Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam lainnya adalah akibat buruknya transportasi
laut di Indonesia.
Pada seorang jenazah yang terendam di dalam air dan diduga mengalami kematian
akibat tenggelam, perlu ditentukan apakah korban masih hidup saat tenggelam yang ditandai
adanya tanda-tanda intravital, apakah ada tanda-tanda kekerasan lain, dan sebab kematian.
Semua hal dapat ditentukan melalui pemeriksaan luar jenazah dan pemeriksaan dalam
jenazah, ditunjang oleh pemeriksaan penunjang. Dengan rangkaian pemeriksaan ini dapat
ditegakkan diagnosis tenggelam dan dapat diperkirakan sebab dan mekanisme kematian
jenazah yang ditemukan. Dokter dalam bidang ilmu kedokteran forensik memiliki peran yang
penting dalam kasus-kasus kematian akibat tenggelam seperti dalam membantu upaya
identifikasi korban dan menentkan sebab kematian. Dengan penulisan referat ini, penyusun
berharap dapat mengulas selengkap-lengkapnya tentang kasus-kasus kematian akibat
tenggelam.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum:
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kasus-kasus tenggelam terutama
dalam bidang forensik
1.2.2
Tujuan Khusus:
Mengetahui tentang tenggelam
Mengetahui perbedaan mati tenggelam di air asin dan air tawar
Mengetahui tanda-tanda kematian akibat tenggelam
Mengetahui penatalaksanaan guna mencegah kematian akibat tengggelam
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam referat ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Manfaat Aplikatif:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Tenggelam
Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan.1 Pada peristiwa tenggelam (drowning),
seluruh tubuh tidak harus tenggelam didalam air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada
dibawah permukaan air maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa
tenggelam. Maka berdasarkan pengertian tersebut, peristiwa tenggelam tidak hanya dapat
terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi didalam westafel atau ember berisi air.
Istilah Tenggelam
Beberapa istilah drowning :
Wet drowning, pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah
2.2.
korban tenggelam.
3
Dry drowning, pada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan,
akibat refleks vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.
Tahapan Tenggelam
Fase-fase dalam tenggelam dibagi menjadi1 :
a. Fase surprise respiration 5-10 detik, masih dapat bernapas sekali atau dua kali,
2.3.
korban panik.
b. Fase pertama henti napas, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, korban berusaha
mencapai permukaan, mulut tertutup dan pernapasan terhenti sesaat.
c. Fase respirasi dalam, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, muncul busa putih ke
permukaan, mulut terbuka, menelan cairan yang cukup banyak.
d. Fase kedua henti napas, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, tidak terjadi
pergerakan dada, refleks kornea dan terdapat dilatasi pupil.
e. Fase terminal, berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Terjadi kontraksi yang tak
beraturan dari bibir dan rahang, dapat terjadi konvulsi hipoksik.
2.4.
Sebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
a. Vagal refleks
Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan kematian karena vagal reflex disebut
tenggelam tipe I. Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem
tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia ataupun air di dalam paru-paru nya
sehingga sering disebut tenggelam kering (dry drowning).
b. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali terjadi.
Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada
pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, tetapi paru-parunya
tidak didapati adanya air atau benda-benda air. Tenggelam jenis ini disebut juga
tenggelam tipe I.
c. Pengaruh air yang masuk paru-paru
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai
gangguan elektrolit. Perlu diketahui bahwa masuknya air tawar di dalam paruparu akan mengakibatkan hemodilusi dan hemolisis. Dengan pecahnya eritrosit
maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hiperkalemi yang
akan mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel). Pemeriksaan post
mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi
4
dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru.
jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air pada paru-paru.
2.5.
Perbedaan Tenggelam di Air Tawar dan Air Asin
2.5.1 Air Tawar
Air tawar merupakan air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan
larutan mineral didalamnya. Air permukaan dan air sumur pada umumnya
mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti natrium, magnesium, kalsium dan
zat besi. Berikut ini adalah ciri-ciri yang biasa ditemukan pada korban tenggelam di
air tawar :
a. Paru berukuran biasa atau bias juga lebih kolaps dan ringan di banding
b.
c.
d.
e.
f.
aspirasi 20 ml/kgBB
g. Profil darah : Berat jenis 1,05959 1,60. Hipertonik, hemokonsentrasi,
hipovolemi, hipokalemi, hipernatremi, hiperklorida.1,2,3
5
2.6.
