Вы находитесь на странице: 1из 23

1

Muhammad Darhan Mauludi


1206221153
Teknik Elektro S1 Paralel

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Sebagai sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang distribusi gas bumi, PT.

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Sangat memperhatikan kualitas peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan kerjanya. Umumnya semakin baik kualitas peralatan
yang digunakan, akan semakin baik pula hasil yang dicapai perusahaan dan semakin baik
pula daya tahan peralatan tersebut terhadap terjadinya kerusakan, baik akibat usia maupun
sebab lainnya. Peralatan berkualitas tinggi ini tentunya membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, baik untuk pembelian, pemeliharaan, maupun perbaikan ketika terjadi kerusakan.
Peralatan mahal tersebut tidak hanya berupa pipa gas, melainkan juga peralatan listrik seperti
generator, motor-motor besar, kompresor, dan lain-lain. Tentunya perusahaan ingin
melindungi peralatan-peralatan mahal yang ada agar dapat terus beroperasi dan terhindar dari
biaya perbaikan yang tidak terduga, akibat peralatan yang rusak dan perlu diperbaiki.
Oleh karena itu, dibutuhkan proteksi tenaga listrik untuk melindungi peralatanperalatan listrik milik PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dari masalah-masalah
kelistrikan yang dapat terjadi saat sedang beroperasi. Dengan proteksi yang tepat, maka
peralatan listrik terhindar dari kerusakan ketika ada sebuah gangguan yang bersifat
sementara. Jika proteksi sistem tenaga listrik baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh
karena jika dalam suatu sistem terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat
menyebar ke peralatan yang lain berkat adanya proteksi tersebut.
Proteksi listrik yang digunakan di Stasiun Kompresor Pagardewa berperan untuk
melindungi peralatan dari kerusakan sehingga perusahaan terhindar dari kerugian yang tidak
diinginkan. Untuk menjamin peralatan listrik agar benar-benar terlindung, ketika suatu
proteksi telah gagal melindungi, akan ada proteksi lain yang masih melindungi peralatan,

sehingga peralatan yang ada terlindungi dari bahaya kualitas daya yang buruk, mencegah
kerusakan alat, dan perusahaan dapat terhindar dari kerugian.
Salah satu sistem proteksi tenaga listrik yang digunakan adalah SEPAM. SEPAM
adalah relay proteksi yang memiliki beragam fungsi proteksi, sehingga cocok digunakan
untuk melindungi peralatan mahal milik perusahaan. Namun, jika proteksi ini tidak
digunakan dengan benar, malah akan merepotkan bahkan berpotensi untuk merugikan
perusahaan. Misalnya terdapat masalah pada pengaturan di alat SEPAM. Masalah inilah yang
akan dibahas pada skripsi ini beserta dengan penjelasan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

I.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya:


1. Masalah apa yang terjadi pada proteksi SEPAM?
2. Apakah penyebab dari masalah ini?
3. Bagaimana cara menanggulangi masalah ini?

I.3

Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan optimasi pada alat

proteksi SEPAM yang ada di Stasiun Kompresor Pagardewa.

I.4

Pembatasan Masalah
Agar skripsi ini lebih terarah, maka penulis menitikberatkan masalah pada SEPAM

dengan lingkup yang menjadi batasan penelitian yaitu:


1. Alat Proteksi SEPAM
2. Jaringan listrik PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Khususnya di
Stasiun Kompresor Pagardewa
3. Pengaturan pada SEPAM.

I.5

Metode Penelitian
Penulisan yang dilakukan menggunakan metode pemaparan atas apa yang telah

penulis dapatkan di lapangan selama melakukan penelitian dan ditambah dengan analisa
terhadap beberapa data yang menurut penulis cukup menarik untuk dibahas.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari dokumendokumen yang diberikan oleh pembimbing, teknisi, ditambah dengan mempelajari
buku-buku yang memiliki keterikatan dengan permasalahan yang dibahas. Terutama
mengenai pengaturan waktu tunda pada SEPAM.
2. Pengumpulan informasi dari narasumber, yaitu mengadakan diskusi dan konsultasi
dengan teknisi lapangan, pembimbing, dan orang-orang yang ahli di bidangnya.
3. Survey lapangan, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan

I.6

Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis akan mengaplikasikan

sistematika penulisan skripsi sebagai berikut. Pada bab satu akan berisi pendahuluan berupa
latar belakang, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Untuk dapat memahami permasalahan yang dibahas pada skripsi ini,
maka terdapat dasar teori pada bab dua, yang berisi tentang proteksi, pengertian relay
proteksi, fungsi relay proteksi, syarat-syarat relay proteksi, relay SEPAM, relay GMR, dan
software ETAP. Setelah itu, pada bab tiga akan dibahas kondisi kelistrikan Stasiun
Kompresor Pagardewa, mulai dari deskripsi umum, spesifikasi motor pendukung GTCP,
GEG, DEG, UPS, filosofi operasi dan control, pengentian darurat, dan setting dari relay
SEPAM dan relay GMR, serta Skenario ETAP. Kemudian dari data-data yang ada, dilakukan
analisis pada bab empat, yang berisi tentang masalah yang terjadi pada relay SEPAM, apa
penyebabnya, bagaimana cara menanggulanginya, dan hasil dari simulasi software ETAP.
Terakhir, kesimpulan dari yang diperoleh dari penelitian skripsi ini ditulis pada bab lima.

BAB II

RELAY PROTEKSI

II.1 Pengertian Proteksi


Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang di lakukan
terhadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik tersebut.
Misalnya Generator, Transformator, Jaringan Transmisi/distribusi dan lain-lain terhadap
kondisi abnormal dari sistem itu sendiri. Yang di maksud dengan kondisi abnormal tersebut
antara lain dapat berupa :
a)
b)
c)
d)

Hubung singkat
Tegangan lebih/kurang
Frekuensi sistem turun/naik
Dll

II.2 Pengertian Relay Proteksi


Relay proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan
atau mengukur adanya ketidaknormalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik.
Informasi yang diperoleh dari sistem tenaga listrik akan digunakan untuk membandingkan
besarannya dengan besaran ambang-batas (threshold setting) pada peralatan proteksi. Apabila
besaran yang diperoleh dari sistem melebihi setting ambang-batas peralatan proteksi, maka
relay proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut. Relay proteksi bekerja
secara otomatis untuk mengatur atau memberikan informasi agar segera membuka pemutus
tenaga. Apabila kontak-kontak relay menutup, maka rangkaian-rangkaian trip pemutus tenaga
yang terkait mendapat energi dan kontak-kontak breaker membuka, memisahkan/mengisolir
bagian yang terganggu dari sistem. Kemudian relay akan memberikan isyarat bahwa telah
terjadi gangguan, misalnya dengan lampu dan alarm.

II.3 Fungsi Relay Proteksi


Tujuan pemasangan relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih normal, sekaligus
mengamankan bagian yang masih nornal dari kerusakan yang lebih parah, dengan cara :
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.

2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang


mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu dapat dihindari dan bagian sistem lainnya tetap dapat
beroperasi.
3. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
4. Mengamankan Manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik

II.4 Syarat-syarat Relay Proteksi


Untuk memenuhi fungsi diatas, maka relay proteksi harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
1. Selektif
Kualitas kecermatan dari relay untuk mengamankan suatu alat atau bagian dari
sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamannya. Bagian yang terbuka dari
suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga
daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay proteksi hanya akan bekerja
selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah
pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada
keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
2. Handal
Dalam keadaan normal dan beban maksimal, relay harus tidak bekerja, bahkan
mungkin jika sistem tenaga listrik stabil, relay tidak akan bekerja untuk waktu
yang lama. Akan tetapi apabila terjadi gangguan, relay tetap harus dapat
bekerja (relay tidak boleh gagal bekerja).
3. Cepat
Waktu kerja relay cepat bereaksi dalam kondisi abnormal. Sehingga
memperkecil kemungkinan kerusakan dan memperkecil kemungkinan
meluasnya daerah gangguan.
4. Sensitif
Cukup sensitif dalam merasakan gangguan yang terjadi di jangkauan
pangamanannya meskipun dalam kondisi rangsangan yang minimum atau

pada saat terjadi gangguan pada titik terjauh dari suatu daerah sistem
pengaman.
5. Ekonomis
Harga relay harus dipertimbangkan dengan baik. Artinya, secara ekonomis,
harga yang dibutuhkan untuk relay proteksi harus lebih murah daripada
kerugian ketika terjadi kegagalan sistem.

