Вы находитесь на странице: 1из 53

Dec

29

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN


DASAR II KOMUNIKASI PADA
LANSIA
Tugas Kelompok

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR II


KOMUNIKASI PADA LANSIA
OLEH : KELOMPOK III
NARSI SIRAJUDDIN
AZLINA
DENNIAR
ELI MELINDA
NASRIANI

ASWAR
AYU ANDIRA
NIHRA NASIR
NIRMA ALWI
NOVITA HASBAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN DASAR I ,ini dapat
kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

Bulukumba, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................................
B. Rumusan masalah............................................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
:
A.
B.
C.
D.

Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia................................................


Komunikasi pada lansia...................................................................................
Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia................
Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi
dan pada reaksi penolakan..............................................................................
E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.......................................
F. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia. ...............................
BAB III PENUTUP :
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki
interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk
menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat
dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 :
188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul komunikasi pada lansia.

B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia ?
Komunikasi pada lansia ?
Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia ?
Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan ?
5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?

6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ?


C.
1.
2.
3.
4.

Tujuan Penulisan
Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia.
Komunikasi pada lansia.
Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia.
Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.
5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.
6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi dan lansia
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja,
1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
(Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya
sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu

di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari
Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Komunikasi pada lansia


Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang
tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang
tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b). Tekhnik komunikasi dengan lansia
1. Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik
pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi
berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati
karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang tepat
kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara
sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari
pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2. Teknik nonverbal komunikasi
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh,

perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak

metode primer yang non verbal.

3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan
diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus
pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

c.) Lingkungan wawancara.


a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti
cermin.
C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia
1. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga
karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.

2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan
respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5.

Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya

6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.


7. Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada
rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan
kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan
kontak dengan realita.
10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya,
perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes
7. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.
a. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta
penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai
konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari

pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan,
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.
b. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian kejadian nyata sesuatu
yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah
langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien
dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.


Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan
macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan
mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi
dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara cara sebagai berikut :
a.

Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.

b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang
sedang terjadi pada klien lansia serta hal hal yang dapat di lakukan dalam rangka
membantu.
c. Hendaknya pihak pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien
lansia mempergunakan penolakan atau denial.
8.

Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.


a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan
lama wawancara
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
3

Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang

sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak
5.

Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon

nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress
yang ada
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian. 8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.

12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi
Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
Berdiri di depan klien.
Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan
rohani.
Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian
9. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut
adalah:
Empati :istilah empati menyangkut pengertian :simpati atas dasar pengertian yang
mendalam.Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang
seorang lansia yang sakit dengan pengertian,kasih sayang dan memahami rasa penderitaan
yang dialami oleh penderita tersebut.Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan.Oleh karena itu
semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik dari penderita lansia.
Yang harus dan jangan: prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang
baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm)
bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat
seseorang menderita).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari ras nyeri,pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang
cukup,pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah
dan

praktis

untuk

dikerjakan.

Otonomi :yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.Tentu sekali saja hak tersebut mempunyai
batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan,apakah penderita
dapat membuat

putusan

secara mendiri/bebas.

Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi
semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak
mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi denan
orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk
melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.
B. Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam
pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab
itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA

http//komunikasi pada lansia.com

http//konsep komunikasi .co.id

Diposkan 29th December 2012 oleh narsi sirajuddin


0

Add a comment

Dec
14

MAKALAH PERTANGGUNG JAWABAN


DAN PERTANGGUNG GUGATAN

Tugas Kelompok
ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

MAKALAH
PERTANGGUNG JAWABAN DAN
PERTANGGUNG GUGATAN
Kelompok VII
MUH.ISMAR
MUH.ARIF
MUH.ARIF.J
MUH.IKHSAN
NARSI SIRAJUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PENRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN DASAR 1, ini
dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.
Bulukumba, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
A.

