Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tenggelam adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya gangguan respirasi
akibat masuknya cairan kedalam saluran napas atau paru-paru. Tenggelam tidak terbatas
hanya di dalam air seperti sungai, danau atau kolam tetapi mungkin juga terbenam dalam
kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.
Di seluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak kedua dan ketiga
yang menimpa anak-anak dan remaja. Pada umumnya kasus tenggelam ini sering terjadi di
negara-negara yang beriklim panas. Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini
berbeda-beda tingkatannya pada tiap-tiap negara. Dibandingkan dengan negara-negara
berkembang yang lain, reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di negara ini
masuk dalam urutan terbanyak. Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia
mencapai 1,5 juta, angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus
yang belum dilaporkan. Insiden yang paling banyak terjadi pada negara berkembang,
terutama pada anak-anak kurang dari 5 tahun dan orang dewasa umur 15-24 tahun.
Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika
terlambat mendapatkan pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2012
di seluruh dunia ada 372.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati
urutan ketiga cedera yang menyebabkan kematian.
Anak-anak dan dewasa pria dan orang-orang yang memiliki aktifitas yang berada di
air memiliki risiko yang lebih tinggi. Walaupun tenggelam terjadi kepada dua jenis kelamin,
golongan laki-laki adalah tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam dibandingkan dengaan
golongan wanita.
Indonesia memiliki kawasan yang strategis dalam dunia pelayaran karena Indonesia
merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Maka dari itu, jasa transportasi laut
memiliki potensi yang sangat besar dengan konektivitas antar pulau maupun antar Negara.
Namun akibat buruknya transportasi laut di Indonesia dapat menyebabkan tenggelamnya
kapal laut. Hampir setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut, banyak
terjadi kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri
1

wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam lainnya adalah akibat buruknya transportasi
laut di Indonesia.
Pada seorang jenazah yang terendam di dalam air dan diduga mengalami kematian
akibat tenggelam, perlu ditentukan apakah korban masih hidup saat tenggelam yang ditandai
adanya tanda-tanda intravital, apakah ada tanda-tanda kekerasan lain, dan sebab kematian.
Semua hal dapat ditentukan melalui pemeriksaan luar jenazah dan pemeriksaan dalam
jenazah, ditunjang oleh pemeriksaan penunjang. Dengan rangkaian pemeriksaan ini dapat
ditegakkan diagnosis tenggelam dan dapat diperkirakan sebab dan mekanisme kematian
jenazah yang ditemukan. Dokter dalam bidang ilmu kedokteran forensik memiliki peran yang
penting dalam kasus-kasus kematian akibat tenggelam seperti dalam membantu upaya
identifikasi korban dan menentkan sebab kematian. Dengan penulisan referat ini, penyusun
berharap dapat mengulas selengkap-lengkapnya tentang kasus-kasus kematian akibat
tenggelam.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum:
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kasus-kasus tenggelam terutama
dalam bidang forensik
1.2.2

Tujuan Khusus:
Mengetahui tentang tenggelam
Mengetahui perbedaan mati tenggelam di air asin dan air tawar
Mengetahui tanda-tanda kematian akibat tenggelam
Mengetahui penatalaksanaan guna mencegah kematian akibat tengggelam
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam referat ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Apa itu kematian akibat tenggelam?


Apa itu perbedaan tenggelam di air asin dan air tawar?
Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan terhadap jenazah tenggelam?
Apa saja penyulit dalam pemeriksaan terhadap jenazah tenggelam?
Apa saja penatalaksanaan untuk mencegah kematian akibat tenggelam?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis:
Menambah wawasan dalam pengetahuan mengenai kasus tenggelam
1.4.2

Manfaat Aplikatif:
2

a. Bagi dunia pendidikan : menambah pengetahuan mengenai kasus tenggelam


b. Bagi institusi forensik : menambah pengetahuan mengenai pemeriksaan yang
dapat dilakukan terhadap jenazah yang diduga tenggelam
c. Bagi institusi hukum : menambah pengetahuan mengenai kasus tenggelam dalam
menunjang investigasi suatu kasus pidana atau perdata