II.5 SEPAM B21


SEPAM (Square D Electrical Protection and Monitoring) merupakan produk keluaran
Schneider Electric yang memiliki fungsi sebagai relay digital untuk proteksi pada suatu mesin
listrik dalam bentuk hardware dan software yang menggunakan standar ANSI. SEPAM
merupakan gabungan dari beberapa relay proteksi diintegrasikan dalam satu alat. Alat ini
memilki bermacam macam seri, dengan fungsi dan fasilitas yang bervariasi.
SEPAM yang digunakan oleh Stasiun Kompresor Pagardewa PT. Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk. adalah SEPAM series 1000+. SEPAM 1000+ sendiri memiliki 6 jenis
macamnya dengan fitur yang berbeda-beda, tergantung alat listrik yang akan diproteksi.
Berikut adalah 6 jenis SEPAM :

SEPAM 1000+ jenis S.

Digunakan untuk proteksi Switchgear.

SEPAM 1000+ jenis B.

Digunakan untuk proteksi Busbar.

SEPAM 1000+ jenis T.

Digunakan untuk proteksi Transformator.

SEPAM 1000+ jenis M. Digunakan untuk proteksi Motor Listrik.

SEPAM 1000+ jenis C.

SEPAM 1000+ jenis G. Digunakan untuk proteksi Generator.


SEPAM yang digunakan pada Stasiun Kompresor Pagardewa adalah jenis SEPAM

Digunakan untuk proteksi Kapasitor Bank.

1000+ tipe B21. Alasan digunakannya SEPAM tipe B21 adalah karena fungsinya untuk
proteksi Busbar, seperti yang telah tertulis pada tabel dibawah.

Tabel II-1 Tipe SEPAM

Seperti terlihat pada tabel diatas, fungsi utama SEPAM tipe B21 adalah proteksi untuk
penggunaan normal, dan berfokus pada fungsi proteksi tegangan dan frekuensi. Selain itu,
ada 2 tabel lagi yang akan menjelaskan fungsi SEPAM tipe B21.
Tabel II-2 Fungsi SEPAM tipe B21

Tabel II-3 Fungsi SEPAM tipe B21

Dapat dilihat pada tabel bahwa SEPAM tipe B21 memiliki 3 fungsi proteksi, yaitu
ANSI 27, ANSI 59, dan ANSI 81. Menurut dokumen ANSI numbers IEEE Standard
Electric Power System Device Function Numbers acc. to IEEE C.37.2-1991, masingmasing proteksi tersebut adalah adalah:

ANSI 27
: Relay Undervoltage
Bekerja ketika tegangan input lebih kecil daripada tegangan yang telah ditentukan

ANSI 59
: Relay Overvoltage
Bekerja ketika tegangan input lebih besar daripada tegangan yang ditentukan

ANSI 81
: Relay Frekuensi
Bekerja ketika frekuensi input lebih rendah ataupun lebih tinggi daripada frekuensi
yang telah ditentukan

Dari data ini, dapat dilakukan analisa untuk memperkecil ruang lingkup permasalahan yang
ada pada proteksi SEPAM di Stasiun Kompresor Pagardewa PT. Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk. Sehingga akan mempermudah dalam identifikasi masalah yang ada.

