Вы находитесь на странице: 1из 5

Penyakit Hipertensi dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pendahuluan
Hipertensi

merupakan

manifestasi

gangguan

keseimbangan

hemodinamik

sistem

kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga tidak dapat
dijelaskan hanya dengan satu mekanisme tunggal. Menurut Kaplan hipertensi banyak
menyangkut faktor genetik, lingkungan dan pusat-pusat regulasi hemodinamik.

Semua

definisi hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis atau berdasarkan
konsensus atau berdasarkan epidemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih
tinggi dari angka normal yang disepakati, maka resiko morbiditas dan mortalitas kejadian
kardiovaskular akan meningkat. Yang paling penting ialah tekanan darah harus persisten di
atas atau sama dengan 140/90 mmHg.1,2
Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka kejadian yang berbeda-beda, sebab
ada faktor-faktor genetik, ras, regional, sosial budaya yang juga menyangkut gaya hidup yang
berbeda juga. Dengan bertambahnya umur, angka kejadian hipertensi juga makin meningkat,
sehingga di atas umur 60 tahun prevalensinya mencapai 65,4%. Mengkonsumsi alkohol,
rokok, stres kehidupan sehari-hari, kurang olah raga juga berperan dalam kontribusi kejadian
hipertensi. Bila anamnesis keluarga ada yang didapatkan hipertensi, maka sebelum umur 55
tahun resiko menjadi hipertensi diperkirakan sekitar 40 kali dibandingkan dengan anamnesa
keluarga yang tidak didapatkan hipertensi. 1,2
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi adalah the silent
killer. Konsep pengobatan hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu: pencegahan primer dengan
mengobati semua faktor resiko yang reversible; pencegahan sekunder dengan mengobati
kelainan non hemodinamik yaitu kelainan disfungsi endotel dan disfungsi vaskular,
mengobati kelainan hemodinamik dengan obat anti hipertensi sesuai dengan guideline;
pencegahan tersier dengan mengobati kerusakan target organ.1,2
Sebagai seorang dokter tentunya salah satu usaha yang dapat kita lakukan untuk pasien
adalah promotif dan preventif selain dari pada kuratif dan rehabilitasi. Leavell dan Clark
dalam bukunya Prevention Medicine for the doctor in his community membagi usaha
1

pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan
pada masa sakit. Masa sebelum sakit tujuannnya untuk mempertinggi nilai kesehatan (
Health promotion) dan memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Spesific
protection). Pada masa sakit tujuannya untuk mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat
awal, serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment),
pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation). Pada masa setelah sakit adalah
rehabilitasi (Rehabilitation).3
Mempertinggi nilai kesehatan merupakan usaha pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan
pada umumnya. Beberapa usaha diantaranya penyediaan makanan sehat cukup kualitas
maupun kuantitasnya, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah dan lain-lain, pendidikan
kesehatan kepada masyarakat, usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian
yang baik. 3
Memberikan perlindungan khusus terhadap penyakit, usaha ini merupakan pencegahan
terhadap penyakit-penyakit tertentu. Beberapa usaha di antaranya vaksinasi untuk mencegah
penyakit-penyakit tertentu, isolasi penderita pennyakit menular, pencegahan terjadinya
kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.3
Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera. Beberapa usaha di antaranya mencari penderita di dalam masyarakat
dengan jalan pemeriksaan (pemeriksaan darah, rotgen paru-paru dan lain lain), mencari
semua orang yang berhubungan dengan penderita penyakit terutama untuk penyakit menular
supaya diawasi apabila penyakit tersebut timbul pada orang yang telah kontak dengan
penderita dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu,
pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masayarakat perlu menyadari bahwa berhasil
atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta
keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan.3
Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan sesuatu penyakit usaha merupakan usaha lanjutan dari early diagnosis and
treatment, yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh
2

kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut
tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.3
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.3
Ilustrasi Kasus
Bapak M datang ke puskesmas kelurahan kedoya selatan dengan keluhan leher kaku dan
kepala sakit, selain itu pasien juga mengatakan kakinya pegal-pegal. Keluhan tersebut bukan
baru muncul pertama kali ini tapi sudah muncul sejak 3 tahun belakangan ini. Diketahui
pasien sudah merokok sejak umur 17 tahun dengan konsumsi rata-rata 6 batang/hari. Pasien
bekerja sebagai satpam di salah satu perumahan dan mendapatkan tugasnya untuk menjaga
pos satpam dari jam 17.00-09.00. Dalam sehari pasien tidur sekitar 3-4 jam.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik. Status gizi pasien buruk:
berat badan 51 kg, tinggi badan 172 cm. Tekanan darah 150/120 mmHg, frekuensi nadi,
frekuensi nafas dan temperatur tubuh dalam batas normal.
Pasien tinggal di rumah berukuran 50 m x 5 m.Rumah tersebut ditinggali oleh 4 penghuni
yaitu pasien, istri dan 2 orang anaknya. Sinar matahari hanya dapat masuk di ruang tamu saja,
penerangan tidak begitu bagus dipasang di dapur, kamar tidur dan kamar mandi. Ventilasi
sangat kurang, ventilasi hanya berasal dari jendela yang terletak di ruang tamu. Kebersihan
dan kerapian rumah sangat kurang. Kamar mandi dan jamban cukup bersih tapi sayangnya
tempat penampungan air nya penuh dengan lumut. Dapur yang dimiliki pun terlihat kurang
bersih ada banyak tumpukan barang yang berdebu di dapur. Air minum dan air masak berasal
dari air tanah. Saluran air dialirkan ke got di depan rumah yang mengalir. Sampah hanya
diletakkan di dalam kantong plastik dan kemudian di taruh di luar rumah supaya diambil oleh
petugas sampah. Gaji kepala keluarga di bawah UMR ( upah minimum regional ). Kelurga
pasien semuanya terdaftar dalam BPJS.
Pembahasan
Studi kasus dilakukan pada pasien M, usia 61 tahun. Dengan keluhan kaku leher, kepala
pusing dan pegeal-pegal di kaki. Penyebab keadaan ini adalah pasien yang mempunyai
3

kebiasaan merokok 6 batang/hari sejak umur 17 tahun dan bisa juga diakibatkan waktu tidur
yang tidak cukup yaitu hanya sekitar 3-4 jam/hari.
Diagnosis hipertensi pada pasien ditegakkan atas dasar pengukuran tekanan darah dengan
tensi meter. Pada kunjungan sebelumnya pasien diberikan amlodipin oleh dokter puskesmas,
sedangkan pada kunjungan pada tanggal 28 juli 2016 pasien kembali diberikan amlodipin
disertai dengan antalgin.
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi digunakan Mandala of Health.4
Diagnostik holistik ditegakkan pada pasien adalah sebagai berikut. Pada poin I,alasan
kedatangan: leher kaku, kepala pusing dan pegal-pegal di kaki sejak 2 hari yang lalu, keluhan
leher kaku dan sakit kepala sering hilang timbul sejak 3 tahun yang lalu. Pada poin II,
diagnosis kerja yang ditegakkan adalah hipertensi. Pada poin III, didapatkan masalah perilaku
berupa kebisaan merokok 6 batang/hari sejak umur 17 tahun dan waktu tidur yang hanya 3-4
jam/hari.
Dalam menatalaksana pasien, seorang dokter perlu memperhatikan pasien seutuhnya, tidak
hanya tanda dan gejala penyakit namun juga kondisi psikologisnya. 5 Tindakan yang dilakukan
berupa pemberian obat anti hipertensi pasien diingatkan untuk mengkonsusmsi secara teratur
dan patuh, selain itu kita dapat mengatakan pada pasien agar mengurangi kebiasan merokok.
Keluarga pasien juga diberikan arahan agar mengingatkan pasien untuk minum obat teratur
dan supaya pasien mengurangi jumlah konsumsi rokok. Pada anak pasien dapat diberikan
penyuluhan bahwa hipertensi bisa memiliki kemungkinan untuk diturunkan sehingga anak
pasien diberitahu untuk menghindari faktor-faktor resiko seperti merokok atau terlalu stres.

Daftar Pustaka
1. Yogiantoro M. Pendekatan klinis hipertensi dalam buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 2.Ed VI. Jakarta:Interna Publishing; 2014.h. 2259-81
2. Tanto C, Hustrini N.M. Hipertensi dalam kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Ed IV.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.h. 635-7.
3. Alhamda S, Sriani Y. Buku ajar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Media
Komputindo; 2012.h.19-21.
4. Mansyur M, Wibowo A dkk. Pendekatan kedokteran keluarga pada penatalaksanaan
skabies anak usia pra-sekolah.Majalah Kedokteran Indonesia 2006: 57; 63-7.
5. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore:
Singapore Internasional Foundation, 2004.

Вам также может понравиться