Halaman judul.............................................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN :
Latar belakang.................................................................................................
Rumusan masalah............................................................................................
Tujuan..............................................................................................................
Manfaat ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
:
Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas...................

B. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat.................................................


BAB III PENUTUP :
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati hati,

teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.Kepercayaan akan tumbuh, apabila
perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.
Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa bahwa perawat yang merawatnya kurang
terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan tidak memadai. . Pengertian Tanggung
Gugat (Akuntability) Akuntability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi konsekuensinya.
Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia
mengatakan siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan
segala tindakannya.

B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas?


2. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, kami menentukan tujuan dalam pembuatan makalah
ini, adalah:
1. Utuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab perawat
2. Untuk mengetahui tanggung gugat seorang perawat.
D.

Manfaat

1.

Mahasiswa dapat lebih mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat seorang perawat
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

2.

memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa tentang arti tanggung gugat dan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai perawat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tanggung Jawab dalam Keperawatan
Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing 1983:25)
Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates that the
professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurses
actions are honestly reported (Koziers, 1983:25)

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati,
teliti dan kegiatan.
Perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung
jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas
dalam sikap keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :


1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)
Contoh : Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti
balutan atau mengganti spreinya..
2.

Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya Mohon maaf pak
saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak
sejenak.

3.

Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires)
bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya Coba ibu jelaskan bagaimana
perasaan ibu saat ini. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ;

Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon
pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus
5.

Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory)
misalnya pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang
tadi

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see
the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan
bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.
1. Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA
Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam
Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar.
Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan
ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap
menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau
melanggar hukum.
2. Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)
Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak.
Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau
prosfektif (Bertens,1993:133). Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan
sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat
pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila
perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan

berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki
keturunan

adalah

hak

semua

manusia.

Perawat

secara

retrospektif

harus

bisa

mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut


pertimbangan medis.
3. Jenis tanggung jawab perawat
Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)
3.

Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan
atasan)

4. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien


Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama
adalah Tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan
hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik
pertanggung. jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut
ini :
1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?
2.

Apakah perawat mendoakan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk
kesembuhannya ?

3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?


4. Apakah perawat menjelaskan mafaat doa untuk kesembuhannya ?
5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?
7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah?
5. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.

Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah
kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun,
memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam
melaksanakan tugas.
Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku
perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap
klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya.
Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama
melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun
tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk
bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki
peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat
bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.
Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas;
Mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam
dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga
keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadangkadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada
klien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat. dsb.
Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat
secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan
pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring).
Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan
adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau
fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti pemberian obat maka

tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas tersebut
atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat
harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau
atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut
merujuk pada tanggungjawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai
akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang
pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skill,
loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahandan bisa
bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia.
Konsep Kebutuhan dasar yang paling terkenal salah satunya menurut Maslow sebagai berikut
:
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow.
Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien sebagai mahluk unik
yang komprehensif dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhi
kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
Belonging/loving Need,Self,Actualization,Self Esteem,Safety,Security Need,Physiologies
Need, psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggungjawab perawat.
Sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi
kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri (sleep and comport need), tetapi
memandang klien sebagai mahluk utuh yang berdampak pada gangguan psikologisnya seperti
cemas, takut, sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial seperti
(tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari teman, sampai masalah spiritual seperti

berburuk sangka pada Allah, tidak mau berdoa dan perasaan berdosa. Etika perawat
melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya
terutama keharusan memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan
lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu
lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki
riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman
traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup klien
yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know Life span History dan kemampuan
perawat dalam memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal
dengan Holistic.
6. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan
sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan tindakan
keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya :
perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberian
cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00.
keadaan

umum

klien

Compos

Mentis,

T=120/80

mmHg,

N=80x/m,

R=28x/m

S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.


2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum
mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat
yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh
perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten
tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.

3.

Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di
luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang

4.

NGT tanpa menjaga sterilitas.


Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi
gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis
dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang
memadai.

B.

TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)


Acountability : The Nurse participates in making decisions and learns to live with these
decisions (Barbara Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Means being answerable
Nurses have tobe answerable for all their professional activities. They must be able to explain

their professional action and accept responsibility for them. Three question naturally arise
1. To whom the nurse accountable?
2. For what the nurse accountable?
3. By what criteria is accountable measured ?
Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya
memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan
berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.
Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini
bisa dijelaskan
dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :
1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
1) Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap
direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan
sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim
biasanya dokter sebagai contoh:

perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi

ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya
dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.
Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan
profesinya.
2) Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya
mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa
diobservasi atau diukur kinerjanya.
3) Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun
standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang
dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau
outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu.
Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali
dsb.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut untuk dapat
bertanggung jawab dan tanggung gugat dalam melayani klien.
Dengan mengenal dan mempelajari apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat seorang
perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat juga akan mampu mengambil keputusan
yang terbaik dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang ada.
B. Saran
1. Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab dan tanggung
gugat dalam keperawatn.
2. Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan, seorang
perawat harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. (2000). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Yosep Iyus. (2009). Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang Etik.

Diposkan 14th December 2012 oleh narsi sirajuddin


0

Add a comment

Dec
14

MAKALAH PERTANGGUNG JAWABAN


DAN PERTANGGUNG GUGATAN
Tugas Kelompok
ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

MAKALAH
PERTANGGUNG JAWABAN DAN
PERTANGGUNG GUGATAN
Kelompok VII
MUH.ISMAR
MUH.ARIF
MUH.ARIF.J
MUH.IKHSAN
NARSI SIRAJUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PENRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN DASAR 1, ini
dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.
Bulukumba, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
A.

Halaman judul.............................................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN :
Latar belakang.................................................................................................
Rumusan masalah............................................................................................
Tujuan..............................................................................................................
Manfaat ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
:
Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas...................

B. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat.................................................


BAB III PENUTUP :
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati hati,
teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.Kepercayaan akan tumbuh, apabila
perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.
Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa bahwa perawat yang merawatnya kurang
terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan tidak memadai. . Pengertian Tanggung
Gugat (Akuntability) Akuntability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi konsekuensinya.
Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia
mengatakan siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan
segala tindakannya.

B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas?


2. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, kami menentukan tujuan dalam pembuatan makalah
ini, adalah:
1. Utuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab perawat
2. Untuk mengetahui tanggung gugat seorang perawat.
D.

Manfaat

1.

Mahasiswa dapat lebih mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat seorang perawat
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

2.

memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa tentang arti tanggung gugat dan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai perawat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tanggung Jawab dalam Keperawatan
Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing 1983:25)
Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates that the
professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurses
actions are honestly reported (Koziers, 1983:25)
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati,
teliti dan kegiatan.
Perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung
jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas
dalam sikap keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)


Contoh : Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti
balutan atau mengganti spreinya..
2.

Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya Mohon maaf pak
saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak
sejenak.

3.

Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires)
bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya Coba ibu jelaskan bagaimana
perasaan ibu saat ini. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ;
Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon
pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus
5.

Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory)
misalnya pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang
tadi

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see
the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan
bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.
1. Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA
Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam
Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar.
Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan
ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap
menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau
melanggar hukum.
2. Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)
Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak.
Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau
prosfektif (Bertens,1993:133). Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan
sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat
pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila
perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan
berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki
keturunan

adalah

hak

semua

manusia.

Perawat

secara

retrospektif

harus

bisa

mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut


pertimbangan medis.
3. Jenis tanggung jawab perawat
Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)
3.

Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan
atasan)

4. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama
adalah Tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan
hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik
pertanggung. jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut
ini :
1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?
2.

Apakah perawat mendoakan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk
kesembuhannya ?

3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?


