Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OVEN PENGERING) AA
Posted on Januari 19, 2011 by wulaniriky
Standar
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup,
sehingga sangat essensial. (http://id.wikipedia.org/wiki/Air).
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu
bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian
yang cukup penting untuk diketahui kadar airnya adalah beras. Mutu beras terutama
ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelek.
Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin
(racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air juga perlu diketahui untuk
biji-bijian yang lain.
Di samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam
berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi
umum maupun probadi, teknologi pangan dan sebagai air minum. Air yang digunakan untuk
keperluan khusus mungkin harus mengalami perlakuan terlebih dahulu misalnya sterilisasi,
pengurangan kesadahan, penurunan BOD dan sebagainya.
Praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar air dalam suatu bahan makanan seperti
kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, dan susu. Metode yang digunakan adalah oven
pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangakan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan
energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar
mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan
akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama waktu tertentu.
Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air.(Astuti. 2010: 9)
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prinsip penetapan kadar air dengan metode oven pengering ?
2. Berapakah kadar air yang terdapat di dalam kacang hijau, kacang tanah, kacang
merah, dan susu ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip penetapan kadar air dengan metode oven pengering.
2. Untuk mengetahui kadar air yang terdapat di dalam kacang hijau, kacang tanah,
kacang merah, dan susu.
D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang prinsip penetapan kadar air dengan metode oven
pengering.
2. Memberikan gambaran umum tentang kadar air yang terdapat di dalam kacang hijau,
kacang tanah, kacang merah, dan susu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Air dan Sifat Sifat Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH). Sementara itu pada anoda,
dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan
elektron ke katoda. Ion H+ dan OH mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali
beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan
sebagai berikut.
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan
larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat hidrofilik
(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan
minyak), disebut sebagai zat-zat hidrofobik (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik
(gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu
menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut
dan akan mengendap dalam air.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah
muatan parsial negatif (-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak
digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (+) dekat atom oksigen. Dalam air
hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen
yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih kekuatan tarik pada elektron-elektron
yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya
(juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di
sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom
hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi
antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam
sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan
berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau
bepermukaan amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik
molekular antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan
protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat
terhadap air. (http://id.wikipedia.org/wiki/Air).
B. Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk:
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang
terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi
di antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air
yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat
dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid tersebut
merupakan ikatan hidrogen.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun
pada suhu 0o F.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu
sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air
yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam
bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain :
1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu
ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan
molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat,
protein atau garam.
2. Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul
air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni,
dengan sifat-sifat air biasa. (F.G. Winarno, 1999 : 3 14)
C. Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.
Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan
dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air
seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu
pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban
relatif.
Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw
= ERH/100
Aw
= aktivitas air
ERH
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada
hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva ini
sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang
berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang
sama belum tentu memberikan Aw yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air
yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini
dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga
air bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
D. Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara:
1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif
mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
1. Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi dan sebagainya.
3. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
4. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demgan pembawa
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat
digunakan antara lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel
yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudain dipanaskan sampai mendidih.
Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena
berat jenis air lebih besar daripadazat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah
pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya air
dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara lain tabung StrakDean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya (Gambar 2).
1. Metode Khemis
1. Cara Titrasi Karl Ficher
2. Cara Kalsium Karbid
3. Cara Asetil Klorida
4. Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
1. Berdasarkan tetapan dielektrikum
2. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi
3. Berdasarkan resonansi nuklir magnetic
4. Metode khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear Magnetic-Resonance (Slamet
Sudarmaji, 1989: 57-70).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat
Bahan :
1. Kacang hijau
2. Kacang tanah
2. Desikator
3. Kacang merah
3. Tang penjepit
4. Susu
4. Oven pengering
5. Timbangan analitik
B. Cara Kerja
1. Cawan porselin yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105o C
selama 1 jam dengan tutup dilepas.
2. Kemudian cawan porselin diambil dengan menggunakan tang penjepit dan didinginkan di
dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam.
3. Setelah dingin, cawan porselin ditimbang dalam keadaan tertutup (ms).
4. Ditimbang sampel 2 gram dengan menggunakan cawan porselin (m s1) dan dikeringkan
di dalam oven pengering pada suhu 105o C selama 8 jam atau sampai beratnya tetap denga
tutup dilepas.
5. Dengan menggunakan tang penjepit cawan porselin ditutup, kemudian didinginkan di
dalam desikator selama 30 menit dengan tutup dilepas. Setelah dingin cawan porselin ditutup
kembali dan ditimbang (ms2).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel
Susu
Kacang
hijau
Berat
cawan +
tutup ms
(gr)
102,762
98,838
Berat cawan
+ tutup +
sampel
sebelum
dikeringkan
ms1 (gr)
104,087
100,956
Berat cawan
+ tutup +
sampel
sesudah
dikeringkan
ms2 (gr)
104,108
100,868
Berat
sampel
ms1 ms
(gr)
2,025
2,118
-1,037%
4,155%
Kacang
tanah
Kacang
merah
107,882
109,880
109,773
1,998
5,355%
110,086
112,084
111,923
1,998
8,058%
B. Pembahasan
Air merupakan kebutuhan yang utama bagi semua kehidupan. Air diperlukan baik oleh
manusia, hewan maupun tumbuhan untuk proses biokimiawinya sehingga sangat essensial.
