Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
VULKANOLOGI
Disusun Oleh :
AHMAD GUZALI M SALEH
141.10.1095
Institut
Muhammad Yasin
Yuri Rouzi Mufti
Croseas Tabrani Putra
Rizki Jumadin Akhir
Fadri Wowa
Fitrio Pambudi
Frando Ryan Alansa
Juventus Karo Sekali Naibobe
111.10.1073
121.10.1013
121.10.1056
121.10.1056
121.10.1087
131.10.1109
131.10.1173
131.10.1169
(..)
(..)
(..)
(..)
(..)
(..)
(..)
(..)
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Geologi Dinamik
Fivry Wellda Maulana, S.T.,M.T
NIK.12.0182.684 E
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas praktikum Vulkanologi ini dengan
baik. Saya sebagai penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
Penyusun
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFATAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................................2
1.2.1 Maksud......................................................................................................2
1.2.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TEKTONISME DAN MAGMATISME.................................................3
II.1 Tektonisme........................................................................................................3
II.2 Magmatisme....................................................................................................10
BAB III AKTIFITAS DAN MEKANISME GUNUNGAPI.............................21
III.1 Beberapa Jenis Lempeng................................................................................22
III.2 Beberapa Bentuk Gunung Di Indonesia.........................................................23
III.3 Bahaya Gunungapi.........................................................................................25
BAB IV MATERIAL ERUPSI GUNUNGAPI..................................................28
IV.1 Batuan Intrusi.................................................................................................28
IV.2 Lava................................................................................................................36
IV.2.1 Lapangan 1 (Turgo Plawangan).........................................................
IV.3 Endapan Piroklastik.......................................................................................
IV.3.1 Lapangan 2 (Kali Gendol).................................................................
IV.4 Lahar..............................................................................................................
IV.4.1 Lapangan 4 (Candi Kedulan).............................................................
IV.5 Gunungapi Purba............................................................................................
IV.5.1 Lapangan 3 (Gunungapi Purba Nglanggeran)....................................
BAB V ANALISIS BATUAN GUNUNGAPI....................................................46
V.1 Analisis Petrografi...........................................................................................46
V.1.1 Petrografi Batuan Piroklastik................................................................47
V.1.2 Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik......................................50
V.2 Analisis Geokimia...........................................................................................52
V.2.1 Pengeplotan Data Geokimia..................................................................52
V.2.2 Analisis Kimia Isotop dan REE ...........................................................53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................54
VI.1 Kesimpulan....................................................................................................54
VI.2 Saran..............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR TABEL
1. Tabel : 1 Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert
(1954).........................................................................................................52
2. Tabel : 2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid,
1981)..........................................................................................................53
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Vulkanologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian
baik proses terbentuknya maupun hal-hal lain dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan batuan beku serta kandungan meneral-mineralnya.
Vulkanisme Gejala aktivitas magma sejak terbentuk di dalam bumi, keadaannya,
gerakan-gerakannya dan hasil kegiatannya baik dibawah permukaan ataupun
diatas permukaan bumi.
Gunung Api Merupakan suatu stadia aktivitas magma yang sedang
berlangsung. Tempat keluar dan munculnya batuan lelehan atau rempah lepas
volkanik yang berasal dari dalam bumi. Bentuk yang dibangun atau himpunan
rempah volkanik seperti kerucut, perisai, strato, dll.
Terjadinya Gunung Api, dimana lempeng samudera sama lempeng benua
terus bergerak dari waktu ke waktu, karena ada gaya dari dalam bumi yang terus
bergerak.Karena lempeng benua dan lempeng samudera berbeda bahannya
(lempeng benua dari sial/silicon dan Allumunium dan lempeng samudera dari
Sima/Silicon dan Magnesium), sehingga lempeng samudera jika bertabrakan
dengan lempeng benua cenderung berada di bawah dan lempeng benua berada di
atas. Dari tabrakan inilah terjadi sebuah gesekan dari dua lempeng tersebut dan
karena lempeng samudra masuk kedalam dan suhunya lebih tinggi maka terjadi
lelehan lempeng samudra dari aktifitas tersebut terjadi desakan-desakan dari
dalam perut bumi sehingga terbentuklah sebuah atau jajaran gunung api.