2.7.
Saat orang terjun ke air, ia akan terbenam untuk pertama kalinya diakibatkan
gaya gravitasi. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari pada berat jenis air, maka
korban akan timbul dan berusaha bernafas, namun akan banyak air yang tertelan dan
terinhalasi, sehingga berat jenis koran menjadi lebih besar dibandingkan dengan air dan
korban tenggelam untuk kedua kalinya. Sewaktu berada pada dasar air (misalnya sungai,
danau atau laut) maka akan terjadi proses pembusukan dan terbentuklah gas
pembusukan. Waktu yang dibutuhkan agar gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh
korban sekitar 7 sampai 14 hari. Selama mengapung tubuh dapat pecah karena proses
pembusukan yang terus berlangsung, hantaman benda-benda disekitarnya ataupun
tergigit binatang yang mengakibatkan gas pembusukan keluar dan korban pun tenggelam
untuk ketiga kalinya.
2.8.
dalam Simpons Forenic Medicine sedikit berbeda. Di dalam buku tersebut istilah
drowning atau true drowning hanya terbatas dalam kasus-kasus dimana cairan masuk
ke dalam saluran pernapasan dengan akibat hipoksia yang dapat berujung kepada
kematian. Bila cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan dan terjadi kematian
akibat sebab yang lain maka hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu drowning.
Maka dalam buku ini, istilah dry drowning digunakan untuk menggambarkan keadaan
dimana pada jenazah saat dilakukan otopsi tidak adanya ditemukan cairan
dalamsaluran pernapasan dan paru-paru. Cairan tidak di temukan karena sudah di
serap masuk ke dalam sirkulasi purmonal. Hal ini berarti istilah dry drowning / drylung drowning yang di maksud dalam buku Simpsons Forensic Medicine ialah bila
tenggelam dalam air tawar yang hipotonis.
c. Secondary drowning : Pada secondary drowning, gejala terjadi beberapa hari setelah
korban tenggelam dan korban meninggal akibat komplikasi. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat tenggelam antara lain infeksi, edema paru, gagal jantung, gagal ginjal,
pneumoni aspirasi, dan gangguan elektrolit.
d. Immersion syndrome : Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin
akibat refleks vagal yang menyebatkan cadiac arrest/ henti jantung. Keadaan tersebut
hanya dapat dijelaskan oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel dan dapat dibuktikan
bahwa pada orang yang masuk ke air dingin atau tersiram air dingin, dapat mengalami
ventrikular ectopic beat. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor
pencetus.
Pemeriksaan Post Mortem Tenggelam
2.9.
Keadaan sekitar individu pada kasus tenggelam penting. Perlu diingat adanya
kemungkinan korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air. Tenggelam terjadi
tidak hanya terbatas di dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang, tetapi
mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di
bawah permukaan air. Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka
diagnosis kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui:1
a. Pemeriksaan luar
b. Pemeriksaan dalam
c. Pemeriksaan penunjang lainnya.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat
berdasarkan adanya diatom pada paru, ginjal, otot skelet atau sumsum tulang. Pada mayat
akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat
ditentukan. 1
8
dalam hitungan menit, namun pada paparan air bersuhu dingin kelainan ini muncul
setelah 4-5 jam. Pada penelitian lain menunjukan bahwa maserasi muncul pada ujung
jari dalam 2-4 jam, dan pada telapak tangan muncul sekitar 24 jam. Pada korban yang
menggunakan alas kaki, waktu maserasi sempurna muncul dua kali lebih lama
dibanding waktu yang dbutuhkan untuk terjadinya maserasi di tangan korban yang tidak
tertutupi pakaian. Gambaran ini tidak mengindikasikan secara pasti bahwa mayat mati
ditenggelamkan, karena pada mayat lama (yang mati bukan karena tenggelam) bila
dimasukan ke dalam air juga akan mengalami maserasi.
h. Glove-like fashion and Stocking-like fashion. Penenggelaman dalam waktu lama akan
mengakibatkan terkelupasnya kulit korban yang telah mengalami maserasi, terutama
pada kulit tangan dan kaki. Hal ini disebut glove-like fashion and stocking-like fashion.
