Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAFTAR ISI
Bab 2 LANDASAN TEORI
2.1 Revitalisasi
2.2 Sungai
2.3 Kepariwisataan
2.4 Kawasan Kota Tepi Air (Waterfront City)
2.4.1
Pengertian Waterfront City
2.4.2
Fenomena Waterfront
2.4.3
Sejarah Waterfront
2.4.4
Prinsip Pengembangan Kawasan Tepi Air
2.4.5
Elemen Penentu Keberhasilan Pembangunan Waterfront
2.4.6
Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Penataan Kawasan Tepi Air
2.4.7
Struktur Pengembangan Kawasan Kota Tepi Air
2.5 Analisis Tapak
2.6 Kerangka Pemikiran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. REVITALISASI
Menurut Rais (2007),
revitalisasi
adalah
upaya
untuk
memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, akan
tetapi kemudian mengalami kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu
kawasan aspek yang dicakup di antaranya adalah perbaikan di aspek fisik,
ekonomi,
dan
sosial.
Danisworo (2002)
menyebutkan
bahwa
pendekatan
revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi yang ada
di lingkungan sekitar seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi.
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian
keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakatnya
menjelaskan
serta
bahwa
pengenalan
dalam
budaya
pelaksanaan
yang
ada.
revitalisasi
Laretna (2002)
diperlukan
adanya
mendukung
aspek
formalitas
yang
memerlukan
adanya
partisipasi
B. SUNGAI
Menurut Maryono (2005), sungai adalah wadah dan jaringan
pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
sungai
dapat juga disebut bantaran banjir. Sedangkan sempadan sungai adalah
daerah
bantaran sungai ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding)
yang
mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis dan lebar bantaran keamanan
yang
diperlukan, terkait dengan letak sungai (misal untuk kawasan pemukiman
dan
non-pemukiman).
Sempadan sungai, terutama di daerah bantaran banjir, merupakan
daerah
ekologi dan sekaligus
hidrologis sungai
Sempadan
sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan sungainya yaitu alur
sungai,
karena secara ekologis dan hidrologis merupakan satu kesatuan ekologi
yaitu
satu ekosistem sungai. Secara hidrologis sempadan sungai merupakan
daerah
bantaran banjir yang berfungsi dalam memberikan luapan banjir ke
samping
1
0
kanan dan kiri sungai. Dengan demikian, kecepatan air bisa dikurangi
karena
energi air dapat diredam di sepanjang sungai. Selain itu erosi tebing dan
erosi
dasar sungai pun dapat dikurangi secara simultan. Sempadan
sungai
merupakan
daerah
tata
air
sungai
yang
memiliki
mekanisme
proses
konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Sedangkan bila
1
1
C. KEPARIWISATAAN
Pendit (2003) mendeskripsikan pariwisata sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik
wisata
serta
usaha-usaha
yang
terkait
di
bidang
tersebut.
sebagai
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
persinggahan wisatawan.
Kawasan Wisata menurut Pendit (2003) adalah kawasan dengan luas
direncanakan
pengembang harus diterima oleh mereka.
2. Tiap keuntungan yang diperoleh dari pembangunan, pengembang
harus
mengembalikan lagi keuntungan tersebut pada masyarakat namun
bukan
berupa cash money melainkan berupa bangunan yang berguna
bagi
masyarakat.
3. Kawasan wisata harus mengutamakan lingkungan, dan
dalam
pembangunannya tidak boleh meninggalkan kebudayaan setempat.
1
2
air
disini
pengertian
adanya
kegiatan
aktif
yang
air
1
3
memiliki
bermacam-macam
potensi
untuk
membantu
perkembangan ekonomi, sebagai public enjoyment, dan identitas kota.
Fungsi
dari waterfront selalu berkaitan dengan karakteristik dan kebutuhan
sebuah
kota, tetapi mereka memiliki rentetan perkembangan yang sama. Pada
awal
perkembangan
kota,
waterfront
memiliki
fungsi
basis
untuk
perdagangan,
perkapalan/transportasi,
pemancingan,
dan
pertahanan.
Rekreasi
sering
dianggap sebagai kebutuhan tambahan dan seringkali waterfront
dianggap
dengan sendirinya akan menyediakan ruang terbuka dan rekreasi yang
cukup
untuk penduduk kota.
Waterfront merupakan sebuah aset yang di miliki oleh suatu kota
yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dengan berbagai tujuan
seperti
diungkapkan oleh The Urban Land Institute yang dikutip dari Masrul
(2008)
sebagai berikut.
