Вы находитесь на странице: 1из 8

MAKALAH

PANCASILA MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN BIDANG SOSIAL BUDAYA

Disusun Oleh:
Devi Febriyanti

138199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN AKUNTANSI
SMK Negeri 1 DEPOK
YOGYAKARTA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat dan
kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang
adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat
dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial
budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat
kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan
atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah
Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi,
dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan
dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk
mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang
mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan
demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan
memadukan pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan
nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima)
dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan
kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

2.

Rumusan Masalah

a.

Apakah yang dimaksud Pancasila dalam bidang Sosial budaya ?

b Apakah nilai-nilai yang tertuang dalam pelaksanaan Pancasila di bidang


Sosial budaya ?
c. Apakah hambatan dalam pelaksanaan Pancasila dalam bidang Sosial
budaya ?
d. Bagaimana sikap dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Pancasila
dalam bidang Sosbud?

3.

Langkah-Langkah Pembahasan

a.

Pengertian Pancasila dalam bidang Sosial budaya.

b. Nilai-nilai yang tertuang dalam pelaksanaan Pancasila di bidang Sosial


budaya.
c.

Hambatan dalam pelaksanaan Pancasila dalam bidang Sosial budaya.

d. Sikap dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Pancasila dalam bidang


Sosial budaya.

4.

Manfaat

Dengan mempelajari pelaksanaan Pancasila dalam bidang Sosial Budaya,


dapat membuat kita semakin paham tentang fungsi dan makna Pancasila dalam
bidang Sosbud. Setelah kita ketahui bersama tentang apa makna dan fungsi
Pancasila dalam bidang Sosbud, tentu nantinya kita dapat merealisasikan fungsi
Pancasila secara nyata dalam bidang Sosbud. Dari realisasi nyata ini, setidaknya
dapat mengembalikan fungsi Pancasila dalam bidang Sosbud yang kini mulai
dilupakan oleh banyak masyarakat Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan
ditemukan berbagai macam permasalahan dalam bidang Sosbud. Perkembangan
jaman yang semakin maju membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan
manusia, maka dari itu penghayatan dan tindakan nyata tentang Pancasila dalam
bidang Sosbud juga harus ditingkatkan di jaman globalisasi seperti saat ini.

B.

Pembahasan Pengertian Pancasila dalam bidang Sosial budaya.

Mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan dalam masyarakat
majemuk. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut
pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional
diperlukan sebagai landasan atau media sosial yang memperkuat persatuan. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap
nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam dari seluruh wilayah Nusantara menuju pada
tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap
budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa
dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak
menciptakan kecemburuan, diskriminasi dan ketidakadilan sosial.

C. Pembahasan Nilai-nilai yang tertuang dalam pelaksanaan Pancasila di


bidang Sosial budaya
1) Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan
Tuhan dikaruniai berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional dan memiliki hati
nurani, yang membedakan manusia dari makhluk lain ciptaan Tuhan. Kemampuan dasar
tersebut adalah cipta, rasa, karsa, karya dan budi luhur. Di samping itu manusia juga
dikarunia kebebasan untuk memanfaatkan potensi tersebut. Dengan kemampuan ini
manusia dapat memahami segala hal yang berkembang di sekitar dunianya, mampu
menangkap maknanya, mampu memberikan penilaian dan selanjutnya menentukan pilihan
terhadap hal-hal yang akan dilaksanakan atau dihindarinya, yang harus dipertanggung
jawabkan.
2) Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu
dalam suasana yang selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila
setiap warga masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya, menyadari akan peran,
fungsi dan kedudukannya sesuai dengan amanah Tuhan Yang Maha Esa.
3) Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti
makhluk jamadi, makhluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun udara,
untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan penuh kearifan. Segala makhluk tersebut
perlu didudukkan sesuai dengan peruntukannya, sesuai dengan fungsinya, peran dan
kedudukannya dalam menciptakan harmoni, dan kelestarian ciptaan-Nya. Setiap makhluk
mengemban amanah dari Tuhan untuk diamalkan dengan sepatutnya.
4) Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh
Tuhan dengan nafsu, akal dan kalbu yang merupakan pendorong dalam menentukan pilihan
dan tindakan. Tanpa nafsu, akal dan kalbu tersebut maka manusia sekedar sebagai makhluk

nabati, yang tidak memiliki semangat untuk maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan
dalam hidupnya. Dalam memanifestasikan nafsu tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan
budi luhur, sehingga pilihan tindakan akan menjadi arif dan bijaksana. Di sini letak martabat
seorang manusia dalam menentukan pilihannya; dapat saja yang berkuasa dalam
menentukan pilihan ini adalah hawa nafsu, sehingga pilihan tindakannya menjadi bermutu
rendah; dapat pula pilihan ini didasarkan oleh pertimbangan akal sehat dan dilandasi oleh
budi luhur dan bimbingan keyakinan agama, sehingga pilihan tindakannya menjadi
berbudaya dan beradab.

