Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 2
Ahmad Sanusi
Aris Nurahman
Amalia Zahrina
Diah Ambarsari
Hafid Ambari
Hari Widyatmini
Joni Riswanto
Kurniati
Monica Maharani
Syafrudin
Uswatun Hasani
PROGRAM TRANSFER 3A
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016-1017
subur.
Kondisi
ini
menyebabkan
hormon
tidak
seimbang
karena
hal-
71-290 ng/ml.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia,
kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis,
kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang
linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan
memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus
anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang
memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior dilepaskan 2
macam hormon peptida. Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang berkembang di
kelenjar hipofisis di otak, hampir selalu noncancerous (jinak).
Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak
(nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya
jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan sering didiagnosis melalui scan MRI
yang dilakukan untuk alasan lain.
B. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini
antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui landasan teoritis tumor hipofisis
2. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor hipofisis
3. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor
hipofisis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak dan memproduksi hormon yang
mengatur pertumbuhan dan mengontrol hampir semua aktivitas hormon lain dalam
tubuh. Karena hipofisis terdiri dari jaringan kelenjar, maka tumor apapun yang
berasal dari kelenjar ini disebut adenoma. Meskipun adenoma hipofisis merupakan
tumor jinak namun karena hipofisi mempunyai peranan penting dalam regulasi
hormon dan letaknya yang dekat dengan saraf optik di dasar tulang tengkorak, tumor
hipofisis dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, perubahan keseimbangan
hormon dan gangguan penglihatan. Dalam kasus di mana ukuran dari tumor hipofisis
begitu besar atau menimbulkan kontak/penekanan pada saraf optik, maka tindakan
pembedahan dapat menjadi langkah pertama untuk mengecilkan ukuran tumor,
sebelum mengobati sisa dari tumor ( Brunner & Suddart, 2014 ).
B. Defenisi
Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang relatif sering di jumpai,
serta merupakan 10-15% dari seluruh neoplasma intrakranial . Tumor jenis ini sering
kali sulit di obati dan tidak jarang terjadi kekambuhan, meskipun telah dilakukan
tindakan bedah
C. Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel
yang tidak terkendali.
1. Cacat genetic
2. Sindroma neoplasia
3. Endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.
Namun, cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis.
Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs
lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker
yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang
menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan
kanker pencernaan( Brunner & Suddart, 2014 ).
D. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi yang digunakan untuk tumor hipofisis, yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan gambaran patologi (mulai jarang digunakan)
a. Chromophobe, asalnya dianggap sebagai non fungsional, walaupun pada
kenyataannya memproduksi prolactin, GH atau TSH. Perbandingan
insiden antara chromophobe dengan acidophil 4-20:1.
b. Acidophil (eosinophilic), memproduksi prolactin, TSH dan GH yang
menyebabkan acromegaly dan gigantisme.
b. Grade I & II
tumor, undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor
ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak
memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya
tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek
masanya. Tumor biasanya solid walaupun bias ditemukan tumor dengan
campuran solid dan kistik.
Gejala klinis:
1) nyeri kepala
2) karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma
optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal
inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang
pandang bagian temporal superior (Wilbrands knee), maka yang pertama kali
terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya
kedua papil akan menjai atrophi.
3) Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII,
IV, VI, V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan
menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari akarotis (oklusi
komplit jarang)
4) Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi
hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun
berupa:
Pemeriksaan:
1) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik
maka pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal
diameter AP dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masingmasing, sedang pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.
2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid
CT scan lebih baik.
3) Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan
fungsi dari kelenjar hipofisis.
Terapi:
1) Operasi
- Operasi secara mikroskopik transsphenoidal, dengan indikasi adanya visual
-
Pada pasien dengan visual loss yang akut atau adenoma yang berhubungan
hipofisis
bagian
anterior
berada
dibawah
kontrol
stimulasi
endokrin
dan
dengan
immunohisto
chemical
staining.
strukturyang berdekatan
Ditemukan karena adanya
efek
kompresi
dari
tumor,
seperti
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara
25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga
pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma
hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi), akibat obatobatan miss phenothiazines danpada hipotiroidisme primer.
b. Etiologi
Penyebab non patologik:
Kehamilan
Stress
Menyusui
Penyebab primer dari hipofisis:
Proclatinomas
Depresi tangkai hipofisis oleh nonpralcatin secreting adenoma
Trauma tangkai hipofisis
Empty sella syndrome
Tekanan sistematik
Gagal ginjal
Penyakit hati
Operasi dinding dada atau trauma
Penyebab pharmakologik
Gol phenothiazine
MAO inhibitor
MAO depleters
Oral kontrasepsi
c. Obat-obatan
Bromocrptine (parlodel) suatu dopamin agonist, merupakan terapi pilihan
untuk prolactin secreting adenoma, menggantikan terapi operasi. Obat ini
secara langsung akan merangsang dopamin reseptor pada lactotrops
(prolactin screeting cells). Respon terhadap terapi bromocrpitin sangat
jelas, kadar prolactin akan menurun dalam beberapa hari, disertai dengan
membaiknya lapang pandang, fungsi endokrin akan kembali normal,
siklus mens kembali teratur dan fungsi libido pada laki-laki membaik.
