Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-1

BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1.Hasil Perhitungan
Tabel III.1.1. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Reducer (Titik 1-0)
V (m/s)
8,4

F(J/kg)
5,5958

M1
1,126

M0
1,130

7,896

5,3278

1,072

1,074

6,552

4,6323

0,997

1,001

5,1

3,444

0,976

0,977

Tabel III.1.2. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Pipa Lurus Diameter 0.207 meter
(Titik 5-1)
V (m/s)
8,4

F(J/kg)
197,143

M1
1,126

M5
1,127

7,896

191,354

1,072

1,073

6,552

186,451

0,997

0,998

5,1

172,760

0,975

0,976

Tabel III.1.3. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Enlarger (Titik 6-5)
V (m/s)
8,4

F (J/kg)
114,431

M5
1,127

M6
1,128

7,896

108,93

1,073

1,074

6,552

94,671

0,998

0,999

5,1

80,98

0,976

0,975

Tabel III.1.4. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Pipa Lurus Diameter 0.105 meter
(Titik 9-6)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-2

V (m/s)
8,4

F(J/kg)
3879,2

M6
1,128

M9
1,129

7,896

3771,2

1,074

1,075

6,552

3541,6

0,999

0,999

5,1

2661,7

0,975

0,975

Tabel III.1.5. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Elbow 90 (Titik 10-9)
V (m/s)
8,4

F(J/kg)
154,11

M9
1,129

M10
1,127

7,896

147,04

1,075

1,073

6,552

127,8

0,999

0,998

5,1

108,79

0,975

0,974

Tabel III.1.6. Tabel Perhitungan Energy Losses pada Pipa Lurus Diameter 0.105 meter
(Titik 11-10)
V (m/s)
8,4

F(J/kg)
709,46

M10
1,126

M11
1,126

7,896

728,91

1,073

1,073

6,552

678,13

0,997

0,996

5,1

143,77

0,974

0,974

Tabel III.1.7. Tabel Perhitungan Total Energy Losses


V

Reduce

Pipa Lurus

Enlarge

Pipa Lurus

Elbow

Pipa Lurus

(m/s)

( 20,7 cm )

( 10,5 cm )

90

( 10,5 cm )

(Titik 5 ke 1)

(Titik 9 ke 6)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

(Titik 11

Total

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-3
ke 10)

8,4

5,5958

197,143

114,431

3879,2

154,11

709,46

4785,4

7,896

5,3278

191,354

108,93

3771,2

147,04

728,91

4691,4

6,552

4,6323

186,451

94,671

3541,6

127,8

678,13

4406,2

5,1

3,444

172,760

80,98

2661,7

108,79

183,77

2978,3

Tabel III.1.8. Tabel Perhitungan Faktor Friksi


Pipa Lurus

Enlarge

Pipa Lurus

Reducer

( 20,7 cm )

8,4

0,408

(Titik 5 ke 1)
0,807

0,551

(Titik 9 ke 6)
0,425

7,896

0,408

2,242

0,551

6,552

0,408

1,369

5,1

0,408

4,844

(m/s)

( 10,5 cm)

Elbo
w 90

Pipa Lurus
( 10,5 cm)