I.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Ada pun dari praktikum vulkanologi adalah untuk memenuhi kurikulum
dari matakuliah vulkanologi dan juga sebagai salah satu bukti bahwa praktikan
telah mengikuti praktium vulkanologi dan dapat mengikuti responsi praktikum
vulkanologi.
1.2.2 Tujuan
Sedangkan tujuanya agar praktikan mampu mengetahui jenis magma, lava,
gunungapi serta proses tektonika yang membentuk aktivitas tersebut, dan juga
dapat mengedintifikasi geokimia batuan gunung api, petrografi batuan gunung
api, dan juga mampu menganalisis data tersebut baik di lapangan dan di
laboratorium.
BAB II
TEKTONISME DAN MAGMATISME
II.1 Tektonisme
adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan dan
patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan adalah bentuk
muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang menyebabkan lapisan
permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan adalah permukaan bumi
hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang menyebabkan
lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis tektonisme, yaitu
Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses perubahan bentuk daratan
yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi dengan arah vertikal, baik
ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada dua Epirogenesa:
1. Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan
kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik.
2. Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan
kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.
Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan
meliputi wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses
pelengkungan (Warping), lipatan, (Folding), patahan (Faulting) dan retakan
(Jointing). Serta salah satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan
Mediterania.e
A. Tektonisme (Diastropisme)
Proses tektonisme bisa disamakan dengan dislokasi yang berarti disertai
dengan perubahan letak lapisan kulit Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini
bisa secara vertikal maupun horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah
yang luas. Berdasarkan kecepatan gerakan dan luas wilayah yang terkena
pengaruh, tektonisme dibedakan menjadi dua.
B. Gerak Epirogenesa
Gerak inilah yang membentuk benua. Gerakan ini berlangsung dengan
sangat pelan sehingga kadang tidak kita rasakan. Gerakan ini meliputi wilayah
luas dan tanda-tandanya dapat dilihat dari adanya perubahan garis pantai. Gerakan
ini dibedakan menjadi epirogenesa positif dan negatif. Epirogenesa positif
ditandai dengan adanya kenaikan permukaan air laut sehingga garis pantai pindah
ke daratan karena daratan mengalami penurunan. Sementara itu, epirogenesa
negatif ditandai dengan permukaan air laut yang menurun. Salah satu tandanya
adalah pantai yang berteras karena mengalami kenaikanatau pengangkatan
berulang kali.
C. Gerak Orogenesa
Gerakan ini merupakan gerakan pembentuk pegunungan lipatan maupun
patahan. Terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat dan daerah yang lebih
sempit.
1. Lipatan
Lipatan terjadi ketika dua lempeng kerak Bumi yang saling berhadapan
bertabrakan. Lapisan batuan pada kerak Bumi mendapat tekanan hebat yang
menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses pelipatan lapisan batuan ini
merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan. Contohnya pembentukan
pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan ini dapat mendorong
terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah (sinklinal). Dalam suatu wilayah
yang luas terkadang juga dapat dijumpai deretan antiklinal secara berulang-ulang
(antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal (sinklinorium).Tekanan dengan
tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan dapat membentuk lipatan yang
2. Patahan
Tekanan dalam Bumi menyebabkan patahan jika bekerja pada lapisan
batuan yang tidak elastis atau keras. Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian patah.
Di patahan ini ada bagian yang turun disebut graben (slenk). Contohnya graben
Semangko di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra. Kadang graben
sangat dalam yang disebut ngarai. Contohnya Ngarai Sianok di Sumatra Barat.
Jika graben itu terisi air dan menggenang akan menciptakan sebuah danau.
Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut horst yang menghasilkan
kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contohnya Plato Dieng di Jawa
Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami
subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian
intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)
menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh
mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan),
mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi
termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral
merupakan konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana
konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan
planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam
geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer
supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam
pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
II.2 Magmatisme
Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,
proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk
batuan. Proses magmatisme selalu berkaitan dengan kegiatan tektonik. Lokasilokasi pembentukan magma inilah yang menjadi model-model setting tektonik,
Magma terbentuk karena adanya perubahan tiga parameter utama, yaitu
temperatur, tekanan, dan komposisi kimia. Berdasarkan konteks tektonik global,
lokasi terbentuknya magma dapat dibedakan menjadi (Wilson, 1989) :
A. Zona Subduksi
Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana
kedua lempeng ini mengalami tumbukan, baik antara lempeng benua dengan
lempeng samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng samudra yang
menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng yang
lain. Akibatnya terjadilah proses magmatisme. Proses magmatisme yang terjadi
pada zona subduksi ini pun menghasilkan magma yang sumbernya dibagi atas 3
(tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke bawah.
tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh
mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya
pelelehan sebagian mantel.Zona subduksi atau penekukan terjadi ketika lempeng
samudra bertabrakan dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng
benua tersebut ke dalam astenosfer. Lempeng litosfer samudra mengalami
subduksi karena memiliki densitas yang lebih tinggi. Lempeng ini kemudian
mencair dan menjadi magma.
B. MOR (Mid Oceanic Ridge)
Punggung tengah samudra (Mid Oceanic Ridge) atau biasa disingkat MOR,
adalah rantai gugusan gunungapi di bawah laut dimana kerak bumi baru terbentuk
dari leleran magma dan aktivitas gunung berapi. MOR juga berasosiasi dengan
daerah divergensi lempeng tektonik yang membentuk celah di dasar laut (rift).
Kebalikan dari MOR adalah zona subduksi lempeng Subduction Zone.
Back arc basin merupakan suatu cekungan laut yang terkait dengan pulau
busur dan zona subduksi.Back arc basin ditemukan di beberapa batas lempeng
konvergen, saat ini terkonsentrasi di Pasifik Barat laut. Sebagian besar dari back
arc basin hasil dari pasukan tensional disebabkan oleh samudera parit rollback
(parit samudera yang mengembara ke arah dasar laut) dan runtuhnya tepi benua.
Busur kerak berada di bawah ekstensi / rifting sebagai akibat dari tenggelamnya
lempengan mensubduksi. Cekungan busur belakang-tidak diprediksi oleh teori
lempeng tektonik, tetapi mereka konsisten dengan model ini untuk bagaimana
Bumi kehilangan panas.
Back arc basin yang diduga membentuk sebagai hasil dari proses disebut parit
rollback (juga, rollback engsel). Istilah ini menggambarkan gerakan mundur dari
zona subduksi relatif terhadap gerakan lempeng yang sedang subduksi. Sebagai
zona subduksi dan parit terkait tarik mundur, lempeng utama ditarik, penipisan
kerak yang terwujud dalam cekungan busur belakang. Sedimentasi yang sangat
asimetris, dengan sebagian besar sedimen dipasok dari busur magmatik aktif yang
regresi sejalan dengan rollback parit.
Sebuah busur kepulauan, sering terdiri dari rantai gunung berapi, dengan
berbentuk busur keselarasan, terletak sejajar dan dekat dengan perbatasan antara
dua lempeng tektonik konvergen.
Sebagian besar busur pulau terbentuk sebagai salah satu samudera lempeng
tektonik subducts satu sama lain dan, dalam banyak kasus, menghasilkan magma
pada kedalaman di bawah piring over-naik. Namun, ini hanya berlaku bagi
mereka busur pulau yang merupakan bagian dari kelompok sabuk gunung yang
disebut busur vulkanik, sebuah istilah yang digunakan ketika semua elemen dari
sabuk gunung berbentuk busur terdiri dari gunung berapi. Sebagai contoh,
sebagian besar dari rantai gunung Andes Tengah/Amerika/Kanada mungkin
dikenal sebagai busur vulkanik, tetapi mereka tidak pulau (yang terletak di atas
dan di sepanjang wilayah benua) dan dengan demikian tidak diklasifikasikan
sebagai busur kepulauan. Di sisi lain, Aegea atau Hellenic busur di daerah
Mediterania, yang terdiri dari banyak pulau seperti Kreta, merupakan busur
kepulauan, tetapi tidak ada gunung api. Sejalan dengan itu adalah South Aegean
Volcanic Arc, yang merupakan pulau busur vulkanik dari sistem tektonik yang
sama.
