Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
Pihak Kepolisian yang diemban oleh fungsi Samapta sebagai pelayanan dan pengendali massa
dalam rangka menghadapi kegiatan unjuk rasa di jalanraya, di gedung atau bangunan penting dan
lapangan atau lahan terbuka, baik yang dilakukan secara tertib, perlu disikapi dengan arif,
bijaksana, tegas, konsisten dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Terjadinya kasus
kerusuhan yang berujung kepada perbuatan yang anarkis (amukmassa) tersebut adalah merupakan
hasil interaksi antara kebencian yang perimodial dari masing-masing kelompok yang bermusuhan
dengan kondisi tata kehidupan sosial dan moral yang goyah karena tidak berfungsinya polisi dan
aparat keamanan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang
Pelaksaan Pengendalian Massa tersebut. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah
Bagaimanakah prosedur atau tata cara pengendalian massa yang berunjuk rasa oleh satuan Samapta
PoldaSumbar, Kendala dalam mengendalikan massa yang berunjuk rasa oleh Dalmas Polda
Sumbar, Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala dalam mengendalikan massa oleh Satuan
Samapta Poda Sumbar. Adapun metode yang dipakai adalah pendekatan yuridis Empiris. Dengan
mengunakan sumber data primer dan data sekunder. Tekhnik pengumpulan data adalah dengan
wawancara dan observasi yang didukung dengan studi dokumen. Data yang diperoleh dianalisa
secara kualitatif dan hasil penelitian dituangkan secara deskriptif. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa tata cara pengendalian massa yang berunjuk rasa telah dilakukan sesuai dengan yang diatur
oleh perundang undangan yang berlaku. Penanganan oleh petugas Samapta Polda Sumbar telah
dilakukan dengan sebaik mungkin terutama menghadapi massa yang anarkis. Kendala yang ditemui
terutama berkaitan dengan permasalahan administrasi dimana massa yang berunjuk rasa tidak
melalui prosedur seharusnya untuk berunjuk rasa. Kendala lain adalah faktor kedisiplinan bagi
anggota Samapta. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala adalah meningkatkan
kesidiplinan petugas dalam usaha pengendalian massa yang berunjuk rasa.
PENDAHULUAN
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian dan Sejarah Kepolisian
Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi,
hubungan dan tata cara kerja kepolisian pada
zaman Hindia Belanda tentu diabdikan untuk
kepentingan pemerintah kolonial. Sampai
sementara
militer
menyelengarakan
Hamkamneg dan membangun Sishamkamrata.
Tugas
pokok
Samapta
menurut
Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/54/X/2002
Tangal 17 Oktober 2002 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Polri
Pada Tingkat Kewilayahan , antara lain :
Memberikan perlindungan ,pengayoman dan
pelayanan masyarakat.
Mencegah dan menangkal segala bentuk
gangguan keamanan, ketertiban masyarakat
(kamtibmas) baik berupa kejahatan maupun
pelanggaran serta gangguan ketertiban umum
lainnya dengan berpatroli
Melaksanakan tindakan Refresif Tahap Awal
(Repawal) terhadap semua bentuk gangguan
kamtibmas lainnya guna memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat.
Melindungi keselamatan orang, harta benda dan
masyarakat.
Melakukan tindakan refresif terbatas (Tipiring
dan penegakan Perda)
Pemberdayaan dukungan satwa dalam tugas
operasional Polri.
Melaksanakan SAR terbatas.
Fungsi Samapta
Menurut Keputusan Kapolri No. Pol. :
Kep/54/X/2002 Tangal 17 Oktober 2002
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Satuansatuan Organisasi Polri Pada Tingkat
Kewilayahan,fungsi
Samapta
merupakan
sebagian Fungsi Kepolisian yang bersifat
Penyampaian
pendapat
dimuka
Umum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 wajib
diberitahukan secara tertulis kepada polri .
Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1 ) disampaikan oleh
Orang yang bersangkutan, pemimpin , atau
penanggung jawab kelompok .
3)
Kendraan taktisn APC, kendraan taktis
berlapis yang dipergunakan untuk melakukan
penyelamatan VIP apabila VIP tersebut
dilakukan
penyandraan oleh pengunjuk
rasa .
4) Kendaraan taktis Security Barrier kendaraan
taktis ini memuat kawat
berduri , yang
mana kawat berduri ini dipergunakan untuk
menghambat gerak laju massa yang berunjuk
rasa
apabila
pengunjuk
rasa
sudah
mengarah kepada perbuatan anarkis .
2)
Kendaraan rantis Dare-V, kendaraan ini
berisikan peralatan SAR dan digunakan untuk
melakukan penyelamatan atau evakuasi apabila
terjadi bencana alam .
Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Dalam
usaha
memecahkan
permasalahan yang penting untuk ditentukan
pendekatan masalah yang akan digunakan agar
memudahkan untuk memecahkan permasalahan
tersebut , melihat judul dan perumusan masalah,
pendekatan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan Yuridis Empiris
yaitu penelitian yang mengkaji peranan
perumusan
perundang-undangan
tentang
pengendalian massa oleh Samapta. Sifat
penelitian ini deskriptif yang memberikan
gambaran
secara
objektif
mengenai
permasalahan-permasalahan yang penulis angkat
berdasarkan data-data yang penulis dapatkan
dilapangan yang mengacu kepada ketentuanketentuan yang berlaku
Hasil Penelitian
A. Pelaksanaan Pengendalian Massa Yang
berunjuk Rasa Oleh Satuan Samapta Pol
Sumbar
Kepolisian Daerah Sumatera Barat dalam
memberikan rasa aman dan tentram diwilayah
hukum pada setiap satuan Kewilayahan
berupaya semaksimal mungkin memberikan dan
memperdayakan setiap satuan kewilayahan
menyajikan hal tersebut kepada masyarakat dan
setiap fungsi Kepolisian yang ada untuk
menjalankan tugas secara baik dan benar . Hal
ini didukung dengan segenap kemampuan yang
ada pada setiap satuan kewilayahan baik
profesionalitas kemampuan anggota dilapangan
maupun fasilitas pendukung dalam kelancaran
pelaksanaan tugas.
Satuan fungsi yang ada di Polda Sumbar
dituntut untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing di bawah kendali
kapolda sumbar para Kepala biro dan Direktur
Pasukan
dalmas
melakukan
pengamanan terhadap pengunjuk rasa dengan
cara memberikan pengamanan terhadap
pengunjuk rasa serta tim negosiator melakukan
negosiasi dan menampung/menerima aspirasi
pengunjuk rasa telah sesuai dengan pasal 8
Perkap nomor : 16 Tahun 2006 Pengendalian
massa .
Pada sore harinya komandan Dalmas
sebagai
pimpinan
pasukan
dilapangan
bernegosiasi
dengan
korlap
(kordinator
lapangan) pengunjuk rasa untuk mengakiri
demontrasi atau membubarkan diri karena batas
waktu telah melebihi yang ditentukan serta para
pengunjuk rasa telah mulai tidak tertib, namun
para pengunjuk rasa tidak memperdulikannya,
kembali pimpinan lapangan mengimbau dengan
mega phone ( pengeras suara) untuk menyuruh
para pengunjuk rasa membubarkan diri, para
pengunjuk rasa menanggapi atau tidak
menghiraukan himpauan tersebut, malahan para
pengunjuk rasa melemparkan botol air meineral,
maka komandan lapangan/ kasat wil (kesatuan
Wilayah) sebagai pernanggung jawab lansung
melakukan lintas ganti dengan gerakan dalmas
lanjut karena dianggap situasi kuning (situasi
sudah agak mulai kurang tertib) maka petugas
Dalmas Polda yang terdiri dari 3 (tiga) pleton
yang dilengkapi : tali dalmas, Truk, Megaphone,
Handy talky, Camera Digital, Handy came,
helm, Rompi Dalmas, Tongkat T, Tameng,
Pemadam api, Senjata laras licin ( Gas Gun ) ,
masker gas, kendaraan rantis (taktis), unit satwa
melakukan lintas ganti dengan dalmas awal.
Sewaktu dilakukan lintas ganti itu para
pengunjuk rasa bertambah nekad dan tidak mau
membubarkan
diri
serta
perbuatannya
bertambah anarkis ( melanggar hukum) karena
para pengunjuk rasa melempari petugas dalmas
dan kaca kantor DPR Provinsi Sumbar dengan
benda yang keras sehingga beberapa kaca kantor
DPR menjadi pecah.
Melihat perbuatan pengunjuk rasa tidak
mau membubarkan diri, maka kasat wil
langsung mengerahkan unit satwa dan
mengerahkan unit rantis seperti AWC untuk
menembakan merian air dengan tujuan mengurai
atau membubarkan massa pengunjuk rasa agar
kekuatan massa pengunjuk rasa menjadi
terpecah dan perbuatan /prilaku pengujuk rasa
tidak membahayakan pengguna jalan umum ,
namun para pengunjuk rasa tidak mau
B.
Kendala Dalmas Polda Sumbar
Dalam Menghadapi Massa Pengunjuk Rasa
Dalam menghadapi massa pengunjuk
rasa satuan dalmas Polda Sumbar sering
dihadapi dengan berbagai macam massalah
untuk mengendalikan massa yang berunjuk,
pada satu sisi satuan dalmas harus mampu
menjaga ketertiban umum, pada sisi lain satuan
dalmas harus menghormati kebebasan sesorang
atau satu kelompok dalam menyampaikan
pendapat yang telah diatur oleh undang-undang
supaya tidak terjadi ganguan keamamana dan
ketertiban serta membahayakan bagi orang lain
mapun bagi harta benda .
Yang mana kendala-Kendala tersebut
timbul dari massa pengunjuk rasa di lapangan
langsung di rasakan oleh petugas Dalmas
dilapangan , dan keluhan itu langsung di
ucapkan oleh petuga Dalmas , namun keluhan
tersebut hanya sebatas keluhan saja , karena
pimpinan kepolisian di lapangan atau di daerah
pada umumnya telah mengetahui dengan pasti
kendala tersebut , namun udang-undang yang
mengatur menganai tindakan lebih tegas untuk
mengatasi kendala tersebut belum ada yang
mengaturnya , maka setiap anggota atau
pimpinan kepolsian secara arif dan bijaksana
menghadapi kendala tersebut .
Kesimpulan
C.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :