Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(C-POL-3)
PRO KONTRA KEBIJAKAN KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK
DOSEN PENGAMPU :
AMIN HERI SUSANTO, LC, MA, Ph.D
PENYUSUN :
RIO PRATAMA
(155120500111029)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1
Latar Belakang.............................................................................................. 3
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
1.3
1.4
Kerangka Teori.............................................................................................. 5
1.4.1
Teori Kebijakan....................................................................................... 5
1.4.2
Kebijakan Cukai...................................................................................... 5
1.4.3
Konsep Cukai.......................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerimaan negara dari sektor pajak merupakan cara yang paling tepat dilakukan
pemerintah untuk menciptakan pembangunan yang mandiri menuju masyarakat yang adil dan
makmur, agar terlepas dari ketergantungan penerimaan dari sektor migas. Penerimaan
perpajakan terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam
negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak petambahan nilai barang dan
jasa, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, bea
peroleh hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.
Cukai merupakan salah satu sumber penerimaan negara dan sangat berkontribusi dalam
APBN, terutama sektor penerimaan dalam negeri. Cukai merupakan salah satu pungutan
tidak langsung. Pengenaan cukai terhadap (tiga) jenis barang kena cukai diantaranya etil
alkohol atau etanol, minuman yang mengandung etil alkohol, hasil tembakau. Penerimaan
cukai tembakau merupakan penerimaan yang paling besar diantara pungutan cukai lainnya.
Industri tembakau memberikan kontribusi besar bagi pemerintah dengan memperoleh
dana dari masyarakat bagi kas negara untuk pembiayaan belanja pemerintah. Penerimaan
cukai tembakau hampi setiap tahunnya mengalami kenaikan karena tembakau memberikan
eksternalitas negatif. Industri hasil tembakau, selain sebagai sumber penerimaan negara juga
memiliki sumbangan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah pekerja tidak
langsung untuk industri tembakau berjumlah sekitar 300 ribuan se-Indonesia dan petani
tembakau di Indonesia berjumlah 500 ribuan. Meskipun industri hasil tembakau memberikan
kontribusi positif bagi ekonomi nasional, akan tetapi industri hasil tembakau juga
memberikan dampak negatif bagi kesehatan mayarakat dan kondisi lingkungan, hal tersebut
yang menjadikan alasan produk hasil tembakau dikenakan cukai untuk pengurangan
konsumsi rokok dan perbaikan taraf kesehatan sehingga dapat mengurangi eksternalitas
negatif yang secara tidak langsung akan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kebijakan naiknya tarif cukai ini berawal dari penelitian studi Pusat Kajian Ekonomi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Studi yang
diterbitkan di Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia itu mengkaji dukungan publik
terhadap kenaikan harga rokok dan cukai untuk mendanai jaminan kesehatan nasional (JKN)
yang biasa dikenal dengan BPJS. Berdasarkan survei terhadap 1.000 orang dari 22 provinsi
dengan tingkat pengasilan di bawah Rp1 juta sampai di atas Rp20 juta, sebanyak 82%
responden setuju jika harga rokok dinaikkan untuk mendanai JKN. Peserta kemudian
ditanyakan berapa harga rokok maksimal yang sanggup dibeli dan sebanyak 72% menyatakan
akan berhenti merokok jika harga satu bungkus rokok diatas Rp50.000,Kebijakan atas kenaikan batasan harga jual eceran dan kenaikan tarif cukai menjadi
permasalahan, banyak yang berspekulasi bahwa kenaikan ini bukan hanya demi kesehatan
masyarakat, namun juga karena pemerintah menargetkan penerimaan sebesar RP 149,8 triliun
dari cukai rokok atau 11,72% dari total penerimaan negara 2017. Hal ini menimbulkan
keresahan berbagai pihak yang ada dalam industri rokok. Pasalnya, kenaikan target cukai
yang begitu drastis akan memberatkan sektor industri dan bisa menimbulkan gejolak hingga
pemutusan hubungan kerja (PHK).
semakin tidak menentu akibat dampak kenaikan harga rokok tersebut yang memiliki
kontribusi penting bagi penerimaan negara melalui penerapan cukai, pajak, bea masuk/bea
masuk progresif, pengaturan tata niaga yang sehat maupun pengembangan industri hasil
tembakau bagi kepentingan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah kenaikan harga rokok menjadi solusi efektif untuk mengurangi perokok aktif?
2. Akibat apa yang ditimbulkan dari kenaikan tarif cukai hasil tembakau?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan di atas maka yang jadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui efek dari kenaikan tarif cukai hasil tembakau.
2. Untuk menguji efektivitas berkurangnya perokok aktif setelah dikeluarkan aturan
kenaikan tarif cukai.
1.4 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.4.1
Teori Kebijakan
Kebijakan berasal dari kata yunani Polis akar katanya masuk kedalaam bahasa
latin menjadi Politea (negara) dan akhirnya Kebijakan merupakan terjemahan dari kata
policy yang berasal dari bahasa inggris. Kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkugan tertentu dengan
menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijakan tersebut dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses analisi kebijakan merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang
dilakukan di dalam proses kegiatan yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada
dasarnya bersifat politik.1
1.4.2
Kebijakan Cukai
Samuelson dalam arsjad menjelaskan terlebih dahulu 3 instrumen pokok yang
pengawasan
pemerintah
yang
langsung
Konsep Cukai