Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Pendahuluan
Amputasi berasal dari kata amputare yang diartikan pancung. Amputasi secara
umum dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian dari ekstremitas. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir dimana masalah organ yang
terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dan dipertahankan dengan
menggunakan metode pengobatan lain, atau kondisi organ jika dipertahankan dapat
menimbulkan komplikasi seperti infeksi. Amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal
dan sistem vaskuler. Amputasi juga dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.1
Amputasi dibedakan menjadi amputasi ekstremitas atas dan amputasi ekstremitas
bawah. Pada beberapa instansi,penyebab terbanyak dilakukannya amputasi pada ekstremitas
atas adalah trauma. Malignansi merupakan penyebab tersering kedua, kemudian diikuti oleh
penyakit peripheral vaskular, dan tromboangitis obliterans. Prinsip amputasi ekstremitas atas
adalah mempertahankan sebanyak mungkin jangingan lunak dan mengamputasi sedistal
mungkin dari ekstremitas. Mengingat fungsi ekstremitas atas sangat berpengaruh terhadap
kegiatan harian seperti menggenggam benda maka, fungsi dari nervus, tendon,otot fleksor
dan ekstensor harus dipertimbangkan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Amputasi dapat berarti suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota gerak
atau menunjukkan suatu prosedur bedah. Karena itu amputasi dikelompokkan atas dua
kelompok yaitu amputasi kongenital dan amputasi bedah. Pada amputasi kongenital
ketiadaan anggota gerak disebabakan gangguan oleh pembentukan organ yang dibawa sejak
lahir, sedang amputasi bedah adalah prosedur pemotongan yang memotong seluruh atau
sebagian organ dari ekstremitas.1
2.2.
Indikasi
Indikasi pada sebagian atau seluruh ekstremitas meliputi:2
Klasifikasi3
Amputasi metacarpal
Amputasi pengangkatan seluruh telapak tangan dengan
pergelangan tangan masih utuh
Elbow disarticulatio
Above
elbow
(transhumeral)
Amputasi lengan atas diatas elbow joint
Shoulder disarticulatio
amputasi
dengan
Hip disarticulation
Amputasi seluruh tungkai termasuk femur.
Hemipelvectomy (transpelvic)
Penundaan dari penutupan amputasi bisa dilakukan karena indikasi : Jika anggota tubuh
pasien sudah terinfeksi, atau mungkin dengan mudah menjadi infeksi, Jika ada banyak
cedera jaringan lunak, Jika suplai darah dari ujung amputasi
memutuskan penutupan primer ditunda, memotong flaps harus lebih panjang, untuk
memungkinkan mereka retraksi kembali. otot pasien dan fasia tidak dijahit, perban flaps
kulit dengan kasa kering, tidak dimasukkan ke dalam setiap jahitan, dan pasien diminta
kembali 3 sampai 5 hari kemudian. Jika lukanya tidak terinfeksi,maka dilakukan
penutupan. Jika sudah terinfeksi, biarkan flaps terbuka selama seminggu atau lebih, dan
menutupnya kemudian dengan jahitan sekunder.4
Penggunaan torniquet tidak diperlukan pada amputasi ekstremitas yang telah
mengalami ischemia, perdarahan pada saat amputasi menandakan bahwa jaringan sekitar
masih memiliki saturasi oksigen yang baik sehingga penggunaan torniquet tidak diperlukan
jika jaringan sekitar telah mati. Pada ekstremitas dengan bagian yang nekrosis maka amputasi
dilakukan pada bagian yang lebih tinggi, penggunaan torniquet akan membuat ischemic
jaringan menjadi lebih parah. Maka pelepasan torniquet dilakukan saat hendak menjahit dari
muskulus sehingga dapat menghentikan perdarahan cukup dengan meligasi dari pembuluh
darahnya saja.
Jangan mengikat saraf karna akan menimbulkan rasa sakit, terutama di jari jemari.
