Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. mekanisme tremor
2. mekanisme terjadinya gangguan pergerakan
3. mekanisme dasar gangguan keseimbangan
4. pemeriksaan yang diperlukan untuk pasien gangguan keseimbangan
5. pengelolaan pasien dengan gangguan keseimbangan
6. klasifikasi, faktor pemicu, dan tanda gejala dari kejang
7. pengelolaan pasien kejang
8. mengevaluasi hasil pemeriksaan pada pasien dengan gangguan kesadaran
9. pengelolan pasien koma
10. membedakan klasifikasi infeksi pada SSP
11. pengelolaan infeksi pada SSP
Jawaban
1. Empat mekanisme dasar terkait dengan produksi tremor. Kemungkinan
bahwa kombinasi dari mekanisme ini menghasilkan tremor pada penyakit
yang berbeda. Osilasi mekanikal dari anggota badan dapat terjadi pada
sendi tertentu, mekanisme ini berlaku dalam kasus-kasus tremor fisiologis.
Osilasi refleks ditimbulkan oleh jalur spindle otot aferen dan bertanggung
jawab dalam kejadian tremor kuat dengan sinkronisasi. Mekanisme ini
adalah kemungkinan penyebab tremor pada hipertiroidisme atau keadaan
toksik lainnya. Osilator sentral adalah kelompok sel dalam sistem saraf
pusat yang berada dalam talamus, ganglia basal, dan inferior olive. Sel-sel
ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan potensial aksi secara
berulang-ulang dan menghasilkan tremor. Tremor Parkinson mungkin
berasal di ganglia basal, dan tremor esensial mungkin berasal dalam
inferior olive dan talamus. Fungsi serebelum yang abnormal dapat
menghasilkan tremor.
Pada observasi umum pasien dengan tremor, baik tipe Parkinson, postural,
atau intens, Narabayashi telah mencatat pelepasan ledakan ritmis dari
aktivitas kumpulan sel pada nucleus intermedius ventralis di thalamus
(juga pada medial pallidum dan subthalamic nucleus) sinkron dengan
irama tremor. Neuron yang menyalurkan ledakan sinkron tersebut diatur
somatotopikal dan berespon pada impuls kinestetik dari otot dan sendi
yang terlibat pada tremor. Lesi stereotaxic pada tempat-tempat tersebut
menghilangkan tremor. Efektifitas lesi thalamus mungkin karena interupsi
dari proyeksi pallidothalamic dan dentatothalamic atau interupsi proyeksi
dari thalamus ventrolateral ke premotor korteks, karena impuls yang
bertanggung jawab untuk tremor cerebellum dimediasi oleh traktus
kortikospinal lateralis. . Hal ini diasumsikan melibatkan invervasi anggota
gerak melalui jalur retikulospinal. Kemungkinan alternatif adalah lesi pada
ventromedial tegmentum menginterupsi brachium conjunctivum atau
proyeksi tegmental-thalamic atau anggota gerak desenden dari pedunkulus
telunjuk yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung, dilakukan
dalam posisi duduk, pasien diminta menunjuk hidung dengan jari
dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.
Sumber : Soepardi, EA dkk; Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan
Nervus Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher, edisi keenam; Balai Penerbit FK-UI; Jakarta, 2008; hal
94-101
5. Secara umum prinsip penatalaksaan vertigo terdiri dari:
Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya. Walaupun
demikian jika penyebabnya ditemukan, maka terapi kausal merupakan
pilihan utama. Terapi kausal disesuaikan dengan penyebab yang
bersangkutan
Terapi medikamentosa
Penggunaan obat-obatan pada vertigo bersifat simptomatik.8 Prinsip
utama pengobatan pada vertigo mengacu kepada peran
neurotransmitter pada vestibular pathway. Ada beberapa
neurotransmitter utama yang berperan dalam proses ini. Glutamate
merupakan neurotransmitter eksitator primer pada sel-sel rambut,
sinap nervus vestibuler dan nucleus vestibuler. Reseptor muskarinik
asetilkolin merupakan selain memiliki peranan secara perifer, tapi juga
memiliki pengaruh untuk terjadinya vertigo pada tingkat pons,
medulla oblongata dan kompleks nucleus vestibuler.8,9 Gamma
aminobutyric acid(GABA) dan glisin merupakan neurotransmitter
inhibitor utama yang ditemukan pada jalur koneksi system okulomotor
dengan sistem vestibuler. Histamin secara umum ditemukan pada
stuktur vestibuler sentral. Norepinefrin berfungsi memodulasireaksi
stimulasi vestibuler secara sentral dan dopamine mempengaruhi
kompensasi vestibuler, sedangkan serotonin berkaitan dengan gejala
nausea.
Vestibular supresan dan antiemetic memainkan peranan penting dalam
terapi medikamentosa vertigo.
Antikolinergik bekerja mempengaruhi reseptor muskarinik dan
memiliki efek kompensasi. Peranan obat antikolinergik sentral
menjadi penting karena tidak semua obat dapat menembus sawar
darah otak. Pemberian obat antihistamin lebih efektif jika diberikan
lebih awal. Contoh obat ini adalah scopolamine dan atropin. Semua
obat antikolinergik memiliki efek samping mulut kering, dilatasi pupil
dan sedasi.
Antihistamin memiliki efek sentral dalam mengurangi severitas gejala
vertigo. Secara umum, antihistamin juga memiliki efek antikolinergik
dan blok kanal kalsium. Dalam hubungannya dengan vertigo, obat
antihistamin bekerja pada reseptor H2.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Pemicu Kejang
Meskipun penyebab epilepsi biasanya tidak diketahui, namun beberapa
faktor diketahui sebagai penyebab kejang pada penderita epilepsi.
Menghindari pemicu ini dapat membantu menghindari kejang dan hidup
lebih mudah dengan epilepsi:
tidak meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang ditetapkan
alkohol
kokain atau penggunaan narkoba lainnya, seperti ekstasi
kurang tidur
Satu dari setiap dua wanita penderita epilepsi, kejang cenderung terjadi
pada masa menstruasi. Mengubah atau menambahkan obat-obatan tertentu
sebelum periode menstruasi dapat membantu menghindari kejang.
Tanda dan Gejala
Menurut manifestasi klinisnya, kejang dibagi menjadi kejang parsial, yang
berasal dari salah satu bagian hemisfer serebri, dan kejang umum, dimana
kedua hemisfer otak terlibat secara bersamaan.
Tipe
Ciri khas
kejang
Kejang parsial
Parsial
Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik, otonom,
sederhana atau kejiwaan.
Kesadaran normal.
Parsial
Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik,
kompleks otonom,atau kejiwaan.
Adanya penurunan kesadaran.
Kejang umum
TonikKekakuan tonik yang diikuti oleh sentakan ekstremitas
klonik
yang sinkron.
Dapat disertai inkontinensia.
Diikuti dengan kebingungan pasca kejang.
Absans
Hilangnya kesadaran yang singkat (biasanya <10 detik)
dengan terhentinya aktivitas yang sedang berlangsung.
Dapat disertai gerakan otomatis, seperti mengedip.
Pola EEG menunjukkan gambaran paku-ombak
(spike-and-wave).
Mioklonik Adanya satu atau banyak sentakan otot.
Kesadaran normal.
Biasanya bilateral dan simetris.
Atonik
Hilangnya tonus otot yang singkat.
Tonik
Kontraksi otot yang berkepanjangan.
Klonik
Pergantian sentakan dan relaksasi ekstremitas secara
berulang-ulang.
Sumber: Miller, Laura C., 2009. Epilepsy. In: Savitz, Sean I. and Ronthal,
Michael (Ed.). Neurology Review for Psychiatrists. Philadelphia:
Lippincott
Williams
&
Wilkins,
106-125.
7. Protokol penanganannya adalah sebagai berikut:
Stadium I (0-10 menit)
referensi :
Aprilia M. 2015. Pemeriksaan Neurologis Pada Kesadaran Menurun.
42(10). Kalbemed.com
9. Secara umum, penatalaksanaan penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi
dua
a. Umum
Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit
ekstensi bila tidak ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan
tekanan intracranial yang meningkat.
Posisi Trendelenburg berguna untuk mengeluarkan cairan
trakeobronkhial, untuk memastikan jalan nafas lapang. Gigi palsu
dikeluarkan serta lakukan suction di daerah nasofaring jika diduga ada
cairan.
Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infuse
sesuai dengan kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
Pasang monitor jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
EKG.
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi lambung untuk mencegah
aspirasi, lakukan bilas lambung jika diduga terjadi intoksikasi. Berikan
thiamin 100 mg iv, berikan destrosan 100 mg/kgbb.
b. Khusus
Pada herniasi
pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2:25-30
mmHg
Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/kgbb atau 100 gr iv. Selama
10-20 menit kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6
jam.
Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason
10 mg iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operable seperti
epidural hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi
Tanpa herniasi
ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti jika pada CT scan tidak
ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan fungsi lumbal .
Jika LP positif ada infeksi, berikan antibiotic yang sesuai. Jika ada
pedarahan terapi sesuai dengan pengobatan subarachnoid hemorrhage.
Sumber : Harris A. Updates in Neuroemergencies: Penatalaksanaan
pada Kesadaran Menurun. Balai Penerbit FKUI: Jakarta; 2004. p. 6-7.
10. Klasifikasi Infeksi Pada Sistem Saraf Pusat
Infeksi viral : meningitis viral, ensefalitis viral, poliomielitis, mielitis,
rabies, dll.
Infeksi bakterial : meningitis bakterial, ensefalotis bakterial, abses
serebri, lepra, tetanus
Infeksi bakterial
Meningitis bakterial akut
Selalu bersifat purulen
Timbul sebagai komplikasi dari bakteremia
Port the entree : infeksi nosofaring
Tanda : petekie dan purpura, eksentema, artralgia, hemoragia pd
kulit disertai syok , kaku kuduk
Meningitis tuberkulosa
Merupakan komplikasi dri tuberkulosa
Gejala : hemiplagia , afasia, protein liquor , hidrosefalus,
demensia, perubahan watak
Bisa berdiferensiasi ke meningoensefalitis parainfeksiosa, torulosis
Abses serebri
Pada umumnya adalah soliter , kebanyakan abses terletak di
hemisferum serebri
Bakterinya adalah streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, E.coli
Gejala : gejala karena terjadi proses desakan pd ruang, disertai
demam , menggigil dan muntah
Abses epidural kranial
Komplikasi dri sinusitis, mastoiditis, osteomielitis akut atau kronik
Proses radang menerobos ke ruang subdural sehingga
menimbulkan abses subdural dan abses serebri
Abses subdural kranial
Terjadi pembentukan nanah di dalam ruang subdural kranial
Berkembang karena penjalaran dari sinusitis, mastoidis,
osteomielitis, abses epidural kranial
Permuakaan otak mengalami iritasi dan membangkitkan serangan
epilesi fokal
Efusi subdural
Transundat yg tertimbun di bawah dura mater
Merupakan komplikasi dari meningitis
Gejala : demam dan kaku kuduk yang sudah mereda namun
kesadaran dan keadaan umum belum membaik disertai
peningkatan TIK
Tromboflebitis kranial
Komplikasi dari osteomielitis tulang tengkorak , sinusitis, abses
subdural