Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.
2.
-
1.
2.
3.
4.
1.
cemas dan rendah diri, tetapi bila ia berhasil mengatasi masalahnya maka akan menimbulkan
motivasi yang tinggi dalam dirinya. 3,6
Pada masa ini anak telah mampu mengendalikan emosinya. Walaupun kadang-kadang
anak usia ini lebih mudah menyalurkan emosinya di luar rumah (di antara teman-temannya atau
di sekolah) daripada di rumah. Akibatnya anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman-temannya, baik untuk bermain ataupun berbagi pengalaman.6
Tingkah Laku Anak Usia Sekolah di Klinik Gigi
Secara umum tingkah laku anak dapat digolongkan menjadi 2 yaitu 4,7 :
Tipe yang mau bekerja sama (kooperatif)
Pasien yang santai dan menggangap kunjungan ke klinik gigi menyenangkan. Anak mudah
mengikuti apa yang diinstruksikan oleh dokter gigi.
Tipe tidak bekerja sama (tidak kooperatif)
Ada dua kelompok pada pasien kategori ini :
Belum mampu kooperatif
Kelompok ini antara lain pasien yang sangat muda sehingga dokter kesulitan berkomunikasi
dengan pasien contohnya balita.
Tidak mampu kooperatif
Pasien pada kelompok ini tidak mampu mengerti dan berkomunikasi akibat cacat khusus,
contohnya anak yang mengalami retradasi mental.
Tingkah laku anak di klinik gigi dapat diukur dengan menggunakan
skala Frankl. 4,5 Kategori tingkah laku anak menurut Frankl dkk ada 4 yaitu : (Kent GG,
Blinkhorn AS, 2005 cit. Mappahijah N, 2010)
Sangat negatif : menolak perawatan, meronta-ronta, membantah, amat takut, menangis kuat,
menarik atau mengisolasi diri, atau keduanya.
Negatif : mencoba bertahan, menyimpan rasa takut dari minimal sampai sedang, cemas atau
menangis.
Positif : berhati-hati menerima perawatan dengan agak segan, dengan taktik bertanya atau
menolak, cukup bersedia bekerja sama dengan dokter/perawat gigi.
Sangat positif : bersikap baik dengan operator, tidak ada tanda-tanda takut, tertarik pada
prosedur, dan membuat kontak verbal yang baik.
Faktor Yang Memengaruhi Tingkah Laku Anak di Klinik Gigi
Setiap anak yang datang ke klinik gigi untuk melakukan perawatan menunjukkan
sikap yang berbeda-beda. Anak kooperatif menunjukkan sikap yang positif, mau bekerja sama
saat dilakukan perawatan. Anak nonkooperatif sebaliknya menunjukkan sikap negatif, cenderung
menunda dan menolak perawatan.2 Alasan tingkah laku negatif yang cenderung ditunjukkan
anak saat di klinik gigi antara lain1:
Takut
Takut merupakan perasaan yang berkaitan dengan sesuatu yang mengerikan dan
menakutkan yang dihadapi sekarang (masa kini). Perasaan takut yang dialami oleh anak adalah
hal yang biasa. Namun jika dibiarkan berlarut-larut dan tidak diatasi dapat berlanjut menjadi
fobia. Rasa takut pada anak ada 2 : (Fajriani H, 2003 cit. Mappahijah N, 2010)
Rasa Takut Subjektif. Rasa takut yang bersifat sugesti yaitu adanya rasa takut yang timbul oleh
cerita-cerita orang lain, tanpa anak pernak mengalaminya. Menurut Shoben dan Borland (1954)
2.
rasa takut ke klinik gigi pada anak disebabkan oleh orang tua anak tersebut yang tanpa disadari
ditanamkan kepada anaknya.1 Rasa takut anak akan hilang jika didibuktikan atau diyakinkan
bahwa objek itu tidak sesuai dengan yang dipikirkannya.2
Rasa Takut Objektif. Rasa takut yang dirasakan sendiri oleh si anak karena rangsangan fisik yang
langsung diterima panca inderanya, seperti melihat jarum suntik, mendengar suara bur,
atau mencium bau obat-obatan.2
Cemas
Cemas adalah perasaan gelisah terhadap sesuatu yang diharapkan di masa depan. Pada
anak usia sekolah rasa cemas semakin meningkat seiring bertambahnya umur. Usia 12 tahun
lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan dengan anak usianya lebih muda.3Rasa cemas
biasanya ditimbulkan dari apa yang dilihatnya, seperti melihat dokter dan perawat atau melihat
jarum suntik sehingga menolak mematuhi dokter gigi.2
Faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku anak di klinik gigi antara lain8 :
Faktor yang berasal dari dalam diri anak
Pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan berpengaruh terhadap
keadaan biologis anak, kognitif, emosional, persepsi, sosial dan kemampuan bahasa anak saat di
klinik gigi. Pertumbuhan dan perkembangan senantiasa berubah seiring bertambahnya umur
anak.