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi Tenggelam
Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan.1 Pada peristiwa tenggelam (drowning),
seluruh tubuh tidak harus tenggelam didalam air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada
dibawah permukaan air maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa
tenggelam. Maka berdasarkan pengertian tersebut, peristiwa tenggelam tidak hanya dapat
terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi didalam westafel atau ember berisi air.
Istilah Tenggelam
Beberapa istilah drowning :
Wet drowning, pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah

2.2.

korban tenggelam.
3

Dry drowning, pada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan,

akibat spasme laring.


Secondary drowning, terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan

diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.


Immersion syndorme, korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin

akibat refleks vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.
Tahapan Tenggelam
Fase-fase dalam tenggelam dibagi menjadi1 :
a. Fase surprise respiration 5-10 detik, masih dapat bernapas sekali atau dua kali,

2.3.

korban panik.
b. Fase pertama henti napas, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, korban berusaha
mencapai permukaan, mulut tertutup dan pernapasan terhenti sesaat.
c. Fase respirasi dalam, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, muncul busa putih ke
permukaan, mulut terbuka, menelan cairan yang cukup banyak.
d. Fase kedua henti napas, berlangsung selama kurang lebih 1 menit, tidak terjadi
pergerakan dada, refleks kornea dan terdapat dilatasi pupil.
e. Fase terminal, berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Terjadi kontraksi yang tak
beraturan dari bibir dan rahang, dapat terjadi konvulsi hipoksik.
2.4.

Sebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
a. Vagal refleks
Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan kematian karena vagal reflex disebut
tenggelam tipe I. Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem
tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia ataupun air di dalam paru-paru nya
sehingga sering disebut tenggelam kering (dry drowning).
b. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali terjadi.
Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada
pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, tetapi paru-parunya
tidak didapati adanya air atau benda-benda air. Tenggelam jenis ini disebut juga
tenggelam tipe I.
c. Pengaruh air yang masuk paru-paru
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai
gangguan elektrolit. Perlu diketahui bahwa masuknya air tawar di dalam paruparu akan mengakibatkan hemodilusi dan hemolisis. Dengan pecahnya eritrosit
maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hiperkalemi yang
akan mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel). Pemeriksaan post
mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi
4

dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru.

Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II A.


Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Tenggelam
jenis ini disebut tenggelam tipe II B. Dibandingkan dengan tipe II A maka
kematian pada tipe II B terjadi lebih lambat. Pemeriksaan pos mortem ditemukan
adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri lebih tinggi dari pada

jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air pada paru-paru.
2.5.
Perbedaan Tenggelam di Air Tawar dan Air Asin
2.5.1 Air Tawar
Air tawar merupakan air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan
larutan mineral didalamnya. Air permukaan dan air sumur pada umumnya
mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti natrium, magnesium, kalsium dan
zat besi. Berikut ini adalah ciri-ciri yang biasa ditemukan pada korban tenggelam di
air tawar :
a. Paru berukuran biasa atau bias juga lebih kolaps dan ringan di banding
b.
c.
d.
e.
f.

tenggelam di air asin


Paru relative kering
Warna paru merah pucat
Terdapat krepitasi
Busa banyak dikeluarkan
Korban meninggal dalam waktu lima menit dengan volume cairan yang

teraspirasi 40 ml/kgBB korban


g. Profil darah menunjukan : berat jenis 1,005, hipotonik, hemodilusi,
hipervolemi, hiperkalemi, hiponatremi, hipoklorida.
2.5.2 Air Asin
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5 % material lainnya
seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organic, dan partikel-partikel
tak terlarut. Berikut ini adalah ciri-ciri yang biasa ditemukan pada korban tenggelam
di air tawar :
a. Bentuk paru besar dan kadang terdapat overlapping paru kiri dan paru
b.
c.
d.
e.
f.

kanan di linea mediana


Paru basah
Paru berwarna ungu kebiruan dengan permukaan licin
Krepitasi tidak ada
Busa sedikit, cairan banyak
Korban meninggal dalam waktu lima hingga sepuluh menit dengan volume

aspirasi 20 ml/kgBB
g. Profil darah : Berat jenis 1,05959 1,60. Hipertonik, hemokonsentrasi,
hipovolemi, hipokalemi, hipernatremi, hiperklorida.1,2,3
5

2.6.