Sebaliknya, tarik perlahan setiap saraf ke dalam luka, dipotong rapi dengan pisau, kemudian
biarkan retraksi kembali ke bagian yang diamputasi.3
2.4.5. Pemotongan Tulang pada Amputasi
Tandai otot pada ekstremitas, dan insisi periosteum disekitarnya . tarik bagian distal
ini satu atau dua sentimeter dari otot, sehingga meninggalkan tulang yang terekspos yang
memudahkan untuk pemotongan. Gunakan gergaji dengan mengecek kembali urutan gigi
gergaji. Tahan dengan baik, mulai menggergajidengan hati-hati.
memegang anggota tubuh pasien untuk memfiksasi bagian tubuh lain agar tidak bergerak dan
memudahkan dari proses pemotongan tulang, dan tarik perlahan, selanjutnya hilangkan
semua tonjolan sisa tulang dengan tang tulang, lalu permukaan tulang di rapikan dengan
menggunakan
pisau
parut.
Jangan
menarik
periosteum
proksimal,
karena
tulang di bawahnya akan mati, dan akan terbentuk sequestrum ,Jangan merusak otot
sekitarnya dengan gergaji. Potong otot yang pertama, atau tarik keluar dengan
dibungkus handuk untuk memisahkan dari jaringan lainnya. kemudian cuci sisa pemotongan
agar saat penutupan tidak ada bagian tulang yang tertinggal didalamnya.3
nekrosis. Hilangkan juga lipatan ujung yang lebih dikenak dengan dog ears sehingga
lipatan pada ujung ekstremitas yang diamputasi menjadi lebih rapi.4
2.4.7. Penutupan Luka Setelah Amputasi
Menjahit kulit dan fasia profunda secara terpisah. Tutup flaps tanpa ketegangan, tanpa
meninggalkan daerah menganga antara jahitan, dan tanpa mengikat mereka terlalu ketat.
penggunaan drainase tidak diperlukan jika penutupan luka ditunda. Jika Anda menutup ujung
ekstremitas yang telah diamputasi dengan jahitan langsung, masukkan drainase dibawah flap
otot. Jika tidak ada darah lagi yang mengalir melalui drai maka dapat dilepaskan dalam 48
jam, jika masih ada darah yang mengalir maka pertahankan selama 24jam berikutnya. Pada
dressing prinsipnya agar tidak memberikan tekanan yang berlebihan dan penggantian dari
dressing dilakukan 48 jam setelah amputasi.4
2.5.
Pada amputasi distal phalanx harus dibuat flap volar yang panjang dan flap dorsal
yang lebih pendek sehingga bekas luka akan berada di dorsal dan jauh dari tekanan lipatan
pada jari. Jika amputasi menghilangkan sebagian dari kuku maka kuku dipertahankan namun
apabila menghilangkan lebih dari sebagian kuku maka kuku dapat dihilangkan. Jika
dibutuhkan untuk disartikulasi dari interphalanx distal, cartilago harus dihilangkan dari
phalanx medial, dan tendon flexor digitorum profundus harus dipisahkan sehingga
memungkinkan untuk retraksi.2
Ketika satu atau lebih dari jari harus diamputasi, maka harus difikirkan fungsi tangan
sebagai organ yang memiliki fungsi keseharian. Ibu jari merupakan jari yang memiliki
peranan penting maka setiap bagian harus diselamatkan. Banyak jenis dari prosthesis yang
tersedia pada pasien dengan amputasi digiti seperti hooks dan lengan palsu. Pemilihan
prosthesis tergantung pada kebutuhan individual pasien.2
2.5.2. Amputasi setinggi carpometacarpal
Setelah dibentuk flap dari kulit dan jaringan subcutaneus dari bagian lengan volar
maka tendon extensor digiti ditarik kebawah,dipisahkan dan diretraksi. Ketika tendon dari
ekstensor karpal terpisah dari pelekatannya pada basis metcarpal maka akan di sisipkan di
ossa carpal. Otot thenar dan hypothenar akan dibentuk meruncing untuk membentuk bulatan
halus. 2
Membuat falp volar yang pendek dan palmar satu - dua kali lebih panjang,
merefleksikan flaps proksimal ke bagian tulang, dan mengekspos jaringan lunak di bawahnya.