IQ anak. IQ anak yang positif memengaruhi kemauan anak untuk melakukan perawatan di klinik
gigi.
Pengalaman ke dokter gigi. Pengalaman ke klinik gigi sebelumnya memengaruhi sikap anak
saat kunjungan ke dokter gigi selanjutnya. Anak akan lebih kooperatif dan tidak takut lagi bila
kunjungan sebelumnya anak mendapat pengalaman yang menyenangkan.
Kemampuan sosial dan adaptif. Anak akan lebih mudah diajak berkomunikasi saat di klinik gigi
bila anak telah memiliki pengalaman berinteraksi sosial dengan orang lain sehingga dapat
beradaptasi dengan perawatan gigi.
Status anak di keluarga. Posisi anak di keluarga juga memengaruhi tingkah laku anak di klinik
gigi. Perlakuan orang tua kepada anaknya akan tercermin dari tingkah laku anak saat melakukan
perawatan di klinik gigi.
Keadaan klinik. Dekorasi klinik yang menyerupai taman bermain memberi kesan kepada bahwa
klinik gigi tidak menakutkan dan menarik perhatian anak.
- Kepribadian dokter gigi. Dokter gigi dan perawat yang ramah membuat rasa takut dan cemas
anak berkurang.
- Lama waktu tunggu. Anak akan cepat bosan jika menunggu terlalu lama. Menyediakan boneka,
krayon, dan permainan membuat anak sibuk selama menunggu di klinik.
- Kemampuan dan kemahiran dokter gigi. Pengalaman dan kemampuan dokter menangani anak
akan lebih memudahkan dokter gigi berhadapan dengan pasien anak.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tingkah Laku Anak di Klinik Gigi8
PEMBAHASAN
Anak usia sekolah, yaitu antara 6-12 tahun, memiliki perbedaan dalam sikap dan
perilaku dalam setiap tingkatannya. Usia 6-7 tahun merupakan periode tidak kooperatif dan
emosinya mudah meledak-ledak karena pengendalian dirinya masih belum seimbang. Anak usia
8-9 tahun lebih bertanggung jawab, patuh, mandiri, mudah bergaul dengan orang lain.
Sedangkan anak usia 10-12 tahunlebih mudah diatur, timbul rasa ingin bersaing, baik dalam
kegiatan fisik maupun keberanian berbuat sesuatu.3,6
Tingkah laku anak saat perawatan di klinik gigi berbeda-beda. 1 Beberapa anak
menunjukkan sikap kooperatif dan beberapa lainnya menunjukkan sikap tidak kooperatif.
Tingkah laku anak yang menunjukkan sikap kooperatif antara lain mau diajak bekerja sama saat
di lakukan perawatan, mau membuka mulut, atau ingin tahu dengan apa yang dilakukan dokter.
Sementara anak yang tingkah lakunya tidak kooperatif antara lain menangis, tidak mau
menjawab pertanyaan dokter, bersembunyi di balik orang tuanya, atau tidak mau melakukan
perawatan.2,3,4 Menurut penelitian Bin Xia dkk (2011) anak yang bertingkah laku positif di klinik
gigi 70, 3% dapat menerima perawatan gigi dengan baik. Sementara anak yang bertingkah laku
negatif hanya 29,7% yang bisa menerima perawatan gigi.9
Ada tiga faktor yang memengaruhi tingkah laku anak di klinik gigi. Faktor-faktor tersebut
antara lain faktor yang berasal dari dalam diri anak tersebut. Semakin bertambahnya usia
pertumbuhan dan perkembangan anak juga meningkat. Kemampuan anak untuk bersosialisasi,
berhubungan dengan lingkungannya dipengaruhi oleh tumbuh kembang anak, IQ
anak,serta kemampuan sosial dan adptif. Pengalaman ke dokter gigi memengaruhi tingkah laku
anak di klinik gigi. Anak yang belum pernah ke dokter gigi sebelumnya atau pun yang baru
pertama kali ke dokter gigi 89,1% menunjukkan tingkah laku negatif saat di klinik gigi.