Selain kehamilan dan perburukan yang cepat dari fungsi penglihatan, tidak
ada kontra indikasi lain dari pemakaian obat ini.
Bromocriptine bukan merupakan tumoricidal sehingga kemungkinan
tumor tumbuh kembali bisa terjadi setelah terapi dihentikan, sehingga
setelah terapi berlangsung beberapa tahun perlu dievaluasi apakah terapi
perlu dilanjutkan.Efek samping, mual dan muntah, efek teratogenik pada
wanita hamil. Wanita yang mempunyai ukuran tumor > 12 masing-masing
sebaiknya menjalani operasi reseksi sebelun dia hamil, untuk mencegah
rangsangan pembesaran tumor oleh karena kehamilannya.
d. Operasi
Indikasi: pasien yang intoleran atau respon yang minimal terhadap
bromocriptine, pasien dengan perburukan yang cepat dari fungsi
penglihatan dan pasien sesudah 2 bulan terapi medis tidak ada kemajuan.
Terapi awal dengan bromocriptine untuk mengecilkan tumor lalu
dioperasi, tidak memberikan hasil yang baik, karena sesudah pemakaian
yang lama
yang
pada lobus anterior hipofisis sebagai respon terhadap GRF hypothalamus dan
di inhibisi oleh somatostatin. Adanya GH dalam sirkulasi akan merangsang
dilepaskannya somatomedia C yang diproduksii di hati, berperan sebagai
umpan balik negative terhadap produksi GH.
Hal lain yang menyebabkan hipersekresi dari GH selain adenoma hipofisis
yaituadanya ektopik adenoma yang berasal dari sisa embryonik divertikulum
hipofisis, tumor payudara, tumor paru dan tumor ovarium. Acromegali jarang
disebabkan karena produksi GRF yang berlebihan karena tumor hypothalamus
atau dari sumber perifer tumor carcinoid dari abdomen. Insiden acremegali
pada laki-laki dan wanita terjadi secara seimbang, biasanya timbul pada
dekade ke 5 kehidupan.
a. Gejala
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih
karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan
somatiknya. Gejala dini berupa ukuran sepatu dan baju membesar, lalu timbul
visceromegali, sindroma jeratan saraf, hiperhidrosis, macroglossia, muka yang
kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutis yang
lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir,
telinga dan lidah.
Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengan keganasan pada
kolon, sekitar 40% pasien dengan akromegali disertai polip kolon dimana
lebih dari 50% adalah adenomatous. Dari berbagai penelitian menunjukkan
bahwa insiden Ca kolon lebih tinggi pada penderita akromegali dari pada
populasi umumnya. Oleh karena itu pada penderita akromegali yang berusia >
50 tahun, pada pasien yang menderita acromegali > 10 tahun, penderita
akromegali dengan lebih dari 3 skin tags sebaiknya menjalani skrining untuk
penyakit kolon.
b. Terapi
reproduksi. Insidensi tumor ini sangat jarang sekitar 1% dari seluruh tumor
hipofisis.
a. Gejala
Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan hypertiroidism
glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik
sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru
ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya
seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves
disease, graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat
resistensi yang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh
umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul
hipersekresi TSH. Kelainan ini sering bersamaandengan bisu tuli, stipled
epiphyse dan goiter, ini yang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya
adenoma.
Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita, gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema
dankadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
b. Laboraturium
Hormon TSH, LH dan FSH masning-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoid unit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,
sedang beta subarakhnoid unitnya berebda. Dengan teknik immunohistokimia
yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha
dan beta subarakhnoid unit. Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha
subarakhnoid unit, walaupun pada adenoma non fungsional 22% kadar alpha
subarakhnoid unitnya juga meningkat.