E. Hotspot Zone
Tempat-tempat yang dikenal sebagai hotspot atau titik panas dalam geologi
merupakan daerah vulkanik dianggap makan oleh mantel yang mendasari anomali
panas dibandingkan dengan jubah tempat lain. Mereka mungkin bulat panas, dan
memberikan banyak magma cair. Mereka mungkin berada di, dekat, atau jauh dari
batas lempeng tektonik. Ada dua hipotesis untuk menjelaskan mereka. Satu
menunjukkan bahwa mereka adalah karena bulu mantel panas yang naik karena
diapirs termal dari batas inti-mantel. Hipotesis lain mendalilkan bahwa tidak suhu
tinggi yang menyebabkan vulkanisme, tapi ekstensi litosfer yang memungkinkan
pasif meningkatnya meleleh dari kedalaman dangkal. Hipotesis ini menganggap
istilah "hotspot" untuk menjadi sebuah ironi, menegaskan bahwa sumber mantel
bawah mereka, pada kenyataannya, tidak anomali panas sama sekali. Contoh
terkenal termasuk Hawaii dan Yellowstone.Contoh lain adalah kepulauan Hawaii,
di mana pulau menjadi semakin tua dan lebih mendalam terkikis ke arah barat
laut. Ahli geologi telah mencoba menggunakan rantai vulkanik hotspot untuk
melacak pergerakan lempeng tektonik bumi.
F. Continental Rifting
Continental Rifting adalah zona linear di mana kerak bumi dan litosfer sedang
ditarik terpisah dan merupakan contoh dari ekstensional tektonik. Fitur keretakan
khas depresi pusat linier downfaulted, disebut graben, atau lebih umum setengah
graben sesar normal dan uplifts keretakan-sayap terutama pada satu sisi. Dimana
perpecahan tetap berada di atas permukaan laut mereka membentuk sebuah
lembah celah yang dapat diisi oleh air membentuk danau keretakan. Sumbu
daerah keretakan mungkin berisi batuan vulkanik, dan gunung berapi aktif adalah
bagian dari banyak, tetapi tidak semua sistem keretakan aktif.Keretakan terjadi di
sepanjang poros tengah dari sebagian pegunungan di tengah laut, di mana kerak
samudera baru dan litosfer dibuat sepanjang batas divergen antara dua lempeng
tektonik.
Perpecahan/keretakan gagal dapat disebabkan oleh hasil dari benua rifting
yang gagal untuk melanjutkan ke titik break-up. Biasanya transisi dari rifting
menyebarkan berkembang di persimpangan tiga di mana tiga perpecahan
konvergen bertemu lebih dari hotspot. Dua dari ini berevolusi ke titik dasar laut
menyebar, sementara yang ketiga akhirnya gagal, menjadi aulacogen.
G. Continental Intraplate
Continental intraplate ini juga terjadi pada zona hotspot tepatnya pada
lempeng continental. Dari peregerakan lempeng tersebut menjadikan kerak benua
dibawah sehingga hanya terbentuk gunung. Dari lempeng continental yang terus
bergerak maka terbentuk deretan pegunungan. Magma yang dihasilkan bersifat
ultra basah yang berasal dari astenosfer dalam bumi.
BAB III
AKTIFITAS DAN MEKANISME GUNUNG API
Gunung berapi atau gunungapi secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus. Suatu gunung berapi merupakan bentukan
alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit bermassa planet, seperti
Bumi, dimana patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu vulkanik dan gas
bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Gunungapi terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus
menekan sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi
berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan
dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di
dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di
Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan
vulkanik.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari
teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan
gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua
factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta
lokasi dan kejadian gunung api.
III.1 Beberapa jenis lempeng
posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan
keduanya mengapung di atas astenosfir.
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk
busur gunungapi tengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah
kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan
lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk
busur gunungapi di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan
ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi
tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini
merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai. Penampang
diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di permukaan
melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan
yangmenghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur
gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera.
Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,
letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada
permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan
cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran
piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas darimagma atau lava atau dari udara
yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150-250
km/jam dan jangkauan alirandapat mencapai puluhan kilometer walaupun
bergerak di atas air/laut. Awan panas Gunung Merapi (Badan Geologi) Awan
panas mempunyai mobilitas dan suhu tinggi sangat berbahaya bagi penduduk
sekitar gunungapi.
3. Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup
tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian
jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi
manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan
kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap
rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta
mengancam bahaya bagi jalur penerbangan. Hujan abu dapat merusak tanaman,
merobohkan rumah, mengganggu pernafasan dan membahayakan jalur
penerbangan pesawat.
4. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah.
Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat
terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5. Gas vulkanik beracun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,
HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh
manusia.