Praktikum kali ini adalah penentuan kadar air dengan bahan yang digunakan yaitu antara lain
susu, kacang hijau, kacang tanah dan kacang merah.
Praktikum ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel. Sampel yang
digunakan dalam praktikum ini adalah susu, kacang hijau, kacang tanah dan kacang merah.
Penetapan kadar air dalam sampel sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
oven pengering, yang mana pengeringan tersebut dengan cara memasukkan sampel ke dalam
oven pengering pada suhu 105 C selama 8 jam atau sampai beratnya konstan atau tetap.
Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan (kadar
air).
Dari data berat yang kita peroleh antara lain m s (berat cawan dan tutup), ms1 (berat cawan +
tutup + sampel sebelum dikeringkan), ms2 (berat cawan + tutup + sampel sesudah
dikeringkan), maka dapat diketahui kadar air sampel tersebut yaitu dengan persamaan:
kadar air = (ms1 ms2 / ms1 ms) x 100%
Keterangan :
Sampel
= ms1 ms
Selain itu kita juga bisa mencari berat keringnya yaitu dengan rumus
Bahan kering (%) = 100 kadar air
Dari data yang diperoleh dan dimasukkan dalam perhitungan maka didapatkan kadar air pada
sampel susu adalah -1,037%, kacang hijau 4,155%, kacang tanah 5,355% dan kacang merah
8,058%. Dari data kadar ini diketahui bahwa kadar air tertinggi yaitu pada sampel kacang
merah sebesar 8,058% sedangkan yang terendah adalah pada sampel susu sebesar -1,037%.
Dari kadar air ini dapat dicari besarnya berat kering dan didapatkan data bahwa berat kering
pada sampel susu adalah 101,037%, kacang hijau 95,845%, kacang tanah 94,645% dan
kacang merah 91,942%. Dari data ini maka dapat disimpulkan bahwa kadar air berbanding
terbalik dengan berat kering.
Pada sampel susu didapatkan kadar air yang negatif, hal ini mungkin disebabkan karena
adanya kesalahan prosedur salah satunya mungkin disebabkan karena kurang ketelitian dalam
melakukan penghitungan, penimbangan, dan metode pemanasan.
Perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan karena perbedaan bahan, metode dan suhu
serta proses penyimpanannya Selain itu perbedaan ini dapat disebabkan karena pengaruh alat-
alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil dan karena bahan yang digunakan sudah
terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau ketika berada dalam desikator.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering
Yang termasuk golongan ini adalah: Suhu (Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan
semakin cepat), Kecepatan aliran udara pengering (Semakin cepat udara maka pengeringan
akan semakin cepat), Kelembaban udara (Makin lembab udara, proses pengeringan akan
semakin lambat), Arah aliran udara (Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan,
maka bahan semakin cepat kering)
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
Yang termasuk golongan ini adalah: Ukuran bahan (Makin kecil ukuran benda, pengeringan
akan makin cepat), Kadar air (Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin
cepat).
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan
terjadinya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan
dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan dihasilkan kadar air yang
sebenarnya.
Untuk bahan-bahan yang mengandung kadar gula tinggi maka pemanasan dengan suhu 100o
C dapat mengakibatkan pergerakan pada permukaan bahan. Sehingga terlihat masih memiliki
berat kering yang cukup tinggi.
BAB V
SIMPULAN
A. Simpulan
1. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu
bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama waktu
tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air
2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh kadar air untuk sampel susu adalah
-1,037%, kacang hijau 4,155%, kacang tanah 5,355% dan kacang merah 8,058%.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Air. Diakses tanggal 26 November 2010, jam 09.00 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Air
Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta : Jurdik
FMIPA UNY
Biologi
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta : Gramedia
Sudarmadji, Slamet, Suhardi dan Bambang Haryono. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta
farmasi
Setiap proses dalam pembuatan sediaan farmasi baik dalam skala kecil maupun besar
(industri) hampir selalu melibatkan transfer panas, terutama pada proses pembuatan tablet
secara granulasi basah. Panas disini dibutuhkan dalam proses pengeringan sehingga di
hasilkan massa granul yang kering dan dapat di kempa menjadi tablet. Proses pengeringan
menggunakan pemanasan secara umum, berlangsung dalam 3 tahap stimultan, yaitu : proses
transfer energi dari sumber luar ke dalam material yang mengandung air, fase transformasi
dari air / solvent dari bentuk cair menjadi bentuk uap, dan transfer uap dari material keluar
dari
alat
pengering
/
material
yang
dikeringkan
(Kurniawan,
2012).