MRI dengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara
adenoma yang satu dengan yang lainnya
c. Terapi
labil,
timbul
aterosklerosis,
hipertensi,
DM,
osteoporosis,
Penunjang :
Terapi:
1) Operasi
Operasi mikro transphenoidal explorasi dari kelenjar hipofisis dengan
selektif adenomectomy atau partial atau hemihyposectomy.pada tumor
yang sangat besar atau invasive maka sesudah operasi dilanjutkan
dengan
terapi
radiasi,
terapi
obat-obatan
dan
kadang-kadang
Cyproheptadin
Merupakan obat anti serotonin (maupun anti histamin dan anti
cholinergic), diduga menurut Kriger et al bisa digunakan untuk
mengatur pelepasan ACTH, tetapi dari erbagai laporan obat ini
mengecewakan.
Bromocriptine
Obat ini digunakan terutama untuk menurunkan produksi prolastin,
dilaporkan penggunaan obat ini dengan atau tanpa cyproheptadin
akan menormalkan produksi cortisol pada penderita Caushings
syndrome, terutama pada pasien dengan intermediate lobe
Caushings disesase dimana sering bersama dengan meningginya
kadar prolastin. Efek samping yang terjadi yaitu kelemahan, mual,
aneroksia dan pening kepala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SELLA TURSIKA
KASUS
Ny. RA 41 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sering terjatuh dari
anak tangga di rumah dan di kantornya. Dari hasil pengkajian Ny. RA mengatakan
sering sakit kepala dan pusing (vertigo) tetapi tidak sampai mengganggu aktifitasnya.
Ny RA mengatakan pandangannya tidak utuh, tidak mampu melihat kearah samping
: Ny. RA
: 41 tahun
: Perempuan
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering terjatuh dari anak tangga di rumah dan di
kantornya, pandangannya tidak utuh tidak dapat melihat ke arah samping
degan baik, sering sakit kepala dan pusing (vertigo) tetapi tidak menggangu
aktifitasnya
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sering terjatuh dari anak tangga di rumah dan di
kantornya, pandangannya tidak utuh tidak dapat melihat ke arah samping
degan baik, sering sakit kepala dan pusing (vertigo) tetapi tidak menggangu
aktifitasnya, payudaranya terasa membesar agak keras seperti mau
menstruasi. Hasil pemerikasaan fisik tanda vital ditemukan TD : 110/70
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS :
Penurunan fungsi Resiko Injury
Klien mengatakan sering penglihatan
terjatuh dari anak tangga
pusing (vertigo)
DO :
Hemianopsia bitemporal
Pandangan
kesamping
hanya mampu melihat
10 cm.
2.
DS :
Gangguan
Gangguan
dari
akibat
penekanan
tumor
DO :
pada
nervus optikus
Hemianopsia
bitemporal
Pandangan kesamping
hanya mampu melihat
10 cm
Hasil Foto
terdapat
3.
Rontgen
pembesaran
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
2. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan transmisi implus
sebagai akibat dari penekanan tumor pada nervus optikus
3. Cemas berhubungan dengan rencana operasi atau prosedur operasi
D. Intervensi Keperawatan
NO
1.
DIGNOSA
NOC
KEPERAWATAN
Resiko injury berhubungan Tujuan
NIC
Setelah
1. Anjurkan
asuhan
keluarga
penglihatan
selama
untuk
keperawatan
klien
membantu klien
dalam
kriteria hasil :
Klien
terbebas
beraktifitas
dari cedera
Klien tidak sering
terjatuh dari anak
tangga
sehari-hari
2. Orientasikan
pada
klien
tentang kondisi
lingkungan
3. Memasang side
rail pada tempat
tidur klien
4. Anjurkan
kepada keluarga
untuk
memberikan
keamanan untuk
klien seperti :
lantai
tidak
licin,
bereskan
barang-barang
yang
berserakan,
berikan
pencahayaan
2.
Gangguan
persepsi Tujuan
sensorik
berhubungan dilakukan
akibat
tumor
nervus optikus
Setelah
yang cukup
1. Tentukan
asuhan
ketajaman
selama
penglihatan,
catat
apakah
satuatau kedua
mata terlibat
2. Orientasikan
melihat ke arah
klien
samping
lingkungan
dengan
baik
Pandangan
sekitar
3. Observasi tanda
dan
kesamping
menurun 10 cm
Ketajaman
mneingkat dalam
pembedahan
situasi
dapat
mengetahui
keadaan
dengan
lingkungan
berhubungan Tujuan
:
Setelah
rencana
operasi dilakukan
keperawatan
asuhan
selama
1x24 jam
Diharapkan kecemasan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Klien
mampu
menjalani operasi
Tidak
merasa
cemas
operasi
disorientasi
4. Kolaborasi
untuk
individu
Cemas
gejala
penglihatan dapat
batas
3.
terhadap
dengan
dan
prosedur operasi
Tidak
takut
dengan
tindakan
operasi
Klien
mengerti
dengan
manfaat
operasi
dan
resikonya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Nurarif, A. M & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.