Sementara anak yang sebelumnya pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi menunjukkan
sikap yang kooperatif.9 Data ini menunjukkan bahwa anak harus diperkenalkan dengan kesehatan
gigi sejak kecil agar rasa takut dan cemas dapat dikurangi untuk kunjungan berikutnya, lebih
familier dengan dokter gigi dan menanamkan kebiasaan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut.2,3,8
Peranan orang tua juga memengaruhi tingkah laku anak di klinik gigi. Sikap orang tua
kepada anak saat di rumah dan di klinik gigi memberi dampak kepada perkembangan tingkah
laku anak. Sikap orang tua yang berpengaruh pada anak saat perawatan gigi antara lain : sikap
otoriter membuat anak patuh dan menerima perawatan dengan baik. Namun dokter gigi harus
berusaha untuk tidak menambah kecemasan si anak. Orang tua yang terlalu sabar dan memenuhi
semua permintaan anaknya menyebabkan anak kurang kontrol diri dan cenderung menentang
perawatan yang akan dilakukan padanya. Orang tua yang terlalu melindungi dan manipulatif
umumnya menambah kecemasan anak saat perawatan gigi.2,8
Dari semua faktor yang memengaruhi tingkah laku anak di klinik gigi, pengaruh dokter
dalam menentukan dan menangani tingkah laku anak saat perawatan gigi adalah yang terutama.
Seorang dokter harus menunjukkan dan menata penampilan klinik dan pribadinya agar tidak
menimbulkan rasa takut dan cemas pada anak. Sikap yang ramah dan mengerti, komunikatif dan
bersahabat kepada anak, dekorasi klinik dan ruang tunggu yang nyaman untuk anak, dan
komunikasi yang baik dan tepat kepada orang tua akan menarik perhatian dan membuat anak
nyaman saat perawatan di klinik gigi.3,8
KESIMPULAN
Dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan :
1. Tingkah laku anak usia sekolah saat di klinik gigi berbeda-beda yaitu kooperatif dan tidak
kooperatif.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku anak usia sekolah yang berbeda-beda saat
perawatan di klinik gigi ada 3 : faktor anak, faktor orang tua, dan faktor dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meon R.Aspek Klinikal Pergigian Kanak-kanak.Ed. 1.Selangor:Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia,1989: 16-24.
2. Mappahijah N.Rasa Takut dan Cemas Anak Terhadap Perawatan Gigi di SDN 20 Panyula Kab.
Bone Tahun 2010. Media Kesehatan Gigi.2010;2:28-36.
3. Amrullah AA.Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6,9,dan 12 Tahun terhadap
Perawatan Gigi: Penelitian ini dilakukan di SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang
Kecamatan Tamalanrea Makassar pada Tahun 2012.www.scribd.com/doc/115711924/FIXJURNAL-Tingkat-Kecemasan-Anak-Sekolah-Dasar-Usia-6-9-Dan-12-Tahun-TerhadapPerawatan-Gigi>. (5 Desember 2012).
4. Suprabha BS, Rao A, Choudhary S, Shenoy R.Child Dental Fear and Behaviour: The Role of
Enviromental Factors In A Hospital Cohort.Jurnal of Indian Society of Pedodontics and
Preventive
Dentistry.2011;29(2):95-101.http://medind.nic.in/jao/t11/i2/jaot11i2p95.htm.(5
Desember 2012).
5. Barros L, Buchanam H.Correspondence Between Dentist and Child Ratings of Dental Anxiety in
Portugal : A Preliminary Study. Rev Port Estomatol Med Dent Cir Maxilofac.2011; 52 :135.http://www.elsevier.pt/en/revistas/revista-portuguesa-estomatologia-medicina-dentaria-ecirurgia-maxilofacial-330/artigo/correspondence-between-dentist-and-child-ratings-of-dental90002110.(5 Desember 2012).
6. Daengsari Dp,Joewono EB.Perkembangan Jiwa Anak dan Cara Penilaiannya.dalam Gizi dan
Tumbuh-Kembang:Ariatmo,Hendra Utama eds.Jakarta: Balai Penerbitan FKUI,1985:69-70.
7. Fadhil I.Tingkah laku Anak dalam Perawatan Gigi dan Mulut.http:/meimha.blogspot.com/.(6
Desember 2012).
8. Rao A.Principles and Practic of Pedodontics.2nd Ed.New Delhi:Jaypee,2008:94-6.
9. Xia B,Wang CL,Ge LH.Factors Associated with Dental Behaviour Management Problems in
Childern Aged 2-8 Years in Beijing, China. International Journal of Paediatric
Dentistry.2011;21(3):200-9.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-263X.2011.01111.x/abstrac.(5 Desember
2012).