Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan persalinan adalah orang yang membantu ibu dalam proses kelahiran
bayinya ke dunia. Salah satu indikator proses yang penting dalam program safemotherhood
adalah memperharikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani, khususnya oleh
pertolongan persalinan. (www suprayanto,bloges 2012).
Dalam melakukan pertolongan persalinan perlunya dukungan suami yaitu dukungan
suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan untuk
memilih siapa penolong persalinan. Pengambilan keputusan ini harus didasarkan atas adanya
informasi atau pengetahuan ibu tentang persalinan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. (Notoatmodjo,2003).
Pengetahuan tentang masalah kehamilan perlu diketahui oleh suami ataupun kerabat
dekat untuk memilih siapa akan melakukan persalinan pada ibu hamil. Hal ini sangat
ditentukan oleh orang yang paling dominan berpengaruh dalam keluarga dalam hal ini suami
sehingga sifat kepatuhan selalu diutamakan. (Depkes 2009)
Pertologan persalinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang
dapat memberikan pertolongan kepeda masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan
yang baik sehingga masyarakat dapat ditingkatkan status kesehatan mereka melalui
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Berbagai tanaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan juga bermacam-macam
dimana saat inibanyak sekali tenaga kesehatan yang sudah mampu memberikan pelanyanan,
banyak juga tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan belum tahu statusnya
sehingga ada kalanya masnyarakat susah memilih mau kemana mereka meminta pertolongan
kesehatan khususnya pertolongan persalinan (Depkes 2001).
1

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penolong Persalinan


Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam
menolong persalinan antara lain dokter, bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong
persalinan, menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan bila diperlukan. Penolong
persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang dianjurka termasuk diantaranya
cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta
pendekontaminasian alat bekas pakai. Peran penolong adalah memantau dengan seksanma
dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan
maupun fisik (Marmi, 2012)
Pertolongan persalinan saat sekarang ini banyak sekali tenaga kesehatannya mulia
dari tenaga bidan sendiri sampai tenaga keperawatan bahkan dokter dan juga tenaga perawat
dengan pekarnya. Disamping itu penolong persalinan sangat banyak juga yang dilakukan
tenaga Non Nakes (Bukan tenaga kesehatan) yang mana kiprahnya dimasyarakat masih di
akui oleh masyarakat diwilayahnya seperti pertolongan oleh orang pandai, oleh dukun
beranak atau juga pertolongan oleh kader kesehatan yang hanya mengetahui dangan
pengalaman saja dan bukan melalui pendidikan yang formal. (Anderson 2006).
Pemilihan penolong persalinan berdasarkan buku Anderson (tahun 2006) ada
beberapa faktor seperti: pengetahuan. Pengetahuan seseorang akan tenaga yang legal tentang
mempunyai kewenangan penolong persalinan akan membawa meraka kapada siapa mereka
seharusnya menentukan penolong persalinan. Begitu juga faktor pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan dapat memilih siapa yang berwenang melakukan
pertolongan persalinanmempengaruhi pertolongan persalinan. Faktor letak geografis lokasi
pemukiman penduduk yang jauh dari lokasi pelayanan kesehatan maka akan cendrung
memilik pertolongan persalinan non nakes dari pada tenaga kesehatan. Dan juga faktor
hubungan keluarga dimana keluarga yang bisa ditolong oleh non nakes akan memilih
2

pertolongan persalinan pada non naken atau juga sebaliknya, jika keluarga ditolong oleh
bidan maka akan cendrung keluarga mereka yang lain akan memilih tenaga Bidan sebagai
penolong (Anderson 2006).
Persiapan persalinan adalah persiapan tindakan yang dibuat ibu,anggota keluarganya
dan bidan. Dengan adanya persiapan persalinan akan mengurangi kebingungan dan
kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima
asuhan yang sesuai serta tepat waktu.

B. Persiapan Asuhan Persalinan Yang Dilakukan Penolong


1.

Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi dirumah (rumah ibu atau rumah
kerabat), di tempat Bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan
bahan-bahan dans arana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti
berikut ini :

Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung
dari tiupan angin.

Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.

Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang didihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum
ibu setelah bayi lahir.

Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel, dan sarung tangan
karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses
pelarutan.

Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah di dekontaminasi dengan larutan
klorin 0,5%, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk
melindungi ibu dari risiko infeksi), dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga
dari risiko infeksi melalui darah dan sekresi tubuh ibu).

Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah
persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.

Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam hari.

Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastic atau lembaran yang
mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.

Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.

Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.

Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.


2.

Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan

Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan,
bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk
menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan
akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan
ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.
Penolong Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :

Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti
peralatan yang hilang atau rusak.

Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu
bersalin dan melahirkan bayinya. Segera ganti ob at apapun yang telah digunakan atau
hilang.

Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus
set, peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru
lahir sudah dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

C. Persiapan Rujukan
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu atau
bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan atau
perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa
ke fasilitas rujukan.
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia
tidak siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka
lakukan konseling terhadap ibu dan keularganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan.
Bantu mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan.
D. Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu.
Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut
sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran
bayinya.
Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah :

Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.

Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.

Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.

Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan
yang sesuai jika diperlukan.

Siap dengan rencana rujukan.


Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :

Memberikan dukungan emosional.

Memabntu pengaturan posisi ibu.

Memberikan cairan dan nutrisi.

Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.

Pencegahan infeksi.
Dukungan Emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu

selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta
untuk menemaninya (Enkin, et al, 2000).
Bekerja bersama anggota keluarga untuk :

Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.

Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.

Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.

Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dib asahi air
hangat atau dingin.
6

Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.


Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan

melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan
seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan
ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selama itu, posisi terlentang
berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pemberian Cairan dan Nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja.
Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan
selama proses persalinan.
Alasan : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan member
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/
atau membuiat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Kamar Mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan,
ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih
sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung
kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati
atau lakukan palpasi tepat diatas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih
7

penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat
berjalan ke kamar mandi, berikan wadah urin.
WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan
ruang bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu
lintas antar ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percika air atau lantai yang basah atau
meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri.
Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk :

Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan.

Menyebabkan ibu tidak nyaman.

Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.

Menggtanggu penatalaksanaan distosia bahu.

Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.

Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi


kandung kemih secara rutin :
Katerisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat
berkemih sendiri.
Alasan : Kateterisasi menimbulkan rasa nyeri, meningkatkan risiko infeksi dan perlukaan
saluran kemih ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase
aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan
disebabkan oleh tekanan bayi pada rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan
maka ijinkan atau perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan Klisma tidak akan
memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka

pascapersalinan dan malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua
persalinan (Enkin, et al, 2000).
E. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lah. Membuat keputusan merupakan
proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang
diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harrus akurat , kompreheensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Membuat keputusan
klinik tesebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik
menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta di padukan dengan
kajian teoristis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan
pengalaman yang di kembangkan melalui berbagai tahap yang logis dan diperlukan dalam
upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (varney, 1997).
Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan
yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :
a) Akurat
b) Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan
c) Aman
Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimaldan memenuhi standar kualitas
pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:
a) Pengetahuan
b) Keterampilan
c) Perilaku terpuji
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan


Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
Membuat dagnosis atau menentukan masalah yang terjadi
Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah
Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi

F. Pencegahan infeksi
9

Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan


kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya (lihat Bab 1). Hal ini tergolong dalam
unsur esensial asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek
pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu
dan infeksi. Ikuti praktek-praktek pencegahan infeksi yang sudah ditetapkan, ketika
mempersiapkan persalinan dan kelahiran. Anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan
dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan sesering mungkin.
menggunakan peralatan stenil atau disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat
diperlukan (lihat Bab 1). Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum
dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.
Alasan: Pencegalian infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam melaksanakan prosedur pencegahan
infeksi yang baik, akan melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
10

5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktek PI yang dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu
individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir dan para penolong persalinan) sehingga
dapat memutus rantai penyebar infeksi.
Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

11

Untuk mencuci tangan:


1. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
3. Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung
antiseptic selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan
yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
4. Bilas tangann dengan air bersih dan mengalir
5. Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan dengan kertas
(tissue) atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Memakai sarung tangan


Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
-

Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun
yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti persalinan,

penjahitan vagina atau pengambilan darah.


Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani
sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.