0,75

(Titik 11 ke 10)
0,013

0,426

0,75

0,022

0,551

0,911

0,75

0,1361

0,551

2,723

0,75

0,467

III.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung friksi konduit aliran fluida kompresibel
isotermal dan mengukur kehilangan energi pada berbagai fitting. Percobaan ini mengunakan
empat variabel variasi kecepatan fluida yang terdapat pada blower yaitu 8,4 m/s (Vmaks); 7,896
m/s (94% Vmaks); 6,552 m/s (78% Vmaks) dan 5,1 m/s (Vmin).
Langkah pertama adalah menyalakan blower. Setelah itu, menunggu sekitar 3 menit
hingga aliran udara mencapai keadaan konstan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pengukuran dan memperoleh hasil yang akurat. Lalu mengatur posisi tirai sesuai dengan
variabel yang telah ditetapkan.
Pada percobaan pertama, variabel yang digunakan yaitu posisi tirai blower terbuka
penuh yang menghasilkan kecepatan maksimal (Vmaks). Lalu mengukur kecepatan udara di
bagian outlet pipa dengan menggunakan anemometer yaitu dengan cara meletakkan
anemometer pada titik 0 (output). Setelah mendapat kecepatan outlet sebesar 8,4 m/s (V maks),
kemudian mengukur tekanan tiap titik di konduit. Terdapat 11 titik pengukuran dan masingmasing titik diukur tekanannya dengan menggunakan manometer H2O. Data yang diperoleh
dari pengukuran ini hanya perbedaan ketinggian (h) pada manometer.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-4

Variabel kedua yaitu 94% dari kecepatan maksimal (V 2 = 7,896 m/s). Nilai kecepatan
tersebut diperoleh dengan cara mengukur kecepatan di outlet pipa dengan anemometer, pada
jarak yang sama saat melakukan pengukuran kecepatan awal, lalu mengatur bukaan tirai pada
blower hingga kecepatan udara yang keluar sama dengan 94% dari kecepatan maksimal (V maks
= 8,4 m/s). Selanjutnya melakukan langkah yang sama seperti variabel awal yaitu menghitung
tekanan di setiap titik menggunakan manometer H2O.
Lalu melanjutkan ke variabel ketiga yaitu saat kecepatan aliran udara 78% dari V maks,
cara memperoleh variabel ini sama dengan cara memperoleh variabel kedua. Kemudian,
variabel keempat adalah Vmin yaitu ketika tirai pada blower tertutup penuh diperoleh nilai Vmin
sebesar 5,1 m/s. Cara memperoleh variabel ini sama dengan cara memperoleh variabel
sebelumnya.
Percobaan ini dilakukan pada kondisi isotermal, yaitu kondisi dimana tidak terjadi
perubahan suhu. Sehingga ketika tidak terjadi perubahan volume, juga tidak terjadi perubahan
tekanan. Ketika terjadi perubahan volume, maka tekanan akan ikut berubah meskipun tidak
signifikan. Sehingga pada percobaan ini perubahan tekanan tidak terlalu berpengaruh karena
perubahannya sangat kecil dan dianggap tekanan setiap titik hampir sama. Sehingga energy
loss yang terjadi juga kecil. Kondisi isotermal dipilih untuk memudahkan analisa serta kondisi
isotermal tidak memerlukan energi sebanyak kondisi adiabatik, karena perubahan tekanan
(pressure drop) pada kondisi isotermal tidak sebesar perubahan tekanan pada kondisi
adiabatik.
Data yang diperoleh dari percobaan ini merupakan data h yang sesuai dengan Tabel
II.5.1-Tabel II.5.4. Dari data ini lalu menghitung tekanan di setiap titik pada setiap variabel
dengan menggunakan persamaan (22). Setelah itu menghitung bilangan Mach. Perhitungan
bilangan Mach untuk outlet (M0) mengunakan persamaan (2), dari M0 lalu dapat mencari M
tiap titik. Untuk pipa lurus menggunakan persamaan (14), sedangkan untuk enlarger dan
reducer mengunakan persamaan (21).
Bilangan Mach dihitung untuk mengetahui apakah fluida tersebut compressible atau
incompressible. Ketika bilangan Mach < 1 atau sangat kecil, berarti efek kompresibilitasnya
rendah dan dianggap tidak terjadi perubahan densitas. Sehingga, fluidanya merupakan fluida
incompressible. Ketika bilangan Mach > 1, berarti efek kompresibilitasnya besar dan terjadi
perubahan densitas. Sehingga, fluidanya merupakan fluida compressible. Dari perhitungan
didapatkan bilangan Mach mendekati 1, hal ini sesuai dengan teori yang berarti fluida yang
digunakan merupakan fluida compressible dan fluida mengalami perubahan densitas.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-5

Setelah itu, menghitung densitas udara di setiap fitting mengunakan persamaan (14),
densitas perlu dihitung karena fluida kompresibel jika mengalami perubahan tekanan, maka
akan

mengalami

perubahan

densitas

juga.