Gambar II-1 Relay Proteksi SEPAM

10

II.6 GE 489 GMR


Generator Management Relay tipe 489 yang dikeluarkan oleh perusahaan General
Electric, adalah relay berbasis mikroprocessor yang didesain untuk memproteksi dan
mengelola generator sinkron dan generator induksi. GMR 489 dilengkapi dengan 6 output
relay untuk trip dan alarm. GMR 489 memiliki fitur proteksi generator, diagnosa gangguan,
power metering, dan fungsi RTU yang terintegrasi menjadi satu paket.
Diagnosa gangguan disediakan dengan pre-trip data, event record, waveform capture,
dan statistik. Sebelum memberi perintah untuk trip, GMR 489 megambil snapshot dari
parameter yang diukur dan menyimpannya dalam catatan beserta dengan penyebab trip. Data
pre-trip ini dapat dilihat dengan tombol NEXT sebelum trip direset, atau dengan mengakses
last trip data di dalam menu actual values halaman 1. Event Recorder akan menyimpan
maksimal 256 kali trip dan diberi cap tanggal, termasuk data pre-trip. Setiap kali terjadi trip,
trip counter akan menyimpan jumlah kejadian yang dikelompokkan sesuai dengan jenis
penyebab trip.

Gambar II-2 489 Generator Management Relay

11

Tabel II-4 Daftar Lengkap Fungsi Proteksi GE 489 GMR

12

II.7 ETAP 12.6


ETAP 12.6 adalah software untuk melakukan simulasi dan analisis terhadap rancangan
dari suatu Sistem Tenaga Listrik. Sebelum membuat suatu sistem, sebaiknya dilakukan
perencanaan yang matang, mulai dari panjang kabel, tebal kabel, merek kabel, hingga jenisjenis relay yang akan digunakan. Analisis dari perancangan sistem ini diperlukan untuk
melihat apakah sistem tersebut sudah layak untuk digunakan perusahaan dalam menjalankan
proses produksi, tanpa perancangan sistem yang baik, perusahaan beresiko mengalami
kerugian besar di kemudian hari akibat kegagalan sistem, sehingga perusahaan tidak dapat
menjalankan proses produksi seperti biasanya.
Analisis yang dapat dilakukan di ETAP antara lain : load flow analysis, short circuit
analysis, transient analysis, dan masih banyak lagi. Semua data yang dibutuhkan untuk
merancang dan mensimulasikan Sisem Tenaga Listrik, diantaranya kabel, relay, trafo,
generator, dan lain-lain telah terdapat didalam library pada aplikasi ETAP secara lengkap,
sehingga dipilihlah software ETAP untuk penelitian skripsi ini.

Gambar II-3 Software ETAP

13

BAB III KONDISI KELISTRIKAN STASIUN KOMPRESOR PAGARDEWA

III.1 Deskripsi Umum


Listrik di Stasiun Kompresor Pagardewa dipasok dari 2 (dua) Gas Engine Generator
(GEG) atau Pembangkit Bermesin Gas (satu beroperasi, satu stand by). Untuk menjaga
kehandalan pasokan listrik, Diesel Engine Generator (DEG) atau Pembangkit Bermesin
Diesel disiapkan sebagai cadangan. DEG akan secara otomatis menyala jika kedua GEG
gagal beroperasi. Selain itu, disediakan juga Uniterruptible Power Supply (UPS) atau
Pasokan Listrik Tak Terputus untuk menjaga pasokan listrik ke sistem kontol saat DEG juga
gagal beroperasi. Seluruh generator yang ada di Stasiun Kompressor Pagardewa
menghasilkan listrik 3 fasa 380VAC yang langsung dapat digunakan oleh peralatan listrik
maupun motor listrik yang ada, oleh karena itu tidak diperlukan trafo pada sisi pembangkitan.
Listrik dari semua pembangkit didistribusikan melalui Low Voltage Switchgear ke
semua Motor Control Center (MCC) atau Pusat Kontrol Motor dimana beban listrik dibagi
menjadi essential A/B dan normal A/B. MCC essential (MCC ESS A/B) memasok listrik
untuk pemakai yang dibutuhkan untuk selalu bekerja. Sisa beban masuk ke dalam MCC
Normal A/B.
GEG akan memasok baik ke MCC ESS A/B maupun MCC Normal A/B. Saat kasus
darurat, pembangkit listrik terakhir, DEG hanya akan menyuplai listrik hanya untuk MCC
ESS A/B.
Dummy Load atau Beban Boneka disediakan untuk menyerap listrik berlebih, saat
listrik yang dihasilkan dari pembangkit lebih besar daripada listrik yang dibutuhkan oleh
beban. Hal ini untuk menjaga agar kerja optimal dari generator terjaga, yaitu pada kisaran
beban 60%.
Sistem pembangkit listrik juga melingkupi kebutuhan listrik untuk stasiun pipa
Pagardewa dan fasilitas akomodasi Pagardewa.