12

Menggunakan teknik aseptik


Teknik aseptic membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong
persalinan. Teknik aseptic meliputi aspek:
-

Penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi


Antisepsis
Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi

Memproses alat bekas pakai


Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan benda-benda lain
dalam upaya pencegahan infeksi adalah:
-

Dekontaminasi
Cuci dan bilas
Disinfeksi tingakt tinggi atau sterilisasi

Benda-benda steril atau DTT harus disimpandalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar
bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan
dapat digunakan hingga satu minggu setelah proses. Jika pealatan-peralatan tersebut tidak
digunakan dalam tenggang waktu penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum
digunakan kembali.

Dekontaminasi
13

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan,


sarung tangan dan benda-benda lainnyayang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat bendabenda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih
jauh, pakai asrung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari bahan lateks
jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan
benda-benda yang yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa bendabenda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin
cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam atau lebih
cepat jika terlihat kotor atau keruh.

Pencucian dan Pembilasan


Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun
disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika
benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera didekontaminasi, bilas peralatan
dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan
seksama secepat mungkin.

14

Perlengkapan/bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk:


1.
2.
3.
4.
5.

Sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks
Sikat (boleh menggunakan sikat gigi)
Wadah plastic atau baja antikarat (stainless steel)
Air bersih
Sabun atau deterjen

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:


1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang
peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit)
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic atau karet, jangan dicuci
secara bersamaan dengan peralatan dari kogam.
4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.
b. Buka engsel gunting dan klem.
c. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan.
d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan
e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu)dengan air dan sabun
atau deterjen
f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
6. Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan
klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
seelum memulai proses DTT.
Alasan: jika peralatan masih basah, mungkin akan mengencerkan larutan kimia dan
membuat larutan menjadi kurang efektif.
7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau
disterilisasi dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu
sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan
kemudian bilas dengan seksama menggunakan ai bersih
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

DTT dan Sterilisasi


Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling sfektif untuk membunuh mikroorganisme, tetapi
proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternative

15

dalam situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi.
Untuk peralatan, perebusan seringkali metoda DTT yang paling sederhana dan efisien.
Ingat: Agar proses DTT atau sterilisasi menjadi efektif, terlebih dahulu lakukan
dekontaminasi dan cuci-bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut.
-

DTT dengan cara merebus


DTT dengan menggunakan uap panas
DTT kimiawi

G. Anamnesis dan pemeriksaan fisik rutin bagi ibu yang sedang bersalin
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan: anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara seksama. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda
lakukan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh ibu. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda
penyulit atau gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan
(Lihat Tabel 2-1 hal. 14) untuk memastikan persalinan yang aman. Catat semua temuan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan Iengkap. Kemudian jelaskan hasil
pemeriksaan dan kesimpulannya pada ibu dan keluarganya.
Anamnesis
Tujuan dan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan
kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :

Nama, umur dan alarnat

Gravida dan para

Hari pertama haid terakhir

Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)

Alergi obat-obatan

Riwayat kehamilan yang sekarang:


16

Apakah ihu pernah inelakukan peineriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan

antenatalnya (jika inungkiri).


Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya perdarahan,

hipertensi, dll)?
Kapan mulai kontraksi?
Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering terjadi kontraksi?
Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah
kental atau encer? Kapan selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu dan lihat!

air ketuban di pakaiannya.)


Apakah keluar cairan bercampur darah dan vagina ibu? Apakali berupa bercak atau

darah segar pervaginain? (Periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaian nya.)
Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum?
Apakah ibu men galami kesulitan untuk berkeinih?

Riwayat kehamilan sebelumnya :

Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebeluinnya (bedah sesar
persalinan dengan ekstraksi vakuin atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang

diinduksi oleh kehamilan, preekiampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)?


Berapa berat badan bayi paling besar pernah ibu lahirkan?
Apakah ibu mempunyai masalah dengan bayi-bayi sebelumnya?

Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih


dll).

Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
epigastrium). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa protein
dalam urin ibu.

Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran
lainnya.

Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis Iengkap, lakukan pemeriksaan fisik.


Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan
bayinya. Informasi yang dikumpulkan dan pemeriksaan fisik akan digunakan bersama dengan

17

informasi dan hasil anamnesis untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis serta mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan
jelaskan pula aiasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :

Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.

Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati ibu dan bantu ibu agar merasa
nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan
dalam.

Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu, periksa jumlah urin,
protein dan aseton dalam urin).

Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau
nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air tubuh.

Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, temperatur, nadi dan pernapasan). Agar su
paya bisa menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan di
antara dua kontraksi.

Lakukan pemeriksaan abdomen

Lakukan pemeriksaan dalam

Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus
2. Memantau kontraksi uterus
3. Memantau denyut jantung janin

18

4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan bahwa ibu sudah mengosongkan kandung
kemihnya. Minta ibu berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian
minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan
cara meminta ibu menarik napas dalam.
1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan
menggunakan pita pengukur. Mulai dan tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak
fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen (Pita pengukur harus
menempel pada kulit abdomen). Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan pun cak fundus uteri
adalah tinggi fundus.
2. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk mcmantau
kon traksi uterus. Letakkan tangan (dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jum]ah kon
traksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi
berlangsung. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama
kontraksi 40 detik atau lehih. Di antara dua kontraksi. dinding uterus melunak kembali dan
mengalami relaksasi.
3. Memantau denyut jantung janin
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan dan scbuah fetoskop
Pinnards atau Doppler untuk memantau denyut jantung janin (DJJ); Dengan fetoskop
dengarkan denyut jantung janin yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik
tertentu pada dinding abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat.
Tips : Jika DJJ sulit ditemukan palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi.
Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah digeser melalui dinding abdomen yang sesuai
dengan dataran punggung bayi.
19

Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau
selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dan
satu kontraksi. Jika DJJ kurang dan 120 atau lebih dan 160, pertimbangkan adanya gangguan
sirkulasi utero-plasenter padajanin. Jika DJJ kurang dan 100 atau lebih dan 180 per menit,
baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang denyut
jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal., Jika DJJ tidak
mengalami perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk.
4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong/sungsang) :

Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ihu ditekuk).

Dengan ibu jari dan jari tengah dan satu taugan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian
bawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau
presentasi dapat diraba di antara ibu jari dan jari tengah.

Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut
masih bisa digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam panggul
maka bagian tersebut tidak dapat digerakkan lagi.

Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan


bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah
digerakkan
mungkin presentasi kepala, atau jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit
digerakkan mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini diidentikkan dengan
bokong sebagai kebalikan dan kepala. Jika presentasinya bukan kepala.
5. Menentukan penurunan janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan

abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi


abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu
mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
20

Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa
di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian
kepala di atas simfisis pubis).
Kepala janin adalah:

5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.

4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.

3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.

2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis.
Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala
tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).

1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.

0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis
pubis.

Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala janin masih 5/5.
Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga panggui pada fase aktif kala satu
persalinan. Bila kepala tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar dibandingkan
dengan rongga panggul ibu. Bila ada dugaan disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic
disproportion atau CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera
dirujuk kefasilitas kesehatan yang dapat melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila
kepalajanin tidak dapat turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi
pada saat selaput ketuban pecah.

Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih
yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk
berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum
melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
21

Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
2. Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu sama lain).
3. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
4. Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau
larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk
menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
5. Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon
dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium:
7. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
8. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium
ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ:
1. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara seksama
menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadinya gawat
janin, dan rujuk segera.
2. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
9. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan
sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari
tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya
sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecah kannya).
22

Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
1. Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat
kelahiran bayi.
2. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak
teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkahIangkah kedaruratan dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul.
Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen
Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12. Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai
penyusupan tulang kepala atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai
dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati,
celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan ke!uarganya.
Setelah melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1. Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam
persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih
dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak
pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam
fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada partograf (lihat
bawah).
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.

23

4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu.
Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan
intrauterin, cukup bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda
vital normal. Rencana selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut
parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis
menunjukkan suatu abnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup
persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu, merujuk sambil terus
menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap masalah tersebut dan tetap
memberikan asuhan sayang ibu. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana
penatalaksanaan kepada ibu dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan
diberikan.
Mengenali masalah dan penyulit secara dini
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap
indikasi-indikasi seperti yang tertera dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan
tindakan yang sesuai untuk mernastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan
keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.

24

Вам также может понравиться