BAB IV
Diskordan
Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini memotong
perlapisan batuan di sekitarnya. Macam-macam intrusi dengan tipe diskordan
adalah:
a. Batolit
Tubuh intrusi yang mempunyai ukuran sangat besar, yaitu >100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang sangat besar. Kata batolith berasal dari bahasa
Yunani bathos yang artinya dalam dan lithos yang artinya batu. Batolith hampir
selalu memiliki komposisi jenis batuan asam dan intermediet, seperti granit,
monzonit kuarsa, atau diorite. Meskipun tampak seragam, batolith sebenarnya
mempunyai struktur dengan sejarah yang komplek dan komposisi yang beragam.
Batolith dapat dibedakan dengan batuan beku yang ada di sekitarnya dengan
beberapa kriteria seperti umurnya, komposisi, tekstur maupun strukturnya.
Batolith dapat tersingkap ke permukaan bumi dari kedalaman yang sangat besar
dengan dua proses yaitu jika lapisan di atasnya terkena gaya eksogen berupa erosi
yang lama kelamaan akan menyingkapkan batolith tersebut, juga karena gaya
endogen yaitu berapa pengangkatan. Contoh batolith yang terkenal adalah batolith
yang tersingkap di Sierra Nevada (USA) yang berkomposisi batuan granit.
b. Stock
c. Dike
Konkordan
Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
batuan di sekitarnya.
a. Sill
Tubuh batuan intrusif yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan di sekitarnya. Sill akan menyisip di antara bidang lemah pada batuan,
sebagai contoh pada bidang perlapisan pada batuan sedimen atau foliasi pada
batuan metamorf. Ciri kenampakan Sill di lapangan adalah adanya efek terbakar
pada bagian atas dan bawah batuan yang diintrusi. Karena magma yang sangat
cair adalah salah satu yang paling dibutuhkan pada pembentukan sill, maka sill
sering ditemukan berkomposisi basaltik. Sill sering ditemukan mengandung
banyak mineral berharga seperti emas, platina, chrom, dan elemen jarang lainnya
b. Laccolith
c. Lopolith
Tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalannya berkisar antara ratusan sampai ribuan
kilometer.
IV.2 Lava
Lava adalah magma yang keluar dari tubuh gunung api dan bersifat panas.
Setiap gunung api memiliki karakteristik jenis lava yang berbeda. Berdasarkan
komposisi dan sifat fisik dari magma asalnya, sifat eksternal lava seperti cara
mengalir, struktur lava setelah membeku dan sebarannya, lava dapat
dikelompokan ke dalam 3 jenis yaitu:
1. Lava tipe basalt
2. Lava tipe andesit
3. Lava tipe rhyolite
Lava basalt merupakan lava yang banyak dikeluarkan dari magma yang
berkomposisi mafic, bersuhu tinggi dan memiliki viskositas (kekentalan) yang
rendah. Lava ini mudah mengalir mengikuti lembah dan menyebar hingga jarak
yang sangat jauh. Contoh gunung api yang mengeluarkan lava jenis ini adalah
Gunung Kilauea dan Maona Loa di Kepulauan Hawaii, dan Gunung api di
Islandia. Di Hawaii jenis lava ini sering disebut Pahoehoe (tali) oleh masyarakat
sekitar, karena bentuknya yang menyerupai sebuah tali. Lava basalt pada saat
akan membeku seringkali membentuk struktur tiang dan penampang segilima
(Columnar jointing).
Lava andesit merupakan lava yang memiliki komposisi antara basalt dan
rhyolite atau sering disebut juga intermediate. Lava andesit memiliki ciri kental
dan tidak mampu mengalir jauh dari pusat erupsi. Pada saat membeku lava jenis
ini dapat membentuk struktur seperti tiang, bantal tapi jarang membentuk struktur
Pahoehoe.
Lava rhyolite merupakan lava yang bersifat sangat kental dan jarang sekali
dijumpai mencapai permukaan bumi karena sudah membeku dibawah permukaan
bumi sebelum terjadi erupsi.
BAB V
ANALISIS BATUAN GUNUNGAPI
V.1 Analisis Petrografi
Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari
batuan. Seseorang yang mempelajari petrografi disebut petrografer. Kandungan
mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara rinci. Klasifikasi
batuan didasarkan pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi.
