Вы находитесь на странице: 1из 3

Perencanaan Pajak Dengan Pemanfaatan Beragam Fasilitas Perpajakan

Fasilitas PPh dibagi atas :


1. Fasilitas PPh untuk WP Badan Yang Berlaku Umum
Berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh.
2. Fasilitas PPh untuk WP Badan yang berlaku khusus untuk kondisi, wilayah, dan/atau
industri tertentu.
a. Fasilitas pengurangan tarif 5% lebih rendah dari tariff umum PPh Pasal 17 ayat (1) b
UU PPh untuk WP Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya.
b. Fasilitas 31 A Undang-Undang PPh diberikan kepada :
Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu
dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala
nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan.
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 31 A UU PPh adalah :
Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2011.
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut:
Pasal 1
o Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah
yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru
maupun perluasan dari usaha yang telah ada.
o Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan atau dipindahtangankan.
o Perluasan dari usaha yang telah ada suatu kegiatan dalam rangka peningkatan
kuantitas/kualitas produk, diversifikasi produk, atau perluasan wilayah operasi
dalam rangka pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.
o Bidang bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.
o Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi
yang layak dikembangkan.
Pasal 2 Ayat (1)
o Kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbatas dan
koperasi yang melakukan penanaman modal.

Pasal 2 Ayat (2)

o Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5%
per tahun.
o Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
o Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak
luar negeri sebesar 10%.
o Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10
tahun.

Pasal 2 Ayat (2a) & (3)


Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan
setelah wajib pajak merealisasikan rencana penanaman modal paling sedikit 80%.

Pasal 3
Wajib Pajak yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
sebelum lewat jangka waktu 6 (enam) tahun sejak tanggal pemberian fasilitas tidak
boleh :
o Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk tujuan selain yang
diberikan fasilitas.
o Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas
kecuali aktiva tetap yang dialihkan tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.
o Fasilitas Pembebasan atau pengurangan PPh Badan dalam rangka Penanaman
Modal berdasarkan 29 PP 94 Tahun 2010 untuk WP Badan yang melakukan
penanaman modal baru yang merupakan industry pionir, yang tidak mendapat
fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 29 ayat (1) dan (2) PP 94 tahun 2010 menyatakan : Kepada
Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan industry
pionir yang tidak mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A
Undang-Undang Pajak Penghasilan dapat diberikan fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.

Fasilitas PPN
Kepada Pengusaha di kawasan berikat, untuk selanjutnya disebut PDKB, di dalam wilayah
KAPET dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa PPNBM tidak dipungut atas
a. Impor barang modal atau peralatan oleh PDKB yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi.
b. Impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB.
c. Pemasukan barang kena pajak dari daerah pabean Indonesia lainnya, untuk
selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut.
d. Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut.

e. Pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di DPIL atau
PDKB lainnya dalam rangka sub kontrak.
f. Penyerahan kembali barang kena pajak hasil pekerjaan sub kontrak oleh pengusaha
kena pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada pengusaha kena pajak PDKB asal.
g. Peminjaman mesin atau peralatan pabrik dalam rangka sub kontrak dari PDKB
kepada perusahaan industry di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke
PDKB asal.
Tatacara memperoleh falisitas PPh dan PPN di kawasan KAPET
a. Surat penunjukan pelaksanaan proyek dari badan pengelola KAPET.
b. Surat keterangan persetujuan berusaha di kawasan berikat dari penyelenggara
kawasan berikat khusus untuk PDKB.
c. Daftar barang yang dibeli atau diperoleh yang telah diketahui oleh badan pengelola
KAPET.
d. Atas permohonan tersebut Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan.
e. Surat keterangan PPn dan PPNBM tidak dipungut disampaikan pada Direktur Jendral
Bea dan Cukai untuk dilaksanakan.
f. Fasilitas PPh ditanggung pemerintah atas pelaksanaan proyek pemerintah yang
dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri.
Fasilitas PPn dan Bea Masuk
1. Fasilitas pembebasan PPn atau BKP tertentu bersifat strategis yang impor dan
penyerahannya mendapatkan pembebasan PPN.
2. Fasilitas pembebasan PPN untuk BKP dan atau JKP tertentu yang impor dan
penyerahannnya mendapat pembabesan PPN.
3. Fasilitas untuk BKP tertentu yang impornya mendapat pembebasan bea masuk dan atas
PPn nya mendapat fasilitas tidak dipungut sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 231/KMK.03/2001 yang terakhir diubah dengan peraturan Menteri Keuangan
Nomor 70/PMK.011/2013.
4. Fasilitas PPn dan Kepabeanan untuk kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
berdasarkan PP Nomor 10 tahun 2012.
5. Fasilitas PPN tidak dipungut dan kepabeanan untuk pengusaha di kawasan berikat dan
pengusaha berikat.

Вам также может понравиться