Cara Kematian pada Korban Tenggelam


Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:4
a. Kecelakaan
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut,
danau, sungai. Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang atau galian
tanah berisi air. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan antara lain
karena mabuk atau serangan epilepsi.
b. Bunuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali terjadi. Kadang
- kadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh dapat tenggelam
dengan mudah.
c. Pembunuhan
Banyak cara yang digunakan misalnya dengan melemparkan korban ke laut atau
memasukkan kepala ke dalam bak berisi air.
Pada kasus korban tenggelam yang sudah membusuk, identifikasi amat sukar atau
sudah tidak diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka tak dapat
diklasifikasikan kecelakaan atau bunuh diri/pembunuhan.
Perubahan Posisi pada Korban Tenggelam

2.7.

Saat orang terjun ke air, ia akan terbenam untuk pertama kalinya diakibatkan
gaya gravitasi. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari pada berat jenis air, maka
korban akan timbul dan berusaha bernafas, namun akan banyak air yang tertelan dan
terinhalasi, sehingga berat jenis koran menjadi lebih besar dibandingkan dengan air dan
korban tenggelam untuk kedua kalinya. Sewaktu berada pada dasar air (misalnya sungai,
danau atau laut) maka akan terjadi proses pembusukan dan terbentuklah gas
pembusukan. Waktu yang dibutuhkan agar gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh
korban sekitar 7 sampai 14 hari. Selama mengapung tubuh dapat pecah karena proses
pembusukan yang terus berlangsung, hantaman benda-benda disekitarnya ataupun
tergigit binatang yang mengakibatkan gas pembusukan keluar dan korban pun tenggelam
untuk ketiga kalinya.
2.8.

Klasifikasi Kasus Tenggelam


Suatu peristiwa tenggelam dapat diklasifikasikan/dibedakan menjadi beberapa tipe,
yang pertama berdasarkan lokasi kematiannya, dan yang kedua berdasarkan mekanisme
kematiannya.

2.6.1 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Tenggelam

Berdasarkan lokasi tenggelamnya, suatu kasus tenggelam dibedakan atas


tenggelam dalam air tawar dan tenggelam dalam air asin. Sifat daripada air tawar dan air
asin ialah sebagai berikut:
a. Air tawar: Air tawar merupakan air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan
larutan mineral di dalamnya. Air tawar pada umumnya tidak berwarna, sehingga
tampak bersih, bening, dan jernih. Air yang normal pada dasarnya tidak mempunyai
rasa. Air tawar merujuk ke air dari sumur, danau, sungai, dan salju. Air permukaan
dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na,
Mg, Ca, dan Fe. Konsentrasi yang sangat penting dari sifat kimia air tawar adalah
mineral-mineral. Air tawar adalah air yang dapat dan aman untuk dijadikan minuman
bagi manusia. Sifat-sifat kimia air, yang terutama adalah bahwa zat air merupakan
pelarut yang baik. Hampir semua zat bisa dilarutkan dalam air. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan air.
b. Air asin/ air laut ; Air laut merupakan air dari laut dan samudra. Air laut merupakan
campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman,
gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut
memang berasa asin karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1
liter air laut (1000 ml) terdapat 35 gram Garam. Kandungan garam di setiap laut
berbeda kandungannya .Air laut memiliki kadar garam karena bumi di penuhi dengan
garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah garam-garaman yang
utama yang terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat
(8%), Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium(1%) dan sisanya kurang dari 1%
terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Ssam borak, Strontium dan Florida.
2.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Kematian
Dalam beberapa buku ajar ilmu forensik yang diterbitkan oleh fakultas
kedokteran di Indonesia, dikenal beberapa istilah mengenai kasus-kasus tenggelam
yaitu:
a. Wet drowning: Pada keadaan ini cariran masuk ke dalam saluran pernapasan setelah
korban tenggelam. Kematian terjadi setelah korban menghirup air. Jumlah air yang
dapat mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk orang dewasa
dan 30-40 ml untuk bayi.
b. Dry drowning: Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan.
Kematian terjadi akibat spasme laring dan dan kematian terjadi sebelum korban dapat
menghirup air masuk ke dalam pernapasannya. Definisi dry drowning yang dimuat
7