Densitas

suatu

titik

dicari

dengan

membandingkannya dengan tekanan dan densitas udara di titik lain. Kemudian menghitung
kecepatan di setiap fitting menggunakan persamaan kontinuitas yaitu persamaan (3).
Persamaan kontinuitas digunakan karena ada perbedaan diameter pada enlarger dan reducer
dengan anggapan mass rate sama.
Friksi dihitung dengan menggunakan persamaan (15) untuk pipa lurus yang
membutuhkan variabel panjang (L), diameter (D), tekanan (p), luas pipa (A), dan mass rate
(). Perhitungan friksi untuk reducer menggunakan persamaan (16), dan persamaan (17)
untuk enlarger yang keduanya membutuhkan variabel luas pipa (A). Sementara itu, untuk
friksi elbow 90 dapat diketahui secara langsung dari tabel dalam literatur, yakni sebesar 0,75
(Geankoplis, 2003). Energy loss dihitung dengan persamaan (23) untuk pipa lurus, persamaan
(24) untuk reducer dan persamaan (25) untuk enlarger. Variabel yang dibutuhkan untuk
menghitung energy loss pada pipa lurus adalah friksi (f), diameter (D), jarak antar titik (L),
dan kecepatan (v), sedangkan untuk reducer dan enlarger variabelnya adalah luas pipa (A)
dan kecepatan (v).
Berdasarkan hasil perhitungan friksi di sepanjang ducting lurus yang disajikan dalam
Tabel III.1.8. Secara teoritis, semakin besar friksi maka semakin kecil kecepatan karena untuk
mengatasi friksi yang besar maka akan diperlukan tekanan yang besar. Tekanan yang besar
mengakibatkan densitas yang semakin besar, sehingga untuk mempertahankan mass rate agar
sama kecepatan aliran fluida menjadi kecil. Untuk ducting lurus berdiameter 0,105 m (titik 9
ke 6 ) dan ducting lurus berdiameter 0,105 m (titik 11 ke 10) nilai friksi sudah sesuai teori.
Namun pada tabel III.1.8, terlihat bahwa untuk ducting lurus berdiameter 0,207 m (titik 5 ke
1) terdapat abnormalitas untuk nilai friksi. Friksi tidak berbanding terbalik dengan kecepatan.
Hal ini bisa disebabkan karena adanya sonic choking, yang pada kasus ini untuk pipa
berdiameter 0,207 m disebut expansion choking. Ketika udara melewati pipa yang tiba-tiba
mengalami enlargement maka akan terbentuk gelombang shock yang mengakibatkan
diskontinuitas tekanan sehingga nilai friksi tidak sesuai teori (Walters, 2000).
Selain itu, salah satu ciri fluida kompresibel, pemberian gaya di salah satu ujung suatu
sistem tidak menyebabkan aliran langsung di seluruh sistem. Fluida kompresibel yang berada
dekat dengan sumber gaya, densitasnya akan meningkat secara lokal akibat pemberian gaya
itu. Fluida yang tertekan akan mengembang terhadap partikel fluida di sebelahnya yang
menyebabkan partikel fluida disebelahnya menjadi mampat dan membuat gerakan gelombang
Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-6