Pengeringan merupakan suatu proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari bahan
sehingga mengurangi kandungan/sisa cairan di dalam zat padat itu sampai suatu nilai yang
dikehendaki. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penguapan. Penguapan terjadi
apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu apabila panas diberikan kepada
bahan tersebut. Selain dengan penguapan, pengeringan dapat dilakukan dengan cara
memecahkan ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan (Hasibuan, 2005).
Teknik pengeringan pengeringan dalam teknologi farmasi dapat digolongkan dalam 2 cara
berdasarkan
sistem
pengeringan:
a) Pengeringan kontinue/ berkesinambungan (continuous drying) merupakan teknik
dimana
pemasukan
dan
pengeluaran
bahan
berjalan
terus-menerus.
b) Pengeringan tumpukan (batch drying) merupakan pengeringan bahan yang masuk ke alat
pengering sampai pengeluaran bahan kering, kemudian baru dimasukkan bahan berikutnya.
Teknik tersebut banyak di aplikasikan dalam beberapa peralatan yang sering digunakan dalam
industri farmasi yang secara umum prinsipnya pemberian panas yang relatif konstan terhadap
bahan obat, sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat dan mendapatkan
hasil yang maksimal (seragam). Berikut ini beberapa alat pengering dan prinsipnya yaitu :
1.
Tray
Dryer
Metode pengeringan dengan tray dryer merupakan metode pengeringan yang sudah lama
tetapi sering digunakan untuk pengeringan bahan padatan, butiran, serbuk atau granul yang
jumlahnya tidak terlalu besar (Kurniawan,2009). Umumnya alat berbentuk persegi dan
didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan.
Prinsip kerja alat ini bekerja dengan udara panas dan panas transfer , yang dihasilkan dengan
bantuan pemanas listrik atau batang kumparan . Sirkulasi udara tersebut kipas dan seragam
membanji mempertahankan suhu panas. Alat ini digunakan dalam keadaan vakum dengan
waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam).
2.
Fluid
Bed
Dryer
Alat ini paling cocok untuk pengeringan bahan jenis kristal, butiran , bahan obat-obatan yang
kasar, baik bahan kimia , pewarna , makanan. Fluid bed dryer tidak cocok untuk pengeringan
bahan
pasta
dan
cair.
pencampuran antara droplet dengan aliran gas panas yang menyebabkan cairan
menguap sehingga menjadi padatan kering. Partikel yang memadat biasanya
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama seperti droplet saat atomisasi
(Kurniawan,2012)
Metode ini cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk
pasta (susu, pewarna, bahan farmasi). Kapasitas beberapa kg per jam hingga 50 ton per jam
penguapan (20000 penegering semprot)
4. Freeze drying
Freeze drying merupakan alat pengeringan yang prinsip kerjanya adalah berdasarkan proses
liofilisasi.
Pembekuan
Vacuum
: Setelah beku, produk ini ditempatkan di bawah vakum. Hal ini
memungkinkan pelarut beku dalam produk untuk menguapkan tanpa melalui fase cair,
proses yang dikenal sebagai sublimasi.
Panas
5.
Double
cone
vacuum
dryer
Vacuum dryer merupakan salah satu tipe pengering drum (drum dryer). Drum yang terbuat
dari logam (stainless steal) dihembuskan udara panas dari dalam, pada saat bersamaan bahan
yang akan dikeringkan dimasukkan ke permukaan drum yang berputar. Panas yang ada di
permukaan drum akan menurunkan kadar air dalam bahan, air dibuang melalui pompa
vacuum, sehingga bahan atau sediaan tersebut dapat mengering. Perbedaan vacuum dryer dan
drum dryer adalah pada penggunaan vacuum (drumnya di vakuum) sehingga proses
pengeringan menjadi lebih cepat karena adanya pengurangan atau penurunan tekanan di
dalam drum akibat pemvakuman. Aplikasi penggunaan metode ini biasanya digunaka dalam
pengeringan
larutan
atau
suspensi
(Hajare,
2009).
Referensi
Hajare, A., Harinath More, Sambhaji Pisal.2009. Vacuum Foam Drying: A New Technology
for Preserving Sensitive Biomolecule. India : Department of Biotechnology, BVDU Poona
College
of
Pharmacyand
Research
Centre
Hasibuan, R. 2005. Proses Pengeringan. Universitas Sumatera Utara : Program Studi Teknik
Kimia
Kurniawan, D.W.. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Purwokerto : Laboratorium Farmasetika
Unsoed
Lipsanen, Tanja. 2008. Process Analytical Technology Approach on Fluid Bed Granulation
and
Dryin.
Finlandia
:
Helsinki
University
Printing
House
Patel, R.P, et al.,. 2009. Spray Drying Technology: An Overview. Indian Journal of Science
and Technology. Vol.2 No.10 (2009)