Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Dina Milati Azka
Hidayatul Istifaiyah
(133511002)
(133511025)
2015
I.
PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan cabang ilmu yang menekankan aspek spiritual,
dalam tasawuf ada
sesorang dalam beragama islam. Pengalaman beragama berisi 4 hal pokok yang
akan dibahas yaitu syariat, hakikat, tarekat dan marifat. Masing-masing pokok
tersebut memiliki arti tersendiri, syariat merupakan suatu aturan yang dibuat
oleh syari (Allah dan RasulNya) untuk mengaturr kehidupan mukallaf baik
aturan yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Syariat dan hakikat adalah dua hal yang takkan terpisah. Syariat yang tidak
dikuatkan dengan hakikat maka tidak akan diterima dan hakikat yang tidak
dikuatkan syariat maka tidak diterima.
Tarekat merupakan kesadaran menjadikan pengalaman ajaran agama
sebagai jalan atau alat untuk mengarahkan jiwa dan moral, sedangkan marifat
merupakan pengetahuan melalui pengalaman secara langsung tanpa perantara.
Dalam empat pokok pembahasan tersebut saling berkaitan. Hakekat tanpa
sandaran syariat berbahaya, dan marifat tanpa hakekat tidak sempurna dan
tarekat merupakan jalan untuk mencapai hakikat dan marifat.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian Syariat?
B. Apa pengertian Hakikat?
C. Bagaimana kesatuan antara Syariat dan Hakikat?
D. Apa pengertian Tarekat?
E. Apa saja macam-macam Tarekat?
F. Apa pengertian dan apa alat untuk mencapai Marifat?
G. Bagaimana Integrasi antara Syariat, Hakikat, Tarekat dan Marifat?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariat
Syariat adalah kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan
dalam ajaran agama melalui Alquran dan sunnah. Atau hukum suci yang
diwahyukan; ajaran atau aturan yang diwahyukan.
Ath-Thusi dalam Al-Luma mengatakan bahwa syariat adalah
suatu ilmu yang mengandung dua pengertian, yaitu riwayah dan dirayah
yang berisikan amalan-amalan lahir dan batin. Syariah jika diartikan
sebagai ilmu riwayah adalah ilmu teoretis tentang segala macam hukum
sebagaimana terurai dalam ilmu fikih atau ilmu lahiriah. Sedangkan syariat
dalam arti dirayah adalah makna batiniah dari ilmu lahiriah atau makna
hakikat dari ilmu fikih. Syariat dalam konotasi dirayah ini kemudian
dikenal dengan nama ilmu tasawuf.1
Di kalangan kaum sufi, istilah syariat mempunyai makna tersendiri
yang dapat dikatakan berbeda dari pengertian yang diberikan oleh para ahli
hukum Islam.
Di kalangan ahli-ahli hukum Islam, syariah diartikan seluruh
ketentuan yang ada di dalam Al-Quran dan Al-Sunnah, baik yang
berhubungan dengan akidah, akhlak, maupun aktivitas manusia, baik yang
berupa Ibadah maupun Muamalah.
Syariat dan fiqh memiliki perbedaan-perbedaan terutama setelah
masa Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Asaf.A.A.Fyzee, misalnya
mengatakan:
1 Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu TASAWUF, ( Jakarta:
AMZAH, 2005), hlm. 217
Bagi mereka Tuhanlah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang betlbetul ada, keberadaan yang absolut, sedangkan yang lain keberadaannya
tidaklah hakiki, atau nisbi, dalam arti tergantung pada kemurahan Tuhan.
Dialah yang Awal dan yang Akhir yang Lahir dan yang Batin, penyebab dari
segala yang ada dan tujuan akhir, tempat mereka kembali. Ibarat matahari,
Dialah yang memberi cahaya kepada kegelapan dunia, dan menyebabkan
terangnya objek-objek yang tersembunyi di dalam kegelapan tersebut. Dia
jugalah pemberi wujud, sehingga benda-benda dunia menyembul dari
persembunyiannya yang panjang.
Al-Quran menggambarkan Tuhan sebagai al-Awwal dan AlAkhir al-Zhahir dan al-Bathin. Al-Awwal dipahami para shufi sebagai
sumber atau prinsip atau asal dari segala yang ada. Dia-Lah causa prima, sebab
pertama dari segala yang ada (maujudat) didunia. Dia yang akhir diartikan
sebagai tujuan akhir atau tempat kembali dari segala yang ada didunia ini
termasuk manusia. Dialah pulau harapan kemana bahtera kehidupan manusia
berlayar. Dialah kampung halaman kemana jiwa manusia yang sedang
mengembara didunia, rindu kembali. Dialah muara kemana perjalanan
spiritual seorang shufi mengalir. Dialah sang kekasih kemana sang pencinta
selalu mendamba pertemuan. Inilah tujuan akhir, tempat sang shufi
mengorientasikan seluruh eksistensinya.