Deskripsi petrografi dimulai dengan catatan lapangan di singkapan dan mencakup
deskripsi makroskopik spesimen tangan. Namun, alat yang paling penting bagi
petrografer adalah mikroskop petrografi. Analisis rinci dari mineral dengan
mineralogi optik dari sayatan tipis dan mikro-tekstur dan struktur sangat penting
untuk memahami asal-usul batuan.
Analisis mikroskrop elektron dari butir individu serta analisis kimia batuan
keseluruhan oleh resapan atom atau fluoresensi sinar x digunakan di laboratorium
petrografi modern. Butiran mineral individu dari sampel batuan juga dapat
dianalisis dengan difraksi sinar-X ketika sarana optik tidak mencukupi. Analisis
inklusi fluida mikroskopis dalam butiran mineral dengan tahap pemanasan pada
mikroskop petrografi memberikan petunjuk mengenai kondisi suhu dan tekanan
selama pembentukan mineral.
disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastik , dari mulai yang
paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom. Meskipun
dasar penamaan adalah ukuran butir , tetapi tetap saja tidak ada keseragaman
dalam ukuran besar butirnya. Salah satu contoh klasifikasi penamaan batuan
piroklastik adalah menurut Tunner & Gilbert, 1954.
Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954).
William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membagi
piroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar dari
32mm, lapili (4-32mm) dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan lepas yang
padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan membentuk endapan breksi
gunung api.
Tabel : 1 Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert
(1954)
Sumber : https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuanbeku-fragmental-piroklastik/
Size
> 23
4 - 32
UNCONSOLIDATED
CONSILDATED
Bomb
Angglomerat
Block
Volcanic Breciass
Tuff Breceiass
Lapili
Lapili
Cinder (vecikuler)
-4
Coarse Ash
Coarse Tuft
<
Tuft
Piroklas
Tefra(tidak
Batuanpiroklastik
terkonsolidasi)
(terkonsolidasi)
Lapisan bom/blok
>64 mm
Bom, blok
Lapili
Abu/debu
1/16 - 2 mm
Abu kasar
Tuf kasar
Abu/debu halus
tuf halus
kasar
Abu/debu
<1/16 mm
halus
plot ini, yang berguna untuk klasifikasi batuan vulkanik, juga berguna
untuk membedakan antara dua jenis magma induk (atau seri batuan magmatik
atau tren), bersifat alkali dan tholeiitic. magma bersifat alkali diproduksi oleh
pencairan sebagian pada kedalaman yang cukup besar dan berdiferensiasi menjadi
kelompok tertentu dari batu, dengan yang paling dibedakan jarang, jika pernah,
menjadi SiO2 jenuh. magma Tholeiitic terbentuk pada kedalaman dangkal dan
dapat membedakan dengan rhyolites SiO2 jenuh.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Vulkanologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian
baik proses terbentuknya maupun hal-hal lain dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan batuan beku serta kandungan meneral-mineralnya.
Vulkanisme Gejala aktivitas magma sejak terbentuk di dalam bumi, keadaannya,
gerakan-gerakannya dan hasil kegiatannya baik dibawah permukaan ataupun
diatas permukaan bumi.
Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan,
lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan
adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang
menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat.
Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,
proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk
batuan. Dan membentuk 7 (tujuh) busur magmatik, Zona Subduksi, MOR (Mid
Oceanic Ridge), Back arc basin, Island Arc (Busur Kepulauan), Hotspot Zone,
Continental Rifting, dan Continental Intraplate
Gunung berapi atau gunungapi secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
VI.2 Saran
Saya berharap agar ditambahkan alat-alat praktikum dan mohon dilengkapi
lagi serta guna menambah lebih banyak referensi penunjang dalam pembelajaran
karena masih banyak yang kurang, baik dari ilmu vulkanologi, serta tektonikanya.
Dan juga mohon para asdos dapat bekerjasama lebih baik lagi dan lebih kompak.
DAFTAR PUSTAKA
http://mentarigeologi.blogspot.co.id/2016/01/petrografi-batuan-piroklastik.html
( Diakses Jam 20.52 wib, tanggal 05 desember 2016 )
https://learning.uonbi.ac.ke/courses/SGL301/scormPackages/path_2/61_elements
_on_the_earths_crust.html
( Diakses Jam 21.00 wib, tanggal 05 desember 2016 )