Hal ini dapat pula disertai dengan hilangnya lapisan pigmen kulit sehingga
menyebabkan perubahan warna kulit yang terkadang mengakibatkan salah persepsi
pada pemeriksaan warna kulit (salah menentukan ras dari warna kulit).1,4
i. Cadaveric spasm, merupakan reaksi intravital, sebagaimana pada korban tenggelam, di
genggaman tangannya dapat ditemukan benda-benda air, seperti rumput laut, dahan,
atau batu. Keadaan Cadaveric Spasm adalah hasil dari proses biokimia perubahan ATP
menjadi ADP. Dalam proses kontraksi dan relaksasi diperlukan perubahan berkala dari
ADP menjadi ATP. Perubahan ADP menjadi ATP ini dimediasi oleh proses
glikogenolisis. Tidak adanya proses glikogenolisis pada jenazah menyebabkan ADP
tidak dapat disintesa kembali menjadi ATP dan membuat otot mempertahankan
kontraktilitasnya, sehingga membuat kesan kaku. Ini menunjukan bahwa waktu korban
masih hidup saat tenggelam, korban berusaha mencari pegangan. Saat kematian terjadi,
genggaman tersebut menetap dan menjadi spasme.1,4
j. Luka-luka pada daerah wajah, tangan, dan tungkai bagian depan. Luka-luka ini terjadi
akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, benda-benda keras disekitar sungai,
atau bekas gigitan binatang laut.1,4
Pada mayat yang sudah membusuk, dapat ditemukan:5
a. Mata melotot karena terbentuknya gas-gas pembusukan. Seringkali sudah rusak karena
dimakan ikan, dan sebagainya.
b. Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah. Hal ini
juga dapat terjadi pada mayat yang mengalami pembusukan di darat.
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang negro).
10
d. Pugilistic attitude, posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan
tampak membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
e. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk FeS. Ini
dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau adanya gas
pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit tidak jelas,
rambut lepas. Semua ini harus dibedakan dengan luka-luka yang disebabkan oleh
binatang-binatang:
Ikan: ikan hiu memberikan luka tajam.
Udang: memberikan luka yang mirip luka tembak, dan biasanya udang tersebut
2.7.2
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam, terdapat beberapa perubahan yang signifikan dalam tubuh
korban tenggelam. Berikut ini adalah penjelasan perihal temuan penting pemeriksaan dalam
korban tenggelam.1,
a. Busa halus disertai benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air, dan lain-lain) dalam
saluran pernapasan (trakea dan percabangannya) dan paru.1,2,4
b. Paru tampak overdistanded seperti balon, lebih berat, hingga menutupi kandung jantung.
Pada pengirisan akan tampak keluar cairan dalam jumlah yang banyak dari menyebabkan
edema dan kongensti paru. Edema dan kongesti dapat menjadi sangat hebat sehingga
beratmya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru normal adalah sekitar 250300 gram. Gambaran paru-paru tersebut dikenal dengan nama emphysema aquosum
atau emphysema hydroaerique. 1,4,6
c. Pada pengirisan, tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari
penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluar cairan bercampur busa
tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. 1,4,6
d. Bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat robekannya penyekat
alveoli (polsin). 1,4,6
e. Terjadi bendungan darah sistemik, sehingga organ visceral seperti ginjal, hati, otak, dan
limpa mengalami edema. 1,4,6
f. Volume lambung dapat membesar berisi air, lumpur, dan benda-benda asing dari
perairan. Air dan substansi-substansi asing tersebut dapat berada dalam lambung karena
tertelan oleh korban saat berusaha untuk bernafas. Beberapa ahli patologi menyatakan
11
turbulensi air dan relaksasi gastroesofageal sfingter, sehingga tanda ini tidak dapat
dijadikan tanda khas mati akibat tenggelam. Keainan ini juga dapat ditemukan di usus
halus. 1,4,6
g. Ditemukan perdarahan di area telinga tengah dan selula etmoidalis yang kemungkinan
merupakan dampak dari barotrauma. Hal ini disebabkan karena penetrasi air yang
terhirup melewati tuba eustachius. Peningkatan tekanan kapiler dan vena secara tiba-tiba
menyebabkan pecahnya pembuluh darah di area ini. Akan tetapi, temuan ini memiliki
spesifisitas yang kurang baik. 1,4,6
h. Ditemukan sinus-sinus berisi cairan, terutama sellula etmoidalis dan sinus sphenoidalis.