rukunnya dan inti dari shalat adalah mengingat Allah. Sesorang tidak boleh
hanya mengingat Allah tanpa melaksanakan shalat yang telah disyariatkan
dengan segala syarat dan rukunnya. Dan sebaliknya seseorang tidak boleh
melaksanakan shalat dengan segala rukunnya akan tetapi hatinya kosong tidak
nyambung dengan Allah. Ia tidak memahami apa yang dia ucapkan. Allah
berfirman: (Quran Surat An-Nisa:43)
perjanjian antara guru dan murid (baiat), doa dan wirid khusus, adanya
penyebaran oleh bekas murid setelah mendapat ijazah dari gurunya dengan
silsilah yang diakui kebenarannya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.4
Kata tarekat berasal dari bahasa arab At-thariq yang berarti jalan
yang ditempuh melalui jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut
digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan pekerjaan baik
terpuji maupun tercela. Perkataan tarekat dalam terminologi tasawuf islam yang
bermakna jalan tadi menurut Zamakhsari Dhofier dimaksudkan sebagai
jalan menuju surga. Sewaktu melakukan amalan-amalan tarekat tersebut
pelaku berusaha mengangkat dirinya melampaui batas-batas kediriannya
sebagai manusia dan mendekatkan dirinya kesisi Allah SWT. Menurut istilah
tasawuf, tarekat adalah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan
menuju Allah SWT. Syarat bagi setiap orang yang ingin mengikuti tarekat yaitu
bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya ,menyiapkan diri dengan
senjata dzikir, bertekad bulat untuk tetap dalam tarekat hingga akhir hayatnya,
dan harus memiliki kawan tetap dalam menjalankan ibadah secara bersamasama membaca wirid bersama, tolong-menolong demi kebaikan.5
Latar belakang ordo tarekat pada awalnya merupakan berkumpulnya
para murid mengelilingi guru sufisme terkenal untuk mencari pelatihan melalui
persatuan dan kebersamaan dan tidak terkait dengan upacara tapabrata dan baiat
apapun. Selain ordo tarekat menjadi suatu ikatan yang sangat ketat dengan
adanya berbagai aturan seperi baiat, ijazah, silsilah dan sebagainnya.
Banyak pendapat yang menjelaskan tentang latar belakang munculnya
(ordo) tarekat. Diantaranya adalah adanya doktrin bahwa belajar tasawuf harus
melalui guru, sebab barang siapa yang tidak berguru, maka gurunya adalah
4 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf (Jakarta:Rasail, 2010), hlm. 115-116.
5 Totok Jumantoro, M.A., Kamus Ilmu Tasawuf, hlm. 238-240.
setan. Dari sini muncul hubungan yang erat antara guru dan murid. Setelah
murid dapat mencapai suatu tingakatan tertentu diizinkan untuk mengajarakan
tarekat gurunya kepada murid baru dipusat lain.Latarbelakang lain adalah
karena tasawuf selama ini hanya dinikmati orang-orang khas (tertentu,
istimewa) untuk membantu orang-orang awam agar bisa mencicipi tujuan
tasawuf (marifat) maka diselenggarakan pendidikan shufi untuk membimbing
mereka yang selanjutnya disebut dengan tarekat. Sebab lain adalah
sebagaimana diketahui abad ke VI H merupakan ciri tasawuf falsafi dimana
tasawuf bercampur filsafat. Oleh sebagian kalangan tasawuf filsafi ini telah
melenceng dari tradisi Rasul dan sahabatnya. Oleh karena itu untuk memagari
tasawuf agar senantiasa berada pada koridor syariat diadakan sebuah tarekat
dimana didalam tarekat sangat ketat terutama unsur ijazah dan silsilah yang
dianggap mampu menjaga penyelewengan.6
Nama tarekat Syattariyyah diambil dari nama Syaikh abd Allah alSyaththari. Tarekat ini lebih diarahkan pada perjuangan untuk meningkatkan
nilai moral dan spiritual melalui penyebaran berbagai ajaran islam.
6. Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abd al-karim al-madani alsyafiI al-samman,ia lahir dimadinah dari keluarga quraisy. Tarekat ini adalah
tarekat pertama yang mendapat pengikut missal diNusantara. Hal ini menarik
dari Tarekat Samaniyyah yang mungkin menjadi cirri khas adalah wahdat alwujud yang dianut dan syahadat yang terucapkan tidak bertentangan dengan
syariat.
7. Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyyah ialah sebuah tarekat gabungan
dari tarekat Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh
Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab
Fath al-Arifin.Ajaran tarekat ini menjelaskan tentang dzikir dan tiga syarat yang
harus dipenuhi oleh orang yang sedang berjalan menuju Allah , yaitu dzikir
diam dalam mengingat Allah , merasa selalu diawasi Allah pengabdian kepada
Syaikh.
8. Tarekat Chisytiyah
Chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama diAsia Selatan. Pendiri
tarekat Chisytiyah diIndia adalah Khwajah Muin al-Din Hasan .
9. Tarekat Mawlawiyah
Tarekat yang secara harfiah berarti jalan kecil ,memiliki dua pengertian yang
berbeda, tetapi tetap berhubunganYang pertama tarekat ini dimengerti sebagai
perjalanan spiritual menuju Tuhan.Yang kedua, tarekat dipahami sebagai
11
dalam hal
ini marifat datang ketika cinta shufi dari bawah dan dibalas oleh Tuhan dari
atas.
9 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, hlm.102
10 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, hlm.102
11 Risan Rusli, Tasawuf dan Tarekat, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2013), hlm.64
Selain pendapat Dzun Nun al-Misri ada juga Abu Hamid al-Ghazali
yang membagi iman menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Iman orang awam bersifat taqlid hanya mengikuti begitu saja
b. Iman Mutakallimin yakni iman yang tercampur dengan penyimpulan dalil
pemikiran.
c. Iman orang-orang arifin (orang yang marifat) yakni iman dalam bentuk
penyaksian melalui cahaya keyakinan (nur al-yaqin).12
tarekat ibarat kita menanam biji atau benih (syariat) hingga ia berkecambah,
tumbuh dan menjadi sebatang pohon. Hakikat, diibaratkan buah. Selepas kita ada
syariat kemudian kita amalkan syariat hingga naik ketingkatan tarekat yakni
menjadi sebatang pohon maka akan menghasilkan buah. Buah tarekat adalah
akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian maqam-maqam
mahmudah. Hakikat adalah perubahan jiwa atau perubahan peringkat nafsu dari
syariat dan tarekat yang dibuat dengnan paham dan dihayati. Makrifat adalah
hasil dari hakikat yaitu hal-hal yang dapat dirasai secara istiqomah. Makrifat
adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang tertinggi hingga dapat benar-benar
mengenal Allah dan rahasia-rahasia-Nya. Orang yang sudah sampai tahap
makrifat digelar Al Arifbillah.15
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syariat adalah kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan
dalam ajaran agama melalui Al-Quran dan sunnah. Atau hokum suci
yang diwahyukan; ajaran atau aturan yang diwahyukan.
Haqiqah (kebenaran atau kenyataan seakar dengan kata Al-Haaq,
reality, absolute). Makna Haqiqah menunjukkan kebenaran esoteric
yang merupakan batas-batas dari transendensi manusia dan teologis.
Dalam pengertian ini , haqiqah merupakan unsure ketiga setelah
syariat (hukum) yang merupakan kenyataan eksoteris, tarekat (jalan)
sebagai tahapan esoterisme, yang ketiga adalah hakekat, kebenaran
yang esensial.
Syariat dan hakikat adalah ibarat wadah dan isi , yang lahir
dan yang batin, ibarat gelas dan air yang ada didalam gelas.
Tarekat secara bahasa berarti jalan atau metode.Sedangkan tarekat
dalam istilah tasawuf diartikan sebagai suatu metode praktis untuk
membimbing seorang pencari (salik, talib, murid) dengan menelusuri
jalan berfikir, merasa dan bertindak melalui tahapan-tahapan menuju
pengalaman realitas ketuhanan (hakikat).Macam-macam Tarekat yaitu
Tarekat Qadiriyah,Tarekat Syadziliyah, Tarekat Naqsabandiyah,
Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Syattariyyah, Tarekat Sammaniyah,
Tarekat Chistiyah, Tarekat Mawlawiyah, Tarekat Nimatullah, Tarekat
Sanusiyah.
Marifat secara bahasa berasal dari bahasa Arab arafa, yarifu, arafah,
irfan, dan marifah yang berarti pengetahuan yang sangat jelas. Alat
untuk mencapai marifat adalah qalb (hati) .Tingkat keimanan
seseorang menentukan tingkat kemarifatan sseorang, oleh karena itu
marifat dekat sekali dengan keimanan dan keyakinan..
B. Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun dan tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu TASAWUF, ( Jakarta:
AMZAH, 2005), hlm. 217
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, AKHLAK TASAWUF,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 77-78
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010), hlm. 7880
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf (Jakarta:Rasail, 2010), hlm. 115-116.
Totok Jumantoro, M.A., Kamus Ilmu Tasawuf, hlm. 238-240.
Sri mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah diIndonesia,(Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup, 2004),hlm. 26-396.