Tarik fleksor dan ekstensor tendon, dari distal pergelangan tangan, potong, dan usahan untuk
merik kembali menarik kembali ke lengannya. Menemukan empat tendon yang fleksi dan
ektensi dari pergelangan tangan (fleksor dan ekstensor karpi radial dan ulna), melakukan
insersi, dan mengembalikan ke proksimal bagian tulang. Cari saraf median dan ulna, dan
filamen saraf radial nya. Tarik ke distal dan potong mereka dengan baik proksimal. Ikat dan
potong proksimal arteri radial dan ulnar. Potong jaringan lunak yang tersisa. potong seluruh
tulang karpal, kaitkan tendon fleksor pergelangan tangannya dan ekstensor untuk yang tersisa
dari tulang karpal sejalan dengan insersi (perlekatan) normalnya. Lepaskan tourniquet, kontrol
perdarahan, drainase dan buat ujung ektremitas (stump).4
2.5.3
dibandingkan dengan amputasi dari proximal radio-ulnar joint. Tendon dari tangan harus
ditranseksi dengan otot yang lebih panjang sehingga nanti dapat dijahit pada ligamen dan
periosteum untuk mencegah retraksi dan atrofi. Brachioradialis tidak boleh dimanipulasi,
procesus styloid harus dihilangkan untuk memasukkan prosthesis, articular kartilago juga
dihilangkan dan ditutupi dengan flap facia untuk mencegah hambatan dari gerakan pronasi
dan supinasi akibat jaringan parut.2
Membuat flap dari palmar yang panjang dan flap penutup yang pendek. Mulai sayatan
1,5 cm distal dari styloid radial pasien, perpanjang ke arah dasar metakarpal pertama. Tarik
ke distal telapak tangan, lalu ke proksimal untuk mengakhiri sekitar 1,5 cm distal
dari
styloid
ulnaris.
Buat
flap
dorsal
pendek
dengan
menggabungkan
dua ujung sayatan palmaris diatas dorsum tangan. Tarik flap dorsal distal ke medial dari
metacarpal. Jika kulit tidak cukup,manipulasi dari bentuk flap. Lepaskan flaps proksimal
dengan fasia pada sendi pergelangan tangan. Ikat dan potong arteri radial dan ulnaris
dari proksimal sendi. Tarik median nya, ulnaris, dan saraf radial distal ke dalam sayatan, dan
potong pendek. Potong semua tendon tepat di atas pergelangan tangan dan biarkan hingga
untuk menarik kembali ke lengannya. Potong sekeliling kapsul sendi dari pergelangan
tangannya dan potong. Memotong styloid radial dan ulnar nya.
radioulnar atau triangular ligamen, karena dapat menyebabkan ketidak mampuan untuk
merotasi dari lengan bawah, dan sendi akan terasa sakit. Lepaskan tourniquet, kontrol
perdarahan, drainase danbuat ujung ekstremitas (stump).4
dan dibuat meruncing sehingga menempel ke jaringan dibawahnya. Setelah tulang dipotong
melintang sekitar setengah bagian dari periosteum, maka harus dihilangkan untuk
mempertahankan letak dan fascia harus ditutup hingga ujung sehingga panjang otot dapat
dipertahankan. Dengan flap yang panjang pronasi dan supinasi akan terlindungi dan otot dari
tulang secara langsung daat diperbaiki tanpa trauma serta fibrosis.3
Mulai di bagian yang telah ditandai dan potong flap anterior dan posterior. Bentuk
sekitar setengah dari diameter lengan bawah di lokasi amputasi. Merefleksikan flaps
proksimal ke bagian tulang. Kleim, ikat, dan potong arteri radial dan ulnaris proksimal. Cari
nervus radial, ulnaris, dan median saraf, tarik dan potongnya sepanjang ujung dari ektremitas.