Hal tersebut terjadi karena saat tenggelam korban berusaha bernafas secara kuat, air akan
masuk ke rongga mulut dan hidung, selain mengakibatkan aspirasi paru, juga dapat
menyebabkan air terhisap ke bagian atas rongga hidung mengisi sinus-sinus. 1,2,4
Tanda-tanda yang ditemukan pada jenazah korban tenggelam berdasarkan onset waktu
terbagi 2 , yaitu tanda awal meliputi maserasi kulit, kutis anserina, hipostatis, rigor
mortis, dan tanda lambat yang meliputi putrefaksi, pembentukan adiposera, dan
skeletonisasi. 1,4,6
2.10. Pemeriksaan Khusus yang Dapat Dilakukan pada Kasus
Tenggelam
a. Percobaan getah paru (Longsap proof),
b. Pemeriksaan darah secara kimia (Gettler test),
c. Tes Destruksi & analisa isi lambung,
d. Pemeriksaan histopatolgi jaringan paru,
e. Menentukan berat jenis plasma (BJ plasma).
2.8.1 Definisi dan Morfologi Diatom
Diatom kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling
sering ditemui. Diatom sendiri merupakan
fitoplankton yang
termasuk
ke
tengah
samudra.
dari
Pelekatan
mereka
melekat
diatom biasanya
mempunyai semacam
gelatin
pada substrat
karena
(Gelatinous
yang
lebih
tumbuhan
ini
extrusion) yang
bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola arus dan pergerakan
massa air baik itu secara horizontal maupun vertikal. Diperkirakan
didunia ada sekitar 1400-1800 jenis diatom, tetapi tidak semua hidup
sebagai plankton.
Ada
yang
juga
yang
kehidupan
hidup
sebagai
bentos (didasar
laut)
atau
air dapat membuatnya lepas dari dasar dan terbawa hanyut sebagai
plankton (disebut sebagai tikoplankton).
Dari bentuknya, diatom itu sendiri dikenal dengan cell diatom
melingkar (Centric diatom) dan
cell
diatom
memanjang
(pennate
bulat,
segitiga
atau
lonjong,
dengan penampang
segiempat. Sebaliknya
mempunyai simetri
memanjang
silindris,
atau
bilateral,
berbentuk
diatom
yang
sigmoid
penat
bentuknya
seperti
huruf
bulat,
(pinnate)
umumnya
S. Sepanjang
median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe (raphe).
Struktur umum sel diatom dapat dijelaskan secara
sederhana
frustul
terdiri
dari
dua valvula
setangkup, bagaikan cawan petri (petri dish), atau bagaikan kotak obat
(pill box).
disebut
epiteka yang
menutupi
tumpang
Seluruh
tindih
permukaan
yang
melingkar pinggangnya
valvula boleh
dikatakan
penuh
disebut
dengan
sitoplasma
sel dengan
ligkungan
untuk identifikasi
jenis.
13
dalam
Di
dalam
frustul
terdapat sitoplasma
besar.
Di
dalam
diatom
banyak
ditentukan
dingin
Rhizosolemia
perairan
di
sekitar
kutub
tropis (circumtropical)
hangat. Dalam
kajian
yang
diatom
di
yang
telah
selatan. Sebaliknya,
terdapat
di
seluruh
jenis diatom, yang terdiri dari 91 jenis diatom sentrik, dan 36 jenis
diatom penate.