dalam Simpons Forenic Medicine sedikit berbeda. Di dalam buku tersebut istilah
drowning atau true drowning hanya terbatas dalam kasus-kasus dimana cairan masuk
ke dalam saluran pernapasan dengan akibat hipoksia yang dapat berujung kepada
kematian. Bila cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan dan terjadi kematian
akibat sebab yang lain maka hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu drowning.
Maka dalam buku ini, istilah dry drowning digunakan untuk menggambarkan keadaan
dimana pada jenazah saat dilakukan otopsi tidak adanya ditemukan cairan
dalamsaluran pernapasan dan paru-paru. Cairan tidak di temukan karena sudah di
serap masuk ke dalam sirkulasi purmonal. Hal ini berarti istilah dry drowning / drylung drowning yang di maksud dalam buku Simpsons Forensic Medicine ialah bila
tenggelam dalam air tawar yang hipotonis.
c. Secondary drowning : Pada secondary drowning, gejala terjadi beberapa hari setelah
korban tenggelam dan korban meninggal akibat komplikasi. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat tenggelam antara lain infeksi, edema paru, gagal jantung, gagal ginjal,
pneumoni aspirasi, dan gangguan elektrolit.
d. Immersion syndrome : Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin
akibat refleks vagal yang menyebatkan cadiac arrest/ henti jantung. Keadaan tersebut
hanya dapat dijelaskan oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel dan dapat dibuktikan
bahwa pada orang yang masuk ke air dingin atau tersiram air dingin, dapat mengalami
ventrikular ectopic beat. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor
pencetus.
Pemeriksaan Post Mortem Tenggelam

2.9.

Keadaan sekitar individu pada kasus tenggelam penting. Perlu diingat adanya
kemungkinan korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air. Tenggelam terjadi
tidak hanya terbatas di dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang, tetapi
mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di
bawah permukaan air. Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka
diagnosis kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui:1
a. Pemeriksaan luar
b. Pemeriksaan dalam
c. Pemeriksaan penunjang lainnya.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat
berdasarkan adanya diatom pada paru, ginjal, otot skelet atau sumsum tulang. Pada mayat
akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat
ditentukan. 1
8