4. Apakah perawat menjelaskan mafaat doa untuk kesembuhannya ?
5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?
7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah?
5. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.
Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah
kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun,
memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam
melaksanakan tugas.
Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku
perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap
klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya.
Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama
melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun
tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk
bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki

peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat
bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.
Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas;
Mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam
dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga
keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadangkadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada
klien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat. dsb.
Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat
secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan
pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring).
Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan
adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau
fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti pemberian obat maka
tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas tersebut
atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat
harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau
atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut
merujuk pada tanggungjawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai
akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang
pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skill,
loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahandan bisa
bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia.

Konsep Kebutuhan dasar yang paling terkenal salah satunya menurut Maslow sebagai berikut
:
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow.
Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien sebagai mahluk unik
yang komprehensif dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhi
kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
Belonging/loving Need,Self,Actualization,Self Esteem,Safety,Security Need,Physiologies
Need, psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggungjawab perawat.
Sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi
kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri (sleep and comport need), tetapi
memandang klien sebagai mahluk utuh yang berdampak pada gangguan psikologisnya seperti
cemas, takut, sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial seperti
(tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari teman, sampai masalah spiritual seperti
berburuk sangka pada Allah, tidak mau berdoa dan perasaan berdosa. Etika perawat
melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya
terutama keharusan memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan
lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu
lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki
riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman
traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup klien
yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know Life span History dan kemampuan

perawat dalam memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal
dengan Holistic.
6. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan
sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan tindakan
keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya :
perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberian
cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00.
keadaan

umum

klien

Compos

Mentis,

T=120/80

mmHg,

N=80x/m,

R=28x/m

S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.


2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum
mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat
yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh
perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten
tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di
luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
4.

NGT tanpa menjaga sterilitas.


Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi
gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis
dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang
memadai.

B.

TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)

Acountability : The Nurse participates in making decisions and learns to live with these
decisions (Barbara Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Means being answerable
Nurses have tobe answerable for all their professional activities. They must be able to explain
their professional action and accept responsibility for them. Three question naturally arise
1. To whom the nurse accountable?
2. For what the nurse accountable?
3. By what criteria is accountable measured ?
Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya
memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan
berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.
Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini
bisa dijelaskan
dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :
1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
1) Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap
direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan
sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim
biasanya dokter sebagai contoh:

perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi

ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya
dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.
Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan
profesinya.
2) Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya
mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa
diobservasi atau diukur kinerjanya.
3) Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun
standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang
dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau
outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu.
Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali
dsb.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut untuk dapat
bertanggung jawab dan tanggung gugat dalam melayani klien.
Dengan mengenal dan mempelajari apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat seorang
perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat juga akan mampu mengambil keputusan
yang terbaik dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang ada.
B. Saran
1. Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab dan tanggung
gugat dalam keperawatn.
2. Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan, seorang
perawat harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. (2000). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Yosep Iyus. (2009). Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang Etik.

Diposkan 14th December 2012 oleh narsi sirajuddin


0

Add a comment

Dec
12

SAP ( BAHAYA MEROKOK )


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK

kok Bahasan

Bidang Studi

: IKD II

Tanggal

: Senin, 29 - OKTOBER - 2012

Pokok bahasan

: Bahaya Dari Merokok

: Bahaya Yang Ditimbulkan Karena Merokok dan Bagaimana Cara Berhenti Merokok
Dikalangan Mayarakat.
Waktu

: 35 Menit

Penyuluh

: Kelompok IV

A. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya bagi tubuh
perokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok pasif) yang menjadi masalah
kesehatan dimasyarakat sampai saat ini.Dengan persepsi oleh perokok yang bermacammacam padahal telah jelas akibat bagi organ-organ tubuh seperti jalan pernafasan, paru,
jantung, ginjal dan mata.
Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya merokok berpengaruh terhadap
tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat yang cukup tinggi.
B. TUJUAN
1.) TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Bahaya Dari Merokok selama 35 menit,
diharapkan bagi peserta penyuluhan dapat mengerti tentang bahaya dari merokok bagi
kesehatan tubuh.

