan mereka. Selain
itu, pada masa akhir periode al-Khulafa al-Rasyidun
(masa khalifah Utsman bin Affan) para sahabat ahli
hadits telah menyebar kebeberapa wilayah kekuasaan
islam. Ini merupakan kemudahan bagi para tabiin
untuk mempelajari hadits-hadits dari mereka. Kondisi
ini juga berimplikasi pada tersebarnya hadits
keberbagai wilayah islam[9]. Oleh sebab itu, masa ini
dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan

hadits yaitu masa di mana hadits tidak lagi hanya


terpusat di Madinah tetapi sudah diriwayatkan
diberbagai daerah dengan para sahabat sebagai tokohtokohnya.
Hadits-hadits yang diterima oleh para tabiin ini ada
yang dalam bentuk catatan-catatan atau tulisantulisan dan ada pula yang harus dihafal, disamping
dalam bentuk-bentuk yang sudah terpolakan dalam
ibadah dan amaliah para sahabat yang mereka
saksikan dan mereka ikuti. Kedua bentuk ini saling
melengkapi, sehingga tidak ada satu hadits pun yang
tercecer atau terlupakan. Sungguhpun demikian, pada
masa pasca-sahabat ini muncul kekeliruan
periwayatan hadits ketika kecermatan dan sikap hatihati melemah.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
periwayatan hadis ialah kegiatan penerimaan dan
penyampaian hadist, serta penyandaran hadis itu
kepada rangkaian para periwayatnya dengan bentukbentuk tertentu.
Orang yang telah menerima hadis dari seorang
periwayat , tetapi dia tidak menyampaikan hadis itu
kepada orang lain , maka dia tidak dapat disebut
sebagai orang yang telah melakukan periwayatan
hadis. Sekiranya orang tersebut menyampaikan
hadis yang telah diterimanya kepada orang lain,

Tetapi ketika menyampaikan hadis itu dia tidak


menyebutkan rangkaian periwayatnya, maka orang
tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai orang yang
telah melakukan periwayatan hadis.
Periwayatan hadis yang dilakukan secara makna,
adalah penyebab terjadiya perbedaan kandungan atau
redaksi matan dari suatu hadis,yang boleh
meriwayatkan hadist adalah mereka yang memiliki
kemampuan
bhs.arab
yang
mendalam,dan
periwayatan secara makna boleh dilakukan apabila
dalam keadaan terpaksa dan apabila mengalami
keraguan akan susuna matan hadist,serta periwayatan
secara makna harus secara lafadz,
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis,
Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995.
Assaidi, Sadullah, Hadis-Hadis Sekte, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset,1996.
Juynboll, Kontroversi Hadis di Mesir, Bandung:
Mizan Anggota IKAPI, 1999
Rajab, Kaidah Kesahihan Matan Hadis, Yogyakarta:
Grha Guru, 2011.
Mbah Duan, Periwayatan Hadis ,(Online),
(http://www.Mbahduan. Blogspot. Com, diakses 15
maret 2013)
[1] Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Kaedah
Kesahihan Hadis ( Cet. 2; Jakarta: PT Bulan Bintang,

1995), h. 23.
[2] G. H. A . Juynboll, Kontroversi Hadis di Mesir
(Cet. 1; Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1999), h.
167.
[3] Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Loc.cit.
[4] Drs. Sadullah Assaidi, MA, Hadis-Hadis Sekte,
(Cet. I; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h. 37.
[5] Dr. Rajab, M. Ag, Kaidah Kesahihan Matan
Hadis(Cet. I; Yogyakarta : Grha Guru, 2011), h. 43.
[6] Ibid.
[7] Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Op.cit, h.36.
[8] Ibid.
[9] Ibid., h. 52.
Diposkan oleh heri anti di 06.34 Error: Reference
source not found
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke Facebook
0 Comments
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
My pICtUrE
Error:
Reference
source
not
found

"MenGeNaNg PahLawan TaNah Bugies"


Error: Reference source not found
AbOuT My SeLF
Error:
o
F

to S

a y

Reference source not foundheri anti

Lihat profil lengkapku


Error: Reference source not found
Entri Populer
MATERI CAUSATIVE VERB
BAB I ANTECEDENT A. Background Seperti
yang diketahui bahwa Causative verb itu
menunjukkan seseorang atau sesuatu secara tidak
...
MAKALAH ULUMUL HADIS (PERIWAYATAN
HADIST)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hadits adalah pedoman hidup umat Islam setelah
Al-Quran. Segala sesuatu yang tidak di sebutk...
MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Membahas masalah fisika dan perkembangannya
dalam persfektif islam dan ilamu alamiah
modern, pe...
IMAN KEPADA ALLAH, MALAIKAT, &
RASUL ALLAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang
keyakinan. Maka secara mutlak orienta...
IAD : Manusia & lingkungan Hidup
MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Membahas masalah tentang lingkungan manusia
dalam islam maka kita perlu mengetahui makna
dari tiap kata ...

DASAR LAPORAN KEUANGAN DALAM


BERWIRAUSAHA
DASAR LAPORAN KEUANGAN DALAM
BERWIRAUSAHA Salah satu langkah yang
paling penting ketika meluncurkan sebuah
perusahaan baru adalah mem...
Error: Reference source not found
E
r
r
Error:
o
Reference
r
source not
:
found
R
Google+
e
Followers
f
My ArSip
e
iN tHe BloG
r
Des 2013
e
(5)
n
Nov 2013
c
(13)
e
Jul 2013
s
(5)
o
Jun 2013
u
(13)
r
Mei 2013
c
(18)
e

Apr 2013
(7)
Error:
Reference
source not
found
LaNgGaNa
N
Error:
Reference
source not
found
Error:
Reference
source not
found Pos
Error:
Reference
source not
found
Error:
Reference
source not
found
Komentar

n
o
t
f
o
u
n
d

E
r
r
o
r
:
R
e
f
e
r
e
n
c
e

Error:
Reference
source not
found

s
o
u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d

d
i
v
i
n
e
m

u
s
i
c
.
i
n
f
o
E
r
r
o
r
:
R
e
f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r

c
e
n
o
t
f
o
u
n
d
E
r
r
o
r
:
R
e
f
e
r
e
n
c
e
s
o

u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d
m
e
n
u
r
u
t
a
n
d
a
,
b
a

g
a
i
m
a
n
a
p
e
n
g
a
r
u
h
i
n
t
e
r
n
e
t
b
a

g
i
p
e
l
a
j
a
r
s
a
a
t
i
n
i
?
E
r
r
o
r
:
R
e

f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d
"
T
r
a
n
s

l
a
t
e
"
P
i
l
i
h
B
a
h
a
s
a

E
r
r
o
r
:

R
e
f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d
E
r
r
o

r
:
R
e
f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d

E
r
r
o
r
:
R
e
f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r
c
e
n
o
t

f
o
u
n
d
C
a
r
i
B
l
o
g
I
n
i
E
r
r
o
r
:
R

e
f
e
r
e
n
c
e
s
o
u
r
c
e
n
o
t
f
o
u
n
d

Total Tayangan Laman


Error:
S

p a

rk lin

Reference source not found5,948


Error: Reference source not found
Template Ethereal. Gambar template oleh GelatoPlus.
Diberdayakan oleh Blogger.
Error: Reference source not found

Вам также может понравиться