2.7.1 Pemeriksaan Luar


a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-benda asing
lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.1
b. Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada bagian depan, leher, dan kepala.
Lebam mayat berwarna merah terang. Kondisi ini merupakan hasil dari pembekuan
Oksihemoglobin. Pada korban mati tenggelam, dapat ditemukan lebam mayat
paradoksal yaitu lebam yang terletak pada leher bagian depan, bahu, dada sebelah atas,
dan bisa juga ditemukan pada dahi, pipi, dagu, dada, perut, sebagian ekstensor dari
anggota bawah jika korban dalam posisi tengkurap.1,4
c. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada
pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan.1
d. Schaumfilzfroth, yaitu busa tampak pada mulut atau hidung keduanya. Masuknya cairan
ke dalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika
bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru tercampur oleh karena adanya upaya
pernafasan yang hebat. Pada pemeriksaan, tampak busa di hidung atau mulut, dan hal
ini merupakan temuan yang paling bermakna dalam diagnosis tenggelam. Busa dapat
meluas sampai trakea, bronkus utama, dan alveoli. Paru-paru akan terisi air dan cairan
busa akan menetes dari bronkus ketika paru-paru ditekan, dan dari potongan permukaan
paru ketika dipotong dengan pisau.1,4
e. Petekie atau Tardeu spot, terjadi karena adanya pembuluh darah yang pecah di jaringan
ikat longgar akibat bendungan pembuluh darah sistemik. Dapat tampak pada daerah
sklera bola mata, atau mukosa mulut. Hal ini merupakan salah satu tanda mati lemas.4
f. Cutis Anserina (Fenomena gooseflesh atau kulit angsa), hal ini merupakan akibat dari
spasme musculi erector vili yang disebabkan rigor mortis. Akan tetapi, gambaran ini
juga dapat ditemukan pada mayat yang tidak tenggelam. Selain cutis anserina, tanda
pesentuhan dengan air yang dapat dilihat pada korban tenggelam adalah mayat dalam
keadaan basah, dan kadang-kadang tubuh korban berlumuran pasir dan benda-benda air
lainnya.1,4
g. Washer-woman hands, disebut juga maserasi, merupakan kelainan yang ditandai dengan
adanya penebalan, pengeriputan, dan pemucatan warna kulit. Hal tersebut dapat terjadi
akibat adanya inhibisi cairan ke dalam kutis. Pada awal kematian, maserasi terjadi pada
ujung jari. Makin lama korban berada di air, maserasi akan berlanjut di area telapak
tangan, punggung tangan, telapak kaki, punggung kaki, hingga di siku dan lutut. Onset
kejadian maserasi dipengaruhi oleh suhu air dan pakaian yang dikenakan (korban
menggunakan alas kaki atau tidak). Pada air bersuhu hangat, maserasi mulai tampak
9

dalam hitungan menit, namun pada paparan air bersuhu dingin kelainan ini muncul
setelah 4-5 jam. Pada penelitian lain menunjukan bahwa maserasi muncul pada ujung
jari dalam 2-4 jam, dan pada telapak tangan muncul sekitar 24 jam. Pada korban yang
menggunakan alas kaki, waktu maserasi sempurna muncul dua kali lebih lama
dibanding waktu yang dbutuhkan untuk terjadinya maserasi di tangan korban yang tidak
tertutupi pakaian. Gambaran ini tidak mengindikasikan secara pasti bahwa mayat mati
ditenggelamkan, karena pada mayat lama (yang mati bukan karena tenggelam) bila
dimasukan ke dalam air juga akan mengalami maserasi.
h. Glove-like fashion and Stocking-like fashion. Penenggelaman dalam waktu lama akan
mengakibatkan terkelupasnya kulit korban yang telah mengalami maserasi, terutama
pada kulit tangan dan kaki. Hal ini disebut glove-like fashion and stocking-like fashion.
Hal ini dapat pula disertai dengan hilangnya lapisan pigmen kulit sehingga
menyebabkan perubahan warna kulit yang terkadang mengakibatkan salah persepsi
pada pemeriksaan warna kulit (salah menentukan ras dari warna kulit).1,4
i. Cadaveric spasm, merupakan reaksi intravital, sebagaimana pada korban tenggelam, di
genggaman tangannya dapat ditemukan benda-benda air, seperti rumput laut, dahan,
atau batu. Keadaan Cadaveric Spasm adalah hasil dari proses biokimia perubahan ATP
menjadi ADP. Dalam proses kontraksi dan relaksasi diperlukan perubahan berkala dari
ADP menjadi ATP. Perubahan ADP menjadi ATP ini dimediasi oleh proses
glikogenolisis. Tidak adanya proses glikogenolisis pada jenazah menyebabkan ADP
tidak dapat disintesa kembali menjadi ATP dan membuat otot mempertahankan
kontraktilitasnya, sehingga membuat kesan kaku. Ini menunjukan bahwa waktu korban
masih hidup saat tenggelam, korban berusaha mencari pegangan. Saat kematian terjadi,
genggaman tersebut menetap dan menjadi spasme.1,4
j. Luka-luka pada daerah wajah, tangan, dan tungkai bagian depan. Luka-luka ini terjadi
akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, benda-benda keras disekitar sungai,
atau bekas gigitan binatang laut.1,4
Pada mayat yang sudah membusuk, dapat ditemukan:5
a. Mata melotot karena terbentuknya gas-gas pembusukan. Seringkali sudah rusak karena
dimakan ikan, dan sebagainya.
b. Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah. Hal ini
juga dapat terjadi pada mayat yang mengalami pembusukan di darat.
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang negro).