III.2 Spesifikasi Perangkat Pendukung GTCP (Gas Turbine Compressor Package)


Stasiun Kompresor Pagardewa memiliki banyak motor-motor besar untuk mendukung
proses kerjanya, namun, komponen utama dari Stasiun Kompresor Pagardewa, sesuai
namanya, adalah GTCP. Spesifikasi GTCP tidak dibahas disini karena GTCP tidak

14

membutuhkan daya dari generator, melainkan dapat hidup dengan daya sendiri. Namun,
motor-motor pendukung agar GTCP ini dapat bekerja dengan baik membutuhkan daya dari
generator, sehingga GTCP tetap akan ikut terkena dampak apabila generator bermasalah dan
mengalami trip. Tanpa komponen pendukung ini, GTCP akan mengalami shutdown dalam
waktu sekitar 3 menit. Hal ini tentu sangat merugikan perusahaan. Dikarenakan pentingnya
komponen penunjang ini, komponen ini dirancang agar langsung menyala kembali sesaat
setelah generator kembali online, berbeda dengan motor-motor dan beban-beban besar lain
yang harus dinyalakan secara manual. Oleh karena itu, hanya 3 motor besar ini saja yang
dibahas. Komponen-komponen tersebut adalah:
a) Enclosure fan
b) Lube oil cooler
c) After cooler
Spesifikasi:
a)

Enclosure Fan
15 HP
(11.19 kW)
400 VAC
20.8 Ampere
1460 RPM

b)

Lube Oil Cooler


10 HP
(7.46 kW)
380 VAC
14.5 Ampere
1460 RPM

c)

After Cooler
22 kW
(29.49 HP)
380 VAC
42 Ampere
1480 RPM

15

III.3 Pembangkit Bermesin Gas (GEG)


Pembangkit digerakkan dengan mesin gas untuk membuat listrik sejumlah 725kW
(masing-masing) dengan kebutuhan sebagai berikut:

Tegangan Nominal Bus

: 380V/220V AC + 3 Phase + 4 Wire

Frekuensi

: 50 Hz

Saat beban maksimum, satu GEG akan memakai 142.28 Standard Cubic Feet per Minute
(SCFM)
Tabel III-5 Komposisi gas untuk pembangkit bermesin gas
No

Gas

.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Composition
CH4
C2H6
C3H8
iC4H10
nCH4H10
iC5H12
nC5H12
C6+
N2
CO2
H2S
H20
O2
Total

Unit

Case 1

Case 2

Case 3

Case 4

Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%
Mol%

81.673
4.964
3.655
0.697
0.942
0.329
0.160
0.140
2.820
4.323
0.000
0.032
0.265
100

81.693
4.965
3.654
0.696
0.940
0.328
0.159
0.124
2.820
4.323
0.000
0.032
0.265
100

82.328
5.498
3.999
0.783
1.029
0.433
0.113
0.119
1.214
4.099
0.000
0.032
0.352
100

81.700
4.965
3.654
0.696
0.940
0.327
0.159
0.119
2.821
4.323
0.000
0.032
0.265
100

Gas Engine Generator yang terpasang adalah Caterpillar G3516 LE dengan kapasitas
870 Kilowatt (kW), arus maksimal 1569 Amp, tegangan 400 Volt, frequency 50 Hz.
Berdasarkan data dan pengalaman di lapangan, ketika generator yang running
mengalami trip, waktu yang dibutuhkan untuk starting generator yang stand by hingga
tercapai 380V adalah sekitar 8 hingga 12 detik. Generator sudah memiliki 2 proteksi, yaitu
ACB pada bagian Incoming di ruang MCC dan Control Panel generator itu sendiri, dimana
terdapat Generator Management Relay (GMR) didalamnya.