Lepaskan tourniquet, kontrol perdarahan, drainase dan bentuk akhir dari ujung ekstremitas.4
diperlukan buat flap penutup yang sesuai. Tarik flaps ke epikondilus nya mulai dari
sisi medial. Cari dan pisahkan fibrosus lacertus. Bebaskan otot fleksor nya dari epikondilus
medial dan distal untuk mengekspos neurovaskular pada sisi medial tendon bisep. Dasi dan
potong arteri brakialis tepat di atas sendi. Perlahan tarik saraf median dan memotongnya dari
proksimal. Cari saraf ulnaris di belakang epikondilus medial dan memotongnya proksimal
dengan cara yang sama. Bebaskan tendon bisep dari radius, dan tendon brakialis dari prosesus
koronoideus ulna. Cari saraf radial antara brakialis dan brakioradialis, lalu tarik, dan potong
pada bagian proksimal. Di sisi lateral siku, potong otot ekstensor 6,5 cm distal sendi, dan
bebaskan origo bagian proksimal. Potong tendon trisep pasien diujung olekranon.
Potong kapsul di bagian depan sendi,menghilangkan persendiannya, dan memotong lengan
bawah.4
Tinggalkan permukaan artikular humerus secara utuh. Tarik tendon triceps anterior
dan jahit ke tendon brakialis dan bisep. Membuat flap tipis dari otot ekstensor nya, tarik ke
medial dan menjahit ke sisa-sisa otot fleksor pada epikondilus medial. Menjahit otot untuk
menutupi prominences tulang dan tendon pada distal humerus. Masukan jahitan melalui
periosteum bila diperlukan. Tutup flaps tanpa meregangkannya. Lepaskan tourniquet, kontrol
perdarahan, drainase dan buat ujung dari ekstremitas(stump).4
2.5.6. Amputasi Humerus
Mempertahankan sedistal mungkin dari ekstremitas, karena ujung ekstremitas yang
lebih panjangnmemungkinkan penerapan dari prosthesis yang lebih baik, jika amputasi yang
lebih tinggi diperlukan, maka caput dari humerus harus dipertahankan untuk mempertahankan
lebar bahu dan berfungsi sebgai penyokong prosthesis.
Setelah flap anterior dan osterior dibentuk, otot ditranseksi sehingga ada cukup ruang
untuk tendon bicheps dan brachialis dan otot triceps . Pada ujung yang pendek biceps dan
tricep difiksasi di humerus yang menyerupai prosedur myodesis pada ekstremitas bawah.
Selama masa penyembuhan dari ujung amputasi dapat dipasangkan dengan prostesis.3
2.5.7. Disartikulasi Humerus
Prosedur former biasanya dilakukan untuk trauma yang luas, dimana operasi mungkin
mengindikasikan pada malignansi penyakit dari proximal ekstremitas atas. Pada kebanyakan
instansi, perawatn harus memperhatikan dari pembuluh darah dan nervus yang diligasi. Pada
kasus disartikulasi pada humerus, flap digunakan untuk menutupi fossa glenoid dan otot
deltoid. Amputasi pada disartikulasi humerus meliputi eksisi dari skapula dan clavicula diikuti
dengan penutupan dari dada dan otot belakang dari dinding dada.3
2.6.
Komplikasi 5
2.6.1. Hematoma
Pertahankan hemostasis dan apabila perlu gunakan drainase untuk menghilangkan
hematom pasca amputasi. Jika terakumulasi hematom dapat menjadi medium yang baik untuk
perkembangan bakteri dan dapat menyebabkan infeksi.serta memperlambat proses
penyembuhan jaringan. Aspirasi steril dari hematom dapat dilakukan ditunjang dengan
pemberian dressing dengan sedikit tekanan untuk mencegah terjadinya hematom yang
berulang. Jika hematom masih berulang daripada melakukan aspirasi berulang sebaiknya
dilakukan eksplorasi terbuka untuk mencari sumber perdarahan dan untuk mempertahankan
hemostasis.