2.) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Bahaya Dari Merokok selama 35 menit,


diharapkan bagi peserta penyuluhan mampu :
1. Menyebutkan Pengertian merokok dengan benar
2. Menyebutkan Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok
3. Menjelaskan beberapa faktor penyebab merokok
4. Menjelaskan Bahaya merokok
5. Menjelaskan Cara mencegah merokok
6. Menjelaskan Cara berhenti merokok
C. SASARAN
Bagi perokok dikalangan masyarakat sekitar,Tanggal, 29 OKTOBER 2012, JAM : 13.00
Wib.
D. STRATEGI
1.
2.
3.
4.

Ceramah
Diskudi
Tanya jawab
Demonstrasi

E. PELAKSANAAN
No

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

1.

5 menit

Pendahuluan :
1. M 1. Memberi salam

Menjawab salam

2. Meperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
2. 4. Menjelaskan tujuan materi yang akan disampaikan

20 Menit

Mendengarkan

5. melakukan apersepsi dengan masyarakat tentang bahaya

Menberikan tanggapan

dari merokok
Kegiatan Inti :

Mendengarkan dan

Menberikan penjelaskan tentang bahaya merokok yang

memperhatikan

meliputi :
1.

Pengertian merokok

2. Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok


3. Faktor penyebab merokok
4. Bahaya merokok
5. Cara mencegah merokok
6. Cara berhenti merokok
Memberikan kesempatan bertanya
Menjelaskan hal-hal yang ditanyakan
Mendemonstrasikan cara berhenti merokok

Memberikan pertanyaan

Memeberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

Memperhatikan dengan

melakukan redemonstrasi

seksama

Memperhatikan

Mengulamngi sesuai dengan


petunjuk petugas peyuluh

3.

10 Menit

Penutup :
1. Menyimpulkan isi pokok penyuluhan
2. Melakukan evaluasi tentang materi yang sudah

Mendengarkan
Menjawab pertanyaan

disampaikan secara verbal


3. Memotivasi masyarakat untuk mengidentifikasi
tentang bahaya dari merokok
4. Mengucapkan salam

Memperhatikan

Menjawab salam

F. MEDIA
1. Leaflet
2. Gambar
3. Bahan demonstrasi :
G. KRITERIA EVALUASI
1.
a)
b)
2.
a)
b)
c)

Evaluasi struktur
Masyarakat mau menerima petugas dan pembimbing
Keluarga mengerti maksud dan tujuan penyuluhan setelah setelah di lakukan kontrak
Evaluasi proses
Masyarakat mau menepati kontark waktu selama 35 menit
Petugas dan pembimbing datang tepat waktu
Saat peyuluhan masyarakat aktif bertanya tentang masalah yang belum dimengerti

3.
a)
b)
c)

Evaluasi hasil
Masyarakat dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
Masyarakat dapat memberikan pendapat tentang masalah dalam merokok
Terminasi, masyarakat bersedia untuk kontrak selanjutnya

BULUKUMBA, 29 OKTOBER 2012


PENYULUH

KELOMPOK IV

LAMPIRAN MATERI

MATERI PENYULUHAN
TENTANG BAHAYA DARI MEROKOK
a.

Pengertian Merokok
Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh

b. Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok


Kandungan Rokok :
1. Tar

Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab


kanker (karsinogen).Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis policyclic aromatic hydrocarbon
(PAH) telah lama disahkan sebagaipenyebab kanker.
2.

Nikotin

Heroin, amfetamin dan kokain, bertindak balas di dalam otak dan mempunyai kesan kepada
systemmesolimbik yang menjadi penyebab utama ketagihan. Nikotin turut menjadi punca
utama risiko serangan penyakit jantung dan strok. Hampir satu perempat pasien penyakit
jantung adalah karena kebiasaan merokok.
3.