denyut yang bergerak di sepanjang sistem. Gelombang denyut (shock wave) ini menyebabkan
diskontinuitas tekanan sehingga nilai friksi tidak sesuai dengan teori (Morrison, 2004).
Di samping itu, diketahui pula bahwa faktor friksi berbanding lurus terhadap diameter
ducting, dimana semakin besar diameter pipa maka semakin besar pula faktor friksi yang
ditimbulkan, dan semakin kecil diameter maka semakin kecil pula faktor friksi yang
ditimbulkan. Hal ini terjadi karena pada pipa yang berdiameter lebih besar maka fluida akan
mengalir dengan kecepatan lebih kecil, sehingga sesuai dengan pernyataan sebelumnya,
faktor friksinya lebih besar.
Friksi pada reducer diperoleh nilai faktor friksi yang konstan pada semua variabel
yaitu sebesar 0,419. Dan diperoleh pula nilai faktor friksi yang konstan pada semua variabel
untuk enlarger sebesar 0,580. Sementara itu, untuk friksi elbow 90 dapat diketahui secara
langsung dari tabel dalam literatur, yakni sebesar 0,75 (Geankoplis, 2003).
Dari hasil perhitungan energy losses, kemudian dibuat grafik yang menyatakan
hubungan antara energy losses tehadap kecepatan alir fluida pada berbagai fitting yang ada
dalam ducting

Gambar III.2.1. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Reducer
Pada reducer (titik 1 ke 0) tampak bahwa kecepatan fluida berbanding lurus terhadap
besarnya energi yang hilang tiap satu satuan massa, dimana semakin besar kecepatan udara
mengalir dalam ducting, maka energi yang hilang juga akan semakin besar. Begitu pula
sebaliknya, semakin kecil kecepatan udara mengalir dalam ducting, maka energi yang hilang
Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-7

juga akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa energy loss berbanding lurus (linier)
dengan kecepatan aliran fluida. Sehingga untuk reducer sudah sesuai teori.
Secara teori energy loss sendiri merupakan fungsi kecepatan dimana semakin besar
kecepatan, energy loss semakin besar. Sehingga energy loss berbanding lurus (linier) terhadap
kecepatan (Geankoplis, 2003).

Gambar III.2.2. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Pipa Lurus Diameter 0,207 m (Titik 5 ke 1)
Grafik kehilangan energi pada ducting lurus dengan diameter 0,207 m di atas tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan grafik yang dihasilkan
saat di reducer. Pada grafik tersebut tampak bahwa kecepatan fluida berbanding lurus
terhadap besarnya energi yang hilang tiap satu satuan massa. Ada sedikit perbedaan yaitu
adanya sedikit kelengkungan pada grafik diatas yaitu pada titik 78% Vmaks sampai Vmaks. Hal
ini disebabkan karena sonic choking seperti yang sudah dijelaskan diawal yang bisa
menyebabkan shock wave. Namun hal ini sepertinya tidak terlalu berpengaruh pada kecepatan
karena grafik masih menunjukan energi loss sebanding dengan kecepatan.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-8

Gambar III.2.3. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Enlarger
Grafik hubungan antara energy loss dengan kecepatan fluida pada enlarger
menunjukkan adanya kemiripan dengan grafik pada reducer. Hal ini dikarenakan keduanya
sama-sama berbanding lurus dengan kecepatan aliran fluida. Semakin tinggi kecepatan fluida
maka akan diikuti oleh semakin tingginya energy loss pada enlarger tersebut, begitu juga
sebaliknya.

Gambar III.2.4. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Pipa Lurus Diameter 0,105 m (Titik 9 ke 6)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-9

Grafik kehilangan energi pada ducting lurus dengan diameter 0,105 m di atas tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan grafik yang dihasilkan
saat di ducting lurus dengan diameter 0,207 m. Pada grafik tersebut tampak bahwa kecepatan
fluida berbanding lurus terhadap besarnya energi yang hilang tiap satu satuan massa. Serta
ada sedikit kelengkungan pada grafik diatas yaitu pada titik 78% Vmaks sampai Vmaks. Hal ini
disebabkan karena sonic choking seperti yang sudah dijelaskan diawal yang bisa
menyebabkan shock wave. Namun hal ini sepertinya tidak terlalu berpengaruh pada kecepatan
karena grafik masih menunjukan energi loss sebanding dengan kecepatan.