Cities seek a waterfront that is a place of public
enjoyment. They want a waterfront where there is
ample visual and physical public access - all day, all
year - to both the water and the land. Cities also want
a waterfront that serves more than one purpose: they
want it to be a place to work and to live, as well as a
place to play. In other words, they want a place that
contributes to the quality of life in all of its aspects economic, social, and cultural
Secara garis besar, teori ini menunjukkan bahwa kawasan tepi air
dapat
dijadikan sebagai tempat dimana masyarakat bisa melakukan aktivitas
untuk
bekerja dan hidup, dan juga sebagai tempat bermain dan berekreasi
untuk
mendapatkan kenyamanan. Dengan kata lain, tempat seperti ini
dibutuhkan
1
4
Faktor Geografis
Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan
akan menentukan jenis serta pola penggunaannya. Ada pun yang
termasuk di dalam aspek ini adalah:
1) Kondisi perairan; yaitu jenis, dimensi dan konfigurasi, pasangsurut,
serta kualitas airnya. Faktor potensi penting yang diperhatikan
adalah
dimensi dan bentuk dari badan perairan tersebut, dinamika
kegiatan,
dan kualitas air. Dalam anggapan umum, semakin besar dimensi
perairan, maka semakin banyak potensi yang dapat dikembangkan.
Kualitas air di perairan pun menjadi salah satu faktor penting yang
kepemilikannya.
1
5
bersangkutan
serta
menentukan
hubungan
antara
dilestarikan.
3) Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
1
6
2. Fenomena Waterfront
Masrul
(2008)
menyebutkan
bahwa
pada
proses
pengembangan
kawasan tepi air pada dasarnya merupakan permasalahan yang sangat
kompleks
di
suatu
kawasan
perkotaan
yaitu
adanya
perbedaan
pengembangan antara kepentingan publik dan kepentingan swasta dari
kerjasama
dan
kesatuan
visi
dari
berbagai
pihak
yaitu
masyarakat,
pemerintah dan swasta untuk mewujudkan karakter kawasan tepi air
1
7
kondisi
sekarang
masih
terdapat
potensi
yang
dapat
di
suatu
(redevelopment). Pengembangan
usaha
untuk
menghidupkan
atau
membangkitkan
kembali kawasan pelabuhan dengan tujuan yang berbeda sebagai
dan
taman.
c. Development. Jenis ini merupakan contoh perencanaan yang
sengaja
dibentuk dengan menciptakan sebuah kawasan tepi air dengan
melihat
kebutuhan masyarakat terhadap ruang di kota dengan cara penataan
3. Sejarah Waterfront
Menurut Masrul (2008),
perkembangan
kawasan
tepi
air
pada
awalnya merupakan sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat
nelayan.
Hal ini berkembang melalui aktivitas yang di timbulkan sehari-hari
oleh
nelayan yaitu pada pagi hari nelayan melaksanakan rutinitas sebagai
nelayan dan pada siang hari nelayan tetap berada di kawasan tepi
air
dengan
aktivitas
memberikan
yang
berbeda
seperti
menikmati
pantai,
1
8
sewaan
kapal dan
memicu
timbulnya aktivitas perdagangan yang pada awalnya di tujukan untuk
para nelayan dan hal ini berlangsung hingga malam hari. Dengan
adanya
kemudahan akses dan tema menarik seperti festival market
places,
Christmas
water
parade
yang
di
kembangkan
pada
pembangunan
waterfront memberikan kekaguman bagi pengunjung sehingga
kawasan
tepi air menjadi tempat yang unik dan diminati oleh banyak orang. Jika
teater,
parade
kapal-kapal
bersejarah,
rekreasi,
pengadaan
pedestrian sepanjang kawasan tepi air untuk menikmati keindahan laut,
of
1
9
kawasan tersebut.
c. Pengembangan aktivitas di kawasan tepi air dan menikmati aktivitas
keberhasilan
dalam
pengembangan
kawasan
tepi
air,
diperlukan
penonjolan karakteristik dan keunikan yang dimiliki oleh daerah yang
2
0
dikembangkan.
Karakteristik
ini
dibagi
menjadi
dua,
yaitu
karakteristik
fisik dan non-fisik. Karakteristik fisik mencakup keadaan alam
dan
lingkungan, citra, akses, bangunan dan penataan lansekap sedangkan
tema
yang
sesuai
dalam
pembangunan
waterfront
dapat membantu dalam proses analisis ruang , tata guna lahan,
skala
pembangunan dan makna pembangunan. Dalam tahap awal
di
tentukan.
b. Citra
Sesuatu yang membekas dalam ingatan karena telah melihat,
kawasan
persepsi
pengunjung
sebelum
dan
sesudah
datang
di
kawasan
waterfront.
