Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sementara itu, kelainan hati lebih lanjut berupa sirosis ditemukan pada 25%
pasien yang memiliki NASH. (Alvina, 2010)
2.4. Faktor Risiko NAFLD
Gaya hidup merupakan faktor risiko utama terjadinya NAFLD meskipun
penyakit ini akan dapat didahului oleh kelainan-kelainan sindrom metabolik
(Tabel 2.1). Studi dari Saudi Arabia melaporkan bahwa terjadinya sindrom
metabolik berkaitan erat dengan faktor gaya hidup. Pada individu pre-diabetes,
faktor gaya hidup ini (sedentary dan hypercaloric) dipercaya sebagai penyebab
utama terjadinya NAFLD. (Lankarani et al, 2013 ; Al-Jiffri et al, 2013 ; Berardis
et al, 2013 ; Liu et al, 2014)
Ternyata, sindrom metabolik tidak hanya menjadi penyebab NAFLD tetapi
juga dapat menjadi faktor risiko yang memperburuk NAFLD. Studi dari
Yogyakarta melaporkan bahwa pasien yang mengalami obesitas disertai dengan
hypertriglyceridemia berisiko 3-4 kali lipat berkembang menjadi NASH.
Sedangkan, pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 cenderung terkena
NAFLD dalam waktu 7 tahun dan lebih berisiko 10 kali lipat terkena NAFLD
dibandingkan dengan pasien NAFLD tanpa disertai diabetes mellitus tipe 2.
(Ratnasari et al, 2012)
Dari
segi
jenis
kelamin,
kecenderungan
NAFLD
masih
belum
Dari segi umur, studi dari Semarang melaporkan bahwa NAFLD memiliki
kecenderungan pada usia antara 2374 tahun dengan rata-rata terjadi pada usia 48
tahun. Sekitar 58,3% pasien berada dalam kelompok usia 41-60 tahun. Sedangkan,
pasien lainnya (33,3%) berada dalam kelompok usia 21-40 tahun. (Sari, 2012)
2.5. Penyebab NAFLD
Sampai saat ini, terjadinya NAFLD dipercaya berkaitan dengan sindrom
metabolik. Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005, kriteria
sindrom metabolik terdiri dari lima komponen yang tercantum dalam tabel 2.1.
Apabila tiga/lebih diantara lima kriteria tersebut terpenuhi, maka diagnosis
sindrom metabolik dapat ditegakkan. Namun, sumber lain mengatakan bahwa
diagnosis sindrom metabolik ditegakkan apabila ditemukannya obesitas sentral
yang disertai minimal dua kriteria berikut. (Chalasani et al, 2012 ; Ratnasari et al,
2012)
Tabel 2.1. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut IDF 2005
No
Kriteria
Obesitas
Nilai
94 cm (Pria Erop
Eropa) ;
90 cm (Pria Asia
Trigliserida
Penurunan HDL
Peningkatan Tekanan
Darah
Studi dari Jakarta melaporkan bahwa kelima kriteria tersebut (baik tunggal
maupun kombinasi) memiliki prevalensi masing-masing terhadap kejadian
NAFLD yang tertera dalam tabel berikut : (Alvina, 2009)
Tabel 2.2. Prevalensi NAFLD Berdasarkan Distribusi Sindrom Metabolik
No
Faktor Risiko
Nilai (%)
Dislipidemia
12.2
DM (Diabetes Mellitus)
14.4
Hiperkolesterolemia
15.5
Hipertrigliseridemia
4.4
Hipertensi
2.2
Obesitas
10
Dislipidemia + Hypertension
3.3
Dislipidemia + DM
5.5
DM + Hiperkolesterolemia
3.3
10
DM + Hipertrigliseridemia
1.1
11
DM + Hipertensi
11.6
12
Hiperkolesterolemia+ Hipertensi
1.1
13
Obesitas+ Dislipidemia
2.2
14
Obesitas+ DM
1.1
15
Obesitas+ Hiperkolesterolemia
5.5
16
6.6
Konsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh dan kolesterol dapat
menyebabkan resistensi insulin dan inflamasi hepatocyte. Selain itu, konsumsi
fruktosa juga dapat meningkatkan trigliserida pada plasma dan jaringan adiposa
visceral. (Alwahsh et al, 2014 ; Al-Jiffri et al, 2013; Schwenger et al, 2014)
Hubungan pola makan dengan sindrom metabolik akan jelas terlihat pada
skema berikut :
Pola Makan
Kuantitas makanan
(makan berlebihan)
*Obesitas
Peningkatan lemak
perifer dan
visceral
*Peningkatan TG ;
Resistensi
*Penurunan HDL
Terbentuknya
Insulin
atherosclerotic
*Peningkatan Tekanan
Akumulasi
pada hati
Resistensi
Insuli
n
Hepatic
*Peningkatan
Darah (Hipertensi)
KGD
(DMT2)
10
11
dengan
sindrom
metabolik),
diabetes
tipe
2,
dan
penyakit
12
13
14
terhadap
sinyal
ultrasonografi
(gambaran
15
Indeks ini sudah digunakan pada studi populasi dengan ketepatan 0.84
dalam deteksi fatty liver. Apabila score yang diperoleh <30, maka hasil dapat
diabaikan. Namun, apabila mencapai
16
17
18
19
pertumbuhan
bakteri.
Sedangkan,
pemberian
probiotik