Gambar III.2.5. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Elbow 90
Sama seperti halnya pada reducer dan enlarger, pada elbow 90 juga tampak bahwa
kecepatan fluida berbanding lurus terhadap besarnya energi yang hilang tiap satu satuan
massa, dimana semakin besar kecepatan udara mengalir dalam pipa konduit, maka energi
yang hilang juga akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-10

Gambar III.2.6. Grafik Hubungan Antara Energy Loss dengan Kecepatan Fluida pada
Pipa Lurus Diameter 0.105 m (Titik 11 ke 10)
Grafik kehilangan energi pada ducting lurus dengan diameter 0,105 m di atas
menunjukkan perbedaan jika dibandingkan dengan grafik yang dihasilkan saat di ducting
lurus dengan diameter 0,105 m (titik 9 ke 6). Pada grafik tersebut nilai dari kehilangan energi
fluktuatif terhadap kenaikan kecepatan fluida. Hal ini terjadi karena titik 11 dekat dengan
blower yang menyebabkan alirannya seperti gelombang (shock wave) sehingga mempunyai
kecepatan yang fluktuatif. Selain itu pada rumus energy loss adanya fungsi kuadrat yang
menyebabkan grafik mempunyai nilai maksimal atau minimal. Serta energy loss yang terjadi
pada ducting lurus (titik 11 ke 10) ini lebih kecil daripada energy loss pada ducting (titik 9 ke
6). Dari sini diketahui bahwa energi yang hilang pada ducting lurus sebanding dengan
panjang ducting tersebut, dimana semakin pendek ducting maka energi yang hilang juga akan
semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
Apabila dibandingkan dengan ducting lurus berdiameter 0,207 (titik 5 ke 1) juga
menunjukkan perbedaan. Pada grafik diatas nilai dari kehilangan energi fluktuatif terhadap
kenaikan kecepatan fluida. Hal ini terjadi karena titik 11 dekat dengan blower yang
menyebabkan alirannya seperti gelombang (shock wave) sehingga mempunyai kecepatan
yang fluktuatif. Selain itu pada rumus energy loss adanya fungsi kuadrat yang menyebabkan
grafik mempunyai nilai maksimal atau minimal. Terlihat juga bahwa untuk diameter yang
lebih besar pada ducting lurus, energy loss nya lebih kecil daripada diameter yang lebih kecil.
Diameter yang lebih besar mengakibatkan kecepatan aliran fluida menjadi kecil dan sesuai
teori kecepatan sebanding dengan energy loss sehingga diperolehlah hubungan yang
berbanding terbalik antara diameter dengan energy loss.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-11

Apabila fluida diasumsikan sebagai fluida incompressible dan dilakukan perhitungan,


maka didapatkan hasil yang berbeda jika dibandingkan dengan perhitungan fluida
compressible. Hal ini dikarenakan perhitungan fluida incompressible menggunakan
persamaan Bernoulli. Hukum Bernoulli berlaku untuk aliran steady, aliran fluida
incompressible, aliran tanpa friction loss atau friction loss yang kecil dan aliran yang mengalir
mengikuti wadahnya. Sehingga berdasarkan hukum Bernoulli, fluida incompressible akan
memiliki total friction loss yang lebih kecil dari fluida compressible. Selain itu, densitas fluida
incompressible yang konstan juga menyebabkan perbedaan pada friction loss. Untuk fluida
compressible tidak bisa menggunakan hukum Bernoulli, karena hukum Bernoulli berlaku
untuk fluida tak mampat (incompressible). Hukum Bernoulli berlaku untuk fluida dengan
densitas konstan. Namun hukum Bernoulli bisa berlaku untuk fluida compressible, jika fluida
mengalir tanpa adanya perubahan tekanan atau perubahan tekanan sangat kecil.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Вам также может понравиться