2.6.2. Infeksi
Infeksi pada tunggul dari ekstremitas atas bekas dari amputasi biasanya terjadi pada
pasien dengan immunocompromised atau gangguan sistem imun, pasien dengan penyakit
vaskular sebelumnya dan pasien dengan kontaminasi yang luas pada luka. Seperti perawatan
luka paska operasi, infeksi pada bagian superficial dapat diatasi dengan perawatan luka,
pemberian antibiotik, dan observasi. Jika infeksi terjadi pada bagian profunda baik yang
disertai abses maupun tidak disertai abses maka dianjurkan untuk melakukan operasi terbuka
dengan debridement atau amputasi ekstremitas yang lebih proksimal.
2.6.3. Nekrosis
Sama dengan infeksi, nekrosis pada bagian superficial dari daerah luka dapat diobati
dengan pengobatan konservatif karena proses penyembuhan kemungkinan masih berlangsung
dibawah kulit yang nekrosis. Tapi apabila area nekrosis telah lebih luas hal ini
mengindikasikan dari adanya gangguan vaskular dan gangguan dari penyembuhan area luka
yang luas, maka dapat dilakukan reseksi yang luas atau mengulang tindakan amputasi dari
ekstremitas yang lebih superior.
2.6.4. Kontraktur
Kontraktur sendi biasa terjadi akibat penundaan kembali gerakan aktif dari ekstremitas
pasca amputasi. Apabila kontraktur telah terbentuk maka physical terapi yang dibutuhkan
menjadi lebih banyak, termasuk penguatan kembali dari gerakan otot pasif. Hindari dari
terbentuknya kontraktur pada daerah siku karna dapat terjadi osifikasi heterotropik.
2.6.5. Neuroma
Terlepas dari teknik yang digunakan untuk membagi saraf perifer, neuroma selalu
terbentuk. Jika Neuroma yang dikompresi terhadap permukaan kaku (tulang atau dinding
palsu) atau jika neuroma yang mengalami traksi karena masih terjebak dalam penyembuhan
bekas luka, maka nyeri pasti terjadi. Ketika neuroma menjadi gejala, biasanya dapat diobati
dengan mengubah soket prostetik untuk menghindari tekanan atau traksi pada lesi. Ketika
semua upaya nonoperative gagal untuk mengurangi rasa sakit, neuroma mungkin dipotong
sehingga akan menghilangkan nyeri, dan saraf dibagi pada tingkat yang lebih proksimal. Pada
anak-anak, neuromas jarang memerlukan intervensi bedah.
2.6.6. Phantom Sensasi
Fenomena ini kurang dipahami didefinisikan sebagai gangguan pemahaman sensoris
pasien dari bagian diamputasi anggota badan. Sensasi mungkin mengganggu tapi jarang
menyakitkan. Banyak modalitas telah digunakan dalam upaya untuk mencegah dan
meminimalkan intensitas sensasi. Amitriptyline dan gabapentin dapat dianggap agen lini
pertama dalam pengobatan farmakologis sensasi phantom. agen lain yang digunakan kurang
umum adalah capsaicin, kalsitonin, mexiletine, carbamazepine, propranolol, metoprolol, dan
clonazepam. Banyak dari obat ini hanya memiliki penggunaan pada sejumlah laporan kasus
dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Bukti substansial juga ada untuk mendukung
anestesi epidural perioperatif dan anestesi intraneural pasca operasi diterapkan ke saraf
transected di ekstremitas bawah yang diamputasi, yang mungkin efektif dalam ekstremitas
atas. Namun, data tersebut dalam ekstremitas atas belum tersedia. sensasi phantom jarang
terjadi pada anak-anak.
2.6.7. Trombosis Vena Dalam
Pasien yang telah menjalani amputasi mungkin akan terjadi peningkatan risiko untuk DVT.