Karbon Monoksida

adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh knalpot kendaraan.Apabila racun rokok
itu memasuki tubuh manusia , akan membawa kerusakkan pada setiap organ yang dilaluinya,
bermula dari hidung, mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, paru-paru, saluran darah,
jantung,organ reproduksi, sehinggalah ke saluran kencing dan kandung kemih , yaitu apabila
sebahagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan dalam bentuk air seni.
Kandungan asap rokok :
1.

Bahan radioaktif (polonium-201)

2.

Bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone)

3.

Pencuci lantai (ammonia)

4.

Racun serangga (DDT)

5.

Tar mengandung racun anai-anai (arsenic)

6.

Gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di kamar gas maut bagi narapidana

yang menjalani hukuman mati.


c. Faktor penyebab merokok
1. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anakanaknya danmemberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk merubah remaja
menjadi perokok (Baer dan Corado dalam Atkinson, pengantar psikologi, 1999;294). Remaja
yang berasal dari keluarga konserfatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan
baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit terlibat dengan rokok dibanding dengan
keluarga permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan urusanmu sendiri-sendiri, dan
yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure sebagai perokok

berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku perokok lebih
banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja
akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari para ayah yang
merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putrid (Al Bachri, Buletin RSKO,tahun IX, 1991).
2.
Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin
banyak kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan sebaliknya. Dari fakta
tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh temantemannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut
yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan
remaja yang non perokok (Al Bachri, 1991).
3.

Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna

dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour. Hal ini membuat seringkali remaja terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, Buletin RSKO tahun
IX, 1991)
d.

Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok

1. Rambut rontok
Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit yang
menyebabkanrambut rontok, sariawan mulut ,dll.
2. Katarak
Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisis mata yaitu memutihnya lensa mata yang
menghalangi masuknya cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi pada perokok.
Rokok dapat menyebabkankatarak dengan 2 cara, yaitu cara mengiritasi mata dan dengan
terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang olehaliran darah dibawa sampai ke mata. Merokok
dapat juga dihubungkan dengan degrasi muscular yang berhubungan dengan usia tua yaitu

penyakit mata yang tak tersembuhkan yang disebabkan oleh memburuknya bagian pusat
retina yang disebut Mucula. Mucula ini berfungsi untuk memfokuskan pusat
penglihatan di dalam mata dan mengontrol kemampuan membaca, mengendarai mobil,
mengenal wajah dan warna dan melihat objek secara detail.
3. Kulit keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang berguna
untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A, terhambatnya aliran darah. Kulit
perokok menjadi kering dan keriput terutama disekitar bibir dan mata.
4. Hilangnya pendengaran
Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah
sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga bagian dalam . perokok dapat
kehilangan pendengaran lebih awal dari pada orang yang tidak merokok atau lebih mudah
kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau suara yang keras. Resiko untuk terkena
infeksi telinga bagian tengah yang dapt megarah kepada kompliksi yang lebih jauh disebut
Meningitis dan Paralysis wajah bagi perokok 3 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok.
5. Kanker kulit
Merokok tidak menyebabkan melanoma (sejenis kanker kulit yang kadang-kadang
menyebabkan kematian) tetapi merokok mengakibatkan

meningkatnya kemungkinan

kematian akibat penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita Custaneus
Scuamus Cell Cancer sejenis kanker yang meninggalkan bercak merah pada kulit 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan non perokok
6. Caries
Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut membentuk plak yang berlebihan,
membuat gigi menjadi kuning dan terjadinya caries, perokok berisiko kehilangan gigi mereka
1,5 kali lipat.
7. Enfisema
Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema yaitu pelebaran dan rusaknya
kantong udara pada paru-paru yang menurunkan kapasitas paru untuk menghisap oksigen dan
melepaskan CO 2. Pada kasus yang parah dugunakan Tracheotomy untuk membantu
pernafasan pasien. Ibarat suatu asyatn untuk lubang ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan
masuk udara ke dalam paru-paru. Pada kasus Bronkhitis kronis terjadi penumpukan muncus
sehingga mengakibatkan batuk yang terasa nyeri dan kesulitan bernafas.
8. Kerusakan paru

Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula menyebabkan batuk. Dikarenakan
rusaknya kantung udara pada paru yang menurunkan kapasitas paru dan oksigen untuk
melepas O2. bila keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan lender sehingga
mengakibatkan batuk yang tersa nyeri dan kesulitan bernafas.
9. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Pemakaian tembakau
adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Telah ditetapkan bahwa asap rokok
mengandung lebih dari 40 macam zat racun. Kemungkinan timbulnya kanker paru dan
jantung pada perokok 22 kali lebih besar dariyang tidak merokok.
10. Osteoporosis
Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat pada gas buangan
mobil,dan asap rokok lebihmudah terikat pada darah dari pada oksigen sehingga kemampuan
darah untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok. Akibatnya tulang pada perokok
kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah atau retak dan penyembuhannya 805 lebih
lama. Perokok jiga menjadi lebih rentan terhadap masalah tulang punggung. Perokok juga
menjadi lebih retan terhadap masalah tulang punggung. Sebuah studi menunjukkan bahwa
buruh pabrik yang merokok 5 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung setelah terjadi
trauma.
11. Penyakit jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler. Pemakaian
tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Di Negara yang sedang
berkembang penyakit membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun. Penyakit
kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian tembakau di Negara-negara maju membunuh
lebih dari 600.000 orang setiap tahun. Rokok menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat,
menaikkkan tekanan darah dan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dan penyumbatan
arteri yang akhirnya menyebabkan serangan jantung dan stroke.
12. Tukak lambung
Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri yang menyebabkan tukak
lambung juga meminimalisasi kemampuan lambung untu menetralkan asam lambung setelah
makan sehingga sisa asam akan mengerogoti dinding lambung. Tukak lambung yang diderita
para perokok lebih sulit dirawat dan disembuhkan.
13. Diskolori jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan kuku yang meninggalkan
warna coklat kekuningan.

14. Kanker uterus


Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok meneyebabkan timbulnya
masalah kezsuburan pada wanita dan berbagai komplikasi selama masa kehamilan dan
kelahiran bayi. Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan
BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan hamil atau abortus terjadi 2-3 kali
lebih besar pada wanita perokok. Angka yang sama berlaku juga untuk kelahiran atau
kematian karena kekurangan oksigen pada janin dan plasenta yang menjadi abnormal karena
tercemar oleh Karbon Monoksida dan Nikotin dalam asap rokok. Sindrom kematian bayi
mendadak (Sudden Infant Death) juga dihubungkan dengan pemakaian tembakau. Tambahan
pula, rokok dapat menurunkan kadar estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause dini.
15. Kerusakan sperma
Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNAnya sehiungga
mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang merokok meningkatkan
resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga memperkecil jumlah sperma
dan infertilitas banyak terjadi pada perokok.
16. Penyakit Buerger
Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di kaki, yang mengakibatkan
terhambatnya aliran darah. Dan jika dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah ke gangrene
(matinya jaringan tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.
.
d.

Cara mencegah merokok

1. Agar dibuat peta merokok selama 20 jam


2.

setiap merokok agar ditulis waktu dan apa yang dilakukan pada saat itu. Hal ini agar

dilakukan setiap
merokok dalam satu hari.
3. Peta dan situasi ketika merokok agar dicatat dan dipelajari
4.

Untuk menghitung jumlah rokok setiap hari agar dicatat pada setiap dimana kita

menikmati
5. Merubah situasi merokok. Apakah merokok ketika jenuh, konsentrasi penuh, istirahat,
minum dengan teman, dan sesudah makan?
6. Sekarang perlu dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan lain pada situasi tersebut
diatas untuk merubah kebiasaan merokok pada saat itu
7. Apabila jenuh, tangani pekerjaan yang sudah lama tertunda
8. Apabila konsentrasi, kunyah sebatang wortel atau apel

9.