D. Pembahasan hambatan dalam pelaksanaan Pancasila dalam bidang


Sosial budaya.
.
Sosial dan budaya adalah satu kesatuan hal yang sangat mudah berubah,
yang disebabkan oleh adanya perkembangan zaman seperti, Globalisasi yang
membuat dengan mudahnya budaya bangsa luar masuk ke negara kita, perubahan
gaya hidup, hingga masuknya kebiasaan-kebiasaan masyarakat negara lain
kedalam negara kita, yang membuat hilangnya rasa bangga terhadap budaya yang
terdapat pada negara indonesia. Perubahan sosial budaya itu sendiri adalah sebuah
gejala perubahan struktur sosial dan pola budaya dalam masyarakat. Perubahan
sosial dan budaya ini merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat. Seperti terjadinya pergeseran gaya hidup (life style) yang oleh
sejumlah pakar gejala ini termasuk jenis kemiskinan sosial-budaya. Beberapa hal
lainnya: manusia hidup cenderung materialistik dan individualistik, menurunnya
rasa solidaritas, persaudaraan, rasa senasib-sepenanggungan, keharusan
mengganti mata pencaharian, pelecehan terhadap institusi adat, dan bahkan
pengikisan terhadap nilai-nilai tertentu ajaran agama. Ciri ini telah ada dan
berkembang hingga ke daerah-daerah. Dulu masih dapat dinikmati indahnya
hubungan kekeluargaan (silaturrahim), realitas sekarang semua itu sudah
tergantikan dengan komunikasi jarak jauh. Misalnya, kebiasaan berkunjung ke
daerah untuk merayakan lebaran atau hari-hari penting lainnya, telah tergantikan
dengan telpon atau e-mail. Mestinya kondisi ini tidak perlu terjadi pada bangsa
yang dikenal ramah, santun, dan religius. Perubahan ini terjadi sesuai dengan
hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Ini
menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh

karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
Pancasila.
Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya
memberikan tantangan yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukkan. Perlu
dipahami bahwa identitas nasional, dalam hal ini Pancasila mempunyai tugas
menjadi ciri khas, pembeda bangsa kita dengan bangsa lain selain setumpuk tugastugas mendasar lainnya. Namun ketika Pancasila ini dibutuhkan, masyarakat
seringkali melupakan isi penting Pancasila, saat ini Pancasila menghadapi kendala
yang besar untuk menyikapi globalisasi yang melanda lunturnya sosial dan budaya
masyarakat Indonesia. Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat
maka hal ia akan mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi
adalah tantangan bangsa ini yang bermula dari luar, sedangkan pluralisme sebagai
tantangan dari dalam yang jika tidak disikapi secara bijak tentu berpotensi menjadi
masalah yang bisa meledak suatu saat nanti. Berhasil atau tidaknya kita menjawab
tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita memaknai dan
menempatkan Pancasila dalam berpikir dan bertindak.

F. Pembahasan sikap dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Pancasila


dalam bidang Sosbud.
Perlu kita sadari bahwa Pancasila bukanlah sesuatu yang beku dan statis,
Pancasila cenderung terbuka, dinamis selaras dengan keinginan maju masyarakat
penganutnya. Implikasinya ada pada identitas nasional kita yang terkesan terbuka,
serta terus berkembang untuk diperbaharui maknanya agar relevan dan fungsional
terhadap keadaan sekarang. Dengan keaneka ragaman suku dan budaya di
Indonesia, kita selaku warganya harus dapat menciptakan dan mengamalkan
pengaktualisasian Pancasila pada bidang ini, karena akan memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam upaya mempersatukan bangsa Indonesia ini. Oleh karenanya
diperlukan juga pengendalian aktualisasi sosial dan budaya dengan tepat dan juga
seimbang antara budaya yang satu dengan yang lainnya, yang terdapat
diIndonesia. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya
hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi
sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada
tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.
Selain itu perlu pula digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan. Beberapa langkah mengantisipasi arus
globalisasi yang kian datang menerpa, diantaranya:
1.

Mendalami nilai-nilai pancasila

2.

Membangun rasa nasionalisme

3.

Mengembangkan kembali konsep wawasan nusantara

4.

Mengangkat budaya' sebagai dasar pembangunan nasional

5.

Menyikapi dengan bijak arus globalisasi

6.

Kritis dalam menyikapi tantangan zaman

G. Penutup
1.

Kesimpulan

a. Yang dimaksud dengan Pancasila dalam bidang Sosbud adalah sarana


dalam memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia khususnya dalam
bidang Sosbud.
b. Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu
dalam suasana yang selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila
setiap warga masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya, menyadari akan peran,
fungsi dan kedudukannya sesuai dengan amanah Tuhan Yang Maha Esa.

c.
Cara mengatasi kendala dalam pelaksanaan Pancasila dalam bidang
Sosbud yaitu mendalami nilai-nilai pancasila, membangun rasa nasionalisme,
mengembangkan kembali konsep wawasan nusantara, mengangkat budaya'
sebagai dasar pembangunan nasional, menyikapi dengan bijak arus globalisasi.
2.

Saran

a. Peningkatan pemberian penyuluhan tentang Pancasila dalam bidang


Sosbud kepada masyarakat.
b. Peningkatan pengawasan tentang penyuluhan Pancasila dalam bidang
Sosbud kepada masyarakat.
c.

Peningkatan pengawasan pelaksanaan Pancasila dalam bidang Sosbud.

d. Pancasila sebagai satu-satunya alat penyaring kebudayaan asing di


Indonesia.

3. Tanggapan
Bangsa Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi, dengan
menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap

bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga
kepribadian bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi, serta bisa mengambil hal-hal positif
dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepadaPancasila sebagai dasar negara sehingga
bisa membantu pembangunan dan perkembangan negara.

H. Referensi
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB).
(2009).
Peran pendidikan mewujudkan demokrasi. Diakses dari
http://lppkb.wordpress.com/2011/03/16/pedoman-umum-implementasipancasila-dalam-kehidupan-bernegara/. 22 November 2014.
. (2010). Aktualisasi Pancasila di era globalisasi. Diakses dari
http://chumyelith.blogspot.com/2010/01/aktualisasi-pancasila-di-era.html.
November 2014.

23

.. (2012). Lunturnya ideology Pancasila dalam era globalisasi. Diakses


dari http://chayu-21.blogspot.com/2012/06/lunturnya-ideologi-pancasila-dalamera.html. 23 November 2014.
Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Вам также может понравиться