  • F - Presensi 22904 1698801232
    F - Presensi 22904 1698801232
    Документ1 страница
    F - Presensi 22904 1698801232
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Intisari
    Intisari
    Документ2 страницы
    Intisari
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Perolehan_sd_8_Mar2023
    Perolehan_sd_8_Mar2023
    Документ23 страницы
    Perolehan_sd_8_Mar2023
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • fff7df802b 27356e1603
    fff7df802b 27356e1603
    Документ2 страницы
    fff7df802b 27356e1603
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1
    Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1
    Документ10 страниц
    Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Form Keterangan Pelamar
    Form Keterangan Pelamar
    Документ5 страниц
    Form Keterangan Pelamar
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Limbahkaca 120408102935 Phpapp02
    Limbahkaca 120408102935 Phpapp02
    Документ10 страниц
    Limbahkaca 120408102935 Phpapp02
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ21 страница
    Bab Ii
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Continuous Thickener, Sedimentation Practice, Flotation
    Continuous Thickener, Sedimentation Practice, Flotation
    Документ14 страниц
    Continuous Thickener, Sedimentation Practice, Flotation
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • B Planne2
    B Planne2
    Документ13 страниц
    B Planne2
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Kromatografi
    Kromatografi
    Документ21 страница
    Kromatografi
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan Proposal
    Lembar Pengesahan Proposal
    Документ2 страницы
    Lembar Pengesahan Proposal
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Humidity Chart
    Humidity Chart
    Документ3 страницы
    Humidity Chart
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • BNR Proses Nitrogen Removal
    BNR Proses Nitrogen Removal
    Документ9 страниц
    BNR Proses Nitrogen Removal
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Andi Dzulham Syah (Tugas Program Pascal) Pak Wahyu
    Andi Dzulham Syah (Tugas Program Pascal) Pak Wahyu
    Документ2 страницы
    Andi Dzulham Syah (Tugas Program Pascal) Pak Wahyu
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Cover Laporan Resmi Ko
    Cover Laporan Resmi Ko
    Документ1 страница
    Cover Laporan Resmi Ko
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Документ1 страница
    Tugas 1
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Laporan Resmi Cover Ak
    Laporan Resmi Cover Ak
    Документ1 страница
    Laporan Resmi Cover Ak
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Boateng Merasa Mirip Rivaldo
    Boateng Merasa Mirip Rivaldo
    Документ1 страница
    Boateng Merasa Mirip Rivaldo
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Ansori SUP B
    Ansori SUP B
    Документ9 страниц
    Ansori SUP B
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Isi Master
    Isi Master
    Документ1 страница
    Isi Master
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • 0733 37 C Jurmin Ganjil
    0733 37 C Jurmin Ganjil
    Документ5 страниц
    0733 37 C Jurmin Ganjil
    Dwi Hastuti
    Оценок пока нет
  • TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK
    TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK
    Документ24 страницы
    TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK
    Lidya Purwasih
    100% (1)
  • Nilai Dan Norma
    Nilai Dan Norma
    Документ10 страниц
    Nilai Dan Norma
    Lestari Purnama Sari
    Оценок пока нет
  • 1805 Chapter IV
    1805 Chapter IV
    Документ13 страниц
    1805 Chapter IV
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Document
    Document
    Документ2 страницы
    Document
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • IEQ-Jun2011 Section C BH PDF
    IEQ-Jun2011 Section C BH PDF
    Документ12 страниц
    IEQ-Jun2011 Section C BH PDF
    Muhammad Fiqi Syaifuddin
    Оценок пока нет
  • Fissdasii 10 Compatibility Mode
    Fissdasii 10 Compatibility Mode
    Документ6 страниц
    Fissdasii 10 Compatibility Mode
    Hamzah Syaifullah
    Оценок пока нет