Luangkan lebih bannyak waktu dengan orang yang tidak merokok dan mendiskusikan

masalah menarik yang sedang terjadi


10. Setelah makan, jalan-jalan atau membaca buku.
e.

Cara berhenti merokok

1. Belilah merk rokok yang harganya murah dan kualitas pas-pasan.


Biasanya kalau orang yang sudah terbiasa merokok dengan rokok enak, dan suatu saat
merokok dengan rokok yang tidak enak akan merasa gatal di tenggorokan dan seperti gak ada
rasa di lidah, hambar. Diharapkan ini dapat mengurangi intensitas merokok. Selain itu,
biasanya orang akan malu merokok di tempat umum jika rokoknya rokok murahan, jadi kalau
mau merokok harus cari tempat yang sepi, beda jika rokoknya merk mahal. Dengan
santainya, kebul-kebul di tempat umum.
2. Hentikan kebiasaan menunggu atau diam tanpa aktifitas.
Biasanya para perokok suka membunuh waktu luangnya dengan merokok. Begitu tak ada
kegiatan, langsung deh buka tuh bungkus rokoknya. Nah, untuk itulah selalu isi waktu luang
dengan kesibukan.
3. Biasakan merokok sambil minum, entah kopi atau es.
Jika sudah terbiasa merokok ditemani kopi atau es, maka kalau tak ada minuman merokok
pun malas.
4. Jika kebelet merokok tundalah beberapa menit sampai keinginan itu hilang.
Kalau masih ingin merokok, tariklah napas dalam-dalam melalui mulut, lalu keluarkan secara
perlahan dengan menyempitkan bibir Anda. Ulangi 5-10 kali.
5. Cobalah membawa permen mint di saku.
Kalau rasa ingin merokok muncul, cobalah emut permen yang ada di saku anda. Diharapkan,
permen dapat mengurangi ketagihan akan rokok.
6. Beritahu orang di sekeliling anada kalau anda berniat berhenti merokok.
Beritahu teman, keluarga dan lain lain kalau tekad anda untuk berhenti merokok sudah bulat.
Jadi, selain mereka yang masih merokok merasa malu merokok di depan anda, juga akan
mendapat support yang membuat anda merasa tidak sendirian sehingga muncul power yang
luar biasa untuk mewujudkan keinginan anda itu.
7. Bergaullah dengan orang-orang yang telah berhasil berhenti merokok.
Diharapkan anda akan bisa share tips-tips terampuh dari mereka untuk berhenti merokok.
8. Pindahkan semua barang-barang yang berhubungan dengan rokok.
Barang seperti asbak, korek api hanya akan mengingatkan untuk merokok.

9. Jangan pedulikan provokasi orang lain.


Jika anda termasuk perokok yang hanya buat gaya-gayan atau takut dibilang banci oleh
temanmu. Yakinlah, bahwa kamu itu pria sejati. Bayangkan, jika karena merokok kemudian
mereka terkena impotensi di usia muda sedang kamu yang tidak merokok sampai umur di
atas 70 tahun masih greng. Siapa yang pria sejati coba?
10. Cobalah introspeksi diri.
Tanya dirimu sendiri, apa yang sudah anda dapatkan dengan merokok. Renungkan satu
persatu untungruginya dari merokok tersebut.
11. Semuanya kembali pada diri kita sendiri.
KESIMPULAN
Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek
maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu sendiri
tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orangtua)

TUGAS KELOMPOK

SATUAN ACARA PEYULUHAN


BAHAYA DARI MEROKOK
OLEH : KELOMPOK IV
NARSI SIRAJUDDIN

ERNI ANGGRAENI

NUR ASWANI RAUF

NIRMA ALWI

MUH.ARIF J

HENDRI ARIYANTO

AYU ANDIRA

IRMAYANTI

DENNIAR

ANDI IRMAL SETIAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013
GAMBAR

BAHAYA ROKOK
STRUKTUR KANDUNGAN DALAM ROKOK

Вам также может понравиться