10

d. Pugilistic attitude, posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan
tampak membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
e. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk FeS. Ini
dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau adanya gas
pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit tidak jelas,
rambut lepas. Semua ini harus dibedakan dengan luka-luka yang disebabkan oleh
binatang-binatang:
Ikan: ikan hiu memberikan luka tajam.
Udang: memberikan luka yang mirip luka tembak, dan biasanya udang tersebut

2.7.2

masih ada di dalam.


Bila terkena baling-baling kapal mayat akan hancur.

Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam, terdapat beberapa perubahan yang signifikan dalam tubuh

korban tenggelam. Berikut ini adalah penjelasan perihal temuan penting pemeriksaan dalam
korban tenggelam.1,
a. Busa halus disertai benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air, dan lain-lain) dalam
saluran pernapasan (trakea dan percabangannya) dan paru.1,2,4
b. Paru tampak overdistanded seperti balon, lebih berat, hingga menutupi kandung jantung.
Pada pengirisan akan tampak keluar cairan dalam jumlah yang banyak dari menyebabkan
edema dan kongensti paru. Edema dan kongesti dapat menjadi sangat hebat sehingga
beratmya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru normal adalah sekitar 250300 gram. Gambaran paru-paru tersebut dikenal dengan nama emphysema aquosum
atau emphysema hydroaerique. 1,4,6
c. Pada pengirisan, tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari
penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluar cairan bercampur busa
tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. 1,4,6
d. Bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat robekannya penyekat
alveoli (polsin). 1,4,6
e. Terjadi bendungan darah sistemik, sehingga organ visceral seperti ginjal, hati, otak, dan
limpa mengalami edema. 1,4,6
f. Volume lambung dapat membesar berisi air, lumpur, dan benda-benda asing dari
perairan. Air dan substansi-substansi asing tersebut dapat berada dalam lambung karena
tertelan oleh korban saat berusaha untuk bernafas. Beberapa ahli patologi menyatakan
11

bahwa air dapat masuk ke dalam mulut

dan esofagus secara pasif karena adanya

turbulensi air dan relaksasi gastroesofageal sfingter, sehingga tanda ini tidak dapat
dijadikan tanda khas mati akibat tenggelam. Keainan ini juga dapat ditemukan di usus
halus. 1,4,6
g. Ditemukan perdarahan di area telinga tengah dan selula etmoidalis yang kemungkinan
merupakan dampak dari barotrauma. Hal ini disebabkan karena penetrasi air yang
terhirup melewati tuba eustachius. Peningkatan tekanan kapiler dan vena secara tiba-tiba
menyebabkan pecahnya pembuluh darah di area ini. Akan tetapi, temuan ini memiliki
spesifisitas yang kurang baik. 1,4,6
h. Ditemukan sinus-sinus berisi cairan, terutama sellula etmoidalis dan sinus sphenoidalis.
Hal tersebut terjadi karena saat tenggelam korban berusaha bernafas secara kuat, air akan
masuk ke rongga mulut dan hidung, selain mengakibatkan aspirasi paru, juga dapat
menyebabkan air terhisap ke bagian atas rongga hidung mengisi sinus-sinus. 1,2,4
Tanda-tanda yang ditemukan pada jenazah korban tenggelam berdasarkan onset waktu
terbagi 2 , yaitu tanda awal meliputi maserasi kulit, kutis anserina, hipostatis, rigor
mortis, dan tanda lambat yang meliputi putrefaksi, pembentukan adiposera, dan
skeletonisasi. 1