16

III.4 Pembangkit Bermesin Diesel (DEG)


Pada saat GEG dihentikan, yaitu saat darurat, perawatan, atau penyalaan awal, DEG
akan memenuhi kebutuhan listrik untuk pemakai essential.
DEG memproduksi listrik 450 kW dengan kebutuhan sebagai berikut :

Tegangan Nominal Bus

: 380V/220V AC + 3 Phase + 4 Wire

Frekuensi

: 50 Hz

Saat beban maksimum, satu DEG akan memakai 0.61 Galon tiap menit (GPM).
DEG membutuhkan industrial diesel oil atau minyak diesel industry (IDO) sebagai bahan
bakar. Kebutuhan IDO adalah sebagi berikut :

Tabel III-6 Kebutuhan IDO


No
.
1

Test
Spesific Gravity

Unit

Limits
Mi Ma

60/60 0F

n
0.8

x
0.92

Test Methods
Other
ASTM
s
D-1298

17

4
2

Viscosity

Redwood

1/100 0F
Pour Point

Sulphur Content

Secs

35

45

D-445

0F

65

D-97
D-

%wt

1.5

1551/155

IP-70

2
5
6
7
8
9
10
11

Conradson

Carbon

Residue
Water Content
Sediment
Ash
Neutralization

%wt

% vol
%wt
%wt
Value: mgKOH/h

Strong Acid Number


Flash Point (P.M.C.C)
Color ASTM

r
0F

D-189

0.25
2.02
0.02

D-95
D-473
D-482

Nil

D-974

150
6

D-93
D-1500

III.5 Uniterruptible Power Supply atau Pasokan Listrik Tak Terputus (UPS)
Saat semua pembangkit dihentikan, seperti saat pemeliharaan, UPS akan melayani
kebutuhan listrik untuk sistem control dan panel essential.
UPS akan membuat listrik dengan kebutuhan sebagai berikut:

Tegangan Nominal Bus

: 220V AC + 1 Phase + 2 Wire

Frekuensi

: 50 Hz

Waktu Back Up baterai dapat memenuhi kebutuhan listrik minimum selama 90 menit pada
beban puncak.

III.6 Filosofi Operasi dan Kontrol


Saat operasi normal GEG memasok listrik yang dibutuhkan Stasiun Kompresor
Pagardewa, stasiun pipa Pagardewa, dan fasilitas akomodasi Pagardewa. Saat GEG yang
bekerja mati, GEG yang bersiap secara otomatis akan menyala. Saat GEG yang bekera mati,
GEG yang berisap secara otomatis akan menyala. Saat GEG tidak bias menyala (setelah 6x

18

percobaan), DEG secara otomatis akan menyala untuk memasok listrik ke pemakai essential
hanya untuk Stasiun Kompresor Pagardewa saja.
Pemakai essential adalah:

Kompresor Udara A & B

Pompa Pengisi Bahan Bakar Diesel

Pompa Pengirim Bahan Bakar Diesel A & B

Pompa Distribusi Air Utilitas A & B

Pompa Air Minum A & B

Pompa Sumur Dalam A & B

Pompa Pelumas Minyak pre/post A, B, & C

Paket Pengolahan Air Utilitas A & B

Paket Pengolahan Air Minum A & B

Kipas Exhaust untuk gedung kompresor A, B, C, & D

Kipas Exhaust untuk gedung pembangkit A, B, & C

DC Battery Charger untuk GEG & DEG

DC Battery Charger untuk kompresor A, B, & C

UPS

Panel Untuk Gedung Akomodasi #1 & #2

Panel Untuk Stasiun Kompresor

Panel Untuk Gedung Kontrol

Panel Untuk Gedung Kontrol Listrik

Panel Gudang

Panel Kantor Setempat

19

Panel Masjid

Saat kedua GEG tidak bisa menyala, satu-satunya penyedia listrik adalah UPS. UPS
memasok pemakai berikut maksimum selama 90 menit operasi.