Selain itu kesan pada kawasan waterfront juga dapat
diwujudkan
melalui aktivitas yang di kembangkan.
c. Keaslian suasana (Authenticity)
2
1
Kesuksesan
dalam
waterfront
pembangunan
di
tersebut
misalnya
penataan
program
kegiatan
(events)
dan
sungai.
2
2
Sempadan
2
Sungai di luar
pemukiman
1.
Kriteria
3
Sekurang-kurangnya 100 meter
Sungai di kawasan
permukiman
Garis sempadan
sungai tidak
pejabat
bertanggul
Ketentuan lain
Pasal 5
Garis
Sungai
Sempadan
2
3
2
Pasal 6
1.
3
Garis sempadan sungai untuk
bangunan diukur dari sisi atas tepi
saluran yang tidak bertanggul atau
dari kaki tanggul sebelah luar
sungai/ saluran dengan jarak:
a. 5 m untuk saluran dengan
kapasitas 4m3/detik atau lebih,
b. 3 m untuk saluran dengan
kapasitas 1 sampai 4 m3/detik,
c. 2 m (dua meter) untuk saluran
dengan kapasitas kurang dari 1
m3/detik.
Garis sempadan sungai untuk pagar
diukur dari sisi atas tepi saluran
2yang tidak bertanggul atau kaki dari
. tanggul sebelah luar sungai/
saluran dengan jarak:
a. 3 m untuk saluran dengan
kapasitas 4 m3/detik atau lebih;
b. 2 m untuk saluran dengan
kapasitas 1 sampai 4 m3/detik;
c. 1 m untuk saluran dengan
kapasitas kurang dari 1m3/detik.
Di kawasan pembangunan padat,
jarak yang disebutkan sebelumnya
bisa diperkecil menjadi empat
3meter dan dua meter.
.
Pasal 10
Pemanfaatan Daerah
Sempadan
Sungai/Saluran
Pasal 11
2
4
2
5
pagar transparan.
7. Struktur Pengembangan Kawasan Kota Tepi Air
Masrul (2008) menyebutkan bahwa Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman (Departemen Pekerjaan Umum RI)
telah merumuskan tujuh jenis struktur peruntukkan pengembangan
kawasan kota tepi air sebagai berikut:
a. Kawasan komersial (commercial waterfront), dengan kriteria
sebagai
berikut:
1) Harus mampu menarik pengunjung yang akan
memanfaatkan
potensi kawasan sebagai tempat bekerja, belanja maupun
rekreasi
(wisata)
2
6
pemberian subsidi.
5) Keindahan bentuk fisik (profil tepi air) kawasan diangkat
sebagai
faktor penarik bagi kegiatan ekonomi, dan sosial-budaya.
b. Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup
(cultural,
education,
and
environmental
waterfront) dengan
yang
tidak hanya untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga
untuk
menarik investor.
3) Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat
tentang
kekayaan alam tepi air yang perlu dilestarikan dan diteliti.
4) Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan
dipadukan
dengan pengelolaan lingkungan didukung kesadaran
melindungi
atau mempertahankan keutuhan fisik badan air untuk
dinikmati
dan dijadikan sebagai wahana pendidikan.
2
7
(ciri) kota,
3) Program-program pemanfaatan ruang kawasan ini dapat berupa
2
8
pantai.
e. Kawasan Pemukiman (residential waterfront) dengan kriteria
pokok
pengembangan sebagai berikut:
1) Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi dan
umum.
2) Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan
umum.
3) Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan
atas
kawasan permukiman penduduk asli dan kawasan
permukiman
baru.
4) Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya
2
9
air
dan darat.
3) Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan
dermaga,
sarana
penunjang
pelabuhan
(pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dan lain-lain.
g. Kawasan tepi air untuk pertahanan dan keamanan (defence
waterfront)
dengan kriteria pengembangan sebagai berikut:
1) Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan
bangsa-negara,
3
0
E. ANALISIS TAPAK
Aditya (2009) mendefinisikan tapak sebagai sebidang lahan
atau
sepetak tanah dengan batas-batas yang jelas, berikut kondisi
permukaan
dan ciri-ciri istimewa yang dimiliki oleh lahan tersebut. Sebuah tapak
tidak pernah tidak berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan
yang
sangat aktif
yang
jalin menjalin
dalam
perhubungan yang rumit.
Perencanaan tapak (site planning) didefinisikan Rosmala
(2008)
sebagai seni menata lingkungan buatan dan lingkungan alamiah guna
3
1
F. KERANGKA PEMIKIRAN