Meskipun orang dengan amputasi ekstremitas atas dapat memobilisasi setelah operasi mereka
lebih mudah dibandingkan dengan amputasi ekstremitas bawah dan akibatnya hadir dengan
kejadian yang lebih sedikit dari DVT, kondisi medis yang mendasari sering mempengaruhi
untuk komplikasi ini. beberapa faktor risiko untuk DVT, seperti usia, imobilitas untuk
beberapa derajat, dan amputasi itu sendiri yang melibatkan ligasi pembuluh, ada pada
populasi ini. Selanjutnya, 25% dari pasien yang menjalani bedah vaskuler memiliki keadaan
hiperkoagulasi diidentifikasi. Sayangnya, sebagian besar data berkaitan dengan individu
dengan amputasi ekstremitas bawah; Oleh karena itu, sulit untuk membuat kesimpulan
tentang
risiko
bagi
penyandang
amputasi
ekstremitas
atas.
Namun demikian, akan dianjurkan untuk mengelola dosis rendah subkutan heparin untuk
pasien sementara mereka berada di rumah sakit setelah amputasi, asalkan mereka tidak
memiliki kontraindikasi untuk antikoagulasi. heparin molekul rendah-berat (LMWH), seperti
enoxaparin dan dalteparin, dapat meningkatkan risiko perdarahan dan pembentukan
hematoma dan dapat menyebabkan lebih banyak antikoagulan daripada yang diperlukan di
ekstremitas atas. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai risiko dan manfaat
dari terapi ini.
2.6.8. Pertumbuhan Berlebihan dari Ekstremitas Terminal
Meskipun banyak komplikasi amputasi, seperti neuroma atau nyeri phantom, kurang
bermasalah pada anak-anak, pertumbuhan berlebih terminal terjadi pada tingkat tertentu pada
semua anak dengan amputasi; sampai dengan 12% dari anak-anak dengan amputasi
membutuhkan satu atau lebih revisi tunggul. amputasi lengan kurang bermasalah di
ekstremitas atas dari atas siku, mengingat bahwa humerus yang paling sering dikaitkan
dengan fenomena ini. radius adalah yang paling mungkin kedua di ekstremitas atas untuk
menunjukkan pertumbuhan berlebih terminal. Pada individu dengan amputasi lengan,
pertumbuhan berlebih yang paling umum terjadi sebagai kontur pincerlike dari radius dalam
kaitannya dengan ulna. deformitas ini kadang-kadang menyebabkan radial epiphysis
proksimal miring. Kurang umum, ulna dapat tumbuh terlalu cepat dengan proyeksi subkutan.
Penyebab pertumbuhan berlebih masih kontroversial. Contracture dari pembungkus
jaringan lunak dan pertumbuhan yang tidak proporsional tulang dari fisis proksimal ke
jaringan lunak telah terlibat. Namun, hipotesis saat ini, menurut Speer, adalah bahwa
mekanisme yang ditetapkan penyembuhan patah tulang normal dan lokal penyembuhan luka.
pasien anak dengan disarticulations tidak menunjukkan pertumbuhan berlebih terminal,
karena tulang rawan artikular bertindak sebagai penghalang alami untuk kegiatan ini. Untuk
alasan ini, serta untuk melestarikan fisis distal dan mempertahankan pertumbuhan stump
normal, disarticulations adalah terapi pilihan pada anak-anak bila memungkinkan.
Kebanyakan upaya untuk mencegah pertumbuhan berlebih terminal, termasuk pembatasan
tulang berakhir dengan Silastic atau allograft dan autograft jaringan, telah gagal. Satu-satunya
pengobatan untuk pertumbuhan berlebih terminal gejala adalah revisi dari amputasi.
Sisa tulang sesekali terbentuk di ujung tulang, terutama pada anak-anak. Tidak seperti
pertumbuhan berlebih terminal, taji tulang hampir tidak pernah membutuhkan reseksi dan
ditoleransi dengan baik dengan modifikasi soket prostetik.