Panel Papan Distribusi (CSCS, ESD, Pengukur)

SFAP

BFAP

Pengering Udara A & B

CCTV

Switchgear

Paging

PABX

SCCP

MCC Normal A & B

MCC Essential A & B

III.7 Penghentian Darurat


ESD adalah satu-satunya sumber dari luar paket yang menyebabkan Pembangkit
Bermesin Gas berhenti. Sinyal ESD secara otomatis akan menghentikan kerja dari
pembangkit.
ESD adalah singkatan dari Electro Static Disharge yaitu suatu metode pembuangan
listrik statis dengan tujuan menghindari kerusakan komponen elektronik aktif dari terkena
listrik statis yang melebihi batas kemampuan suatu komponen elektronik, komponen
elektronik aktif memiliki kemampuan berbeda-beda terhadap besarnya listrik statis.

20

Pembangkit Bermeesin Diesel dibuat untuk menyediakan listrik darurat saat GEG
tidak bekerja. Listrik darurat dibutuhkan untuk sistem control dan sistem udara instrument.
Namun, saat ada kasus kebakaran di Gedung Pembangkit, operator harus menimbang apakah
perlu mematikan DEG atau tidak.

III.8 SEPAM B21


Berikut adalah tabel setting dari SEPAM:
Tabel III-7 Setting SEPAM B21

Proteksi
27 - 1
27 - 2
27D - 1
27D - 2
27R
27S
59 - 1
59 - 2
59N - 1
59N - 2
81H
81L - 1
81L - 2

Nama
Phase-to-Phase Undervoltage
Phase-to-Phase Undervoltage
Positive Sequence Undervoltage
Positive Sequence Undervoltage
Remanent Undervoltage
Phase-to-Neutral Undervoltage
Phase-to-Phase Overvoltage
Phase-to-Phase Overvoltage
Neutral Voltage Displacement
Neutral Voltage Displacement
Overfrequency
Underfrequency
Underfrequency

Status
On
Off
Off
Off
Off
Off
Off
Off
Off
Off
On
On
Off

Setting
92%Unp
20%Unp
15%Unp
30%Unp
90%Unp
20%Vnp
110%Unp
120%Unp
20%Unp
10%Unp
53Hz
47Hz
49Hz

Delay
4s
100ms
100ms
100ms
100ms
100ms
100ms
100ms
100ms
100ms
4s
3s
100ms

Dari tabel diatas, terlihat bahwa terdapat 3 relay yang berada dalam kondisi menyala.
Masing-masing dari relay tersebut adalah untuk proteksi undervoltage, underfrequency, dan
overfrequency. Batas-batas dari pengaturan relay-relay tersebut adalah:

21

Nama Proteksi
27 - Undervoltage
81L - Underfrequency
81H - Overfrequency

Setting
5% - 100% Unp
45 Hz 50 Hz
50 Hz 53 Hz

Gambar III-4 Contoh Setting SEPAM

Time Delay
0.05s 300s
0.1s 300s
0.1s 300s

22

III.9 GE 489 GMR


Berikut adalah tabel setting dari 489 GMR
Tabel III-8 Setting 489 GMR

Nama Proteksi

Overvoltage Trip

Status
Latche
d
Latche
d

Phase Reversal
Trip
Underfrequency
Trip

Latche
d
Latche
d

Undervoltage Trip

Overfrequency
Trip
Neutral
Overvolatge Trip
Neutral
Undervolatge Trip

Latche
d

Setting

Delay

Res
et
Rat
e

0.90*Rated

5s

1s

1.10*Rated
Voltage
Level
Cutoff :
0.80*Rated
Level 1 :
45Hz
Level 2 :
44Hz
Voltage
Level
Cutoff :
0.80*Rated
Level 1 :
55Hz
Level 2 :
57Hz

5s

1.4s

Block
Underfrequency
from Online : 1s
Delay 1 : 5s
Delay 2 : 2s
Block
Overfrequency
from Online : 1s
Delay 1 : 5s
Delay 2 : 2s

Curve
Elem
ent
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time
Definit
e Time

Off
Off

Nama Proteksi
Undervoltage
Underfrequency
Overfrequency

Setting
0.50 0.99 x Rated
20 60 Hz
25.01 70 Hz

Time Delay
0.2 10 s
0.1 5000 s
0.1 5000 s

23

III.10 Skenario ETAP

Вам также может понравиться