Pada
di
kasus
sumsum
tenggelam
tulang
kasus tenggelam
bergantung
musim,
oleh
di
air
tawar, keberadaan
di
air
selain juga
diatom
dipengaruhi
oleh
smithioi,
dan
Cocconeis
diminuta
Pinnularia
boreali
benda-benda
air
pada
paru-paru.
Tenggelam
jenis
ini
disebut
lainnya
o Rescue breathing
Berikan lima nafas bantu atau ventilasi secepat mungkin
Baerikan 10-15 nafas bantuan selama kurang lebih 1 menit.
o Chest compression
Letakkan korban pada permukaan yang rata
Pastikan korban tidak responsive dan tidak dapat bernafas normal
Berikan 30 kompresi dada
Lanjutkan resusitasi jantung paru (RJP) dengan rasio 30 kompresi : 2
ventilasi
o Automated External Defibrilation
Saat RJP berlangsung, jika terdapat AED, keringkan dada pasien,
pasang AED
o Regurgitation during resuscitation
Jika korban mengalami regurgitasi isi lambung dan air selama
resusitasi, balikkan tubuh korban ke samping dan keluarkan materi
regurgitasi menggunakan suction
16
penurunan kesadaran
Pastikaan preoksigenasi optimal sebelum intubasi
Gunakan induksi rapid sequence dengan tekanan krikoid untuk
17
celcius.
Berikan cairan IV untuk mengkoreksi hypovolemia (karena tekanan
BAB III
KESIMPULAN
Tenggelam merupkan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika
terlambat mendapatkan pertolongan. Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat
asfiksia yang disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Jumlah air
yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru sebanyak 2 liter untuk orang
dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi. Mekanisme tenggelam yang berujung
kematian ini disebabkan karena terjadinya proses asfiksia yang termasuk daam golongn
anoksia anoksik, dan mekanisme kematian akibat tenggelam sendiri terbagi menjadi beberapa
yaitu akibat spasme laring, gagging, dan choking; akibat reflex vagal; akibat fibrilasi
ventrikel serta akibat oedem pulmonal.
Berdasarkan lokasi tenggelam dapat diklasifikasikan ke dalam air tawar atau asin,
dimana tiap lokasi memberikan ciri yang khas dalam identifikasi seorang jenazah.
Pemeriksaan tersebut dibagi menjadi pemeriksaan luar dan dalam dimana pada hasil
pemeriksaan luar akan didapatkan temuan sianosis perifer, buih putih halus, washer woman
hand, cutis anserine, dan Tardieus spot. Sedangkan pada pemeriksaan dalam akan
18
didapatkan jenazah tenggelam di air asin paru-paru relative lebih basah dan tampak lebih biru
keunguan dibandingkan jenazah tenggelam di air tawar.
Pada jenazah tenggelam di air tawar paru-paru teraba seperti spons dan krepitasi
psotif dan paru-paru tampak merah pucat. Selain pemeriksaan diatas kita juga perlu
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan apakah jenazah tersebut ditemukan di air asin
atau air tawar, pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan diatom dan kimia darah jantung
Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Wibisana W, Siswadi S, et all. Buku Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta : 1997.h.64-8.
2. Sheperd R.Drowning and Immersion. Simpsons Forensic Medicine. 12th ed. USA :
Oxford Universitu Press Inc; 2003.h.105-10.
3. Zuckerbraun NS, Saladino RA. Pediatric Drowning : Current Management Strategies for
Immediate Care. Clin Ped Emerg Med.2005.h.49-56
4. Dahlan S. Asfiksia. Ilmu Kedokteran forensic; Pedoman Bagi Dokter dan penegak
Hukum. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro;2007.h.121-22.
5. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, Gatot S, Intarniati, Pranarka K, et al. Tanya
Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
2009.
6. Zuckerbraun NS, Saladino RA. Pediatric Drowning: Current Mangement Strategies for
Immediate Care.2005;Clin Ped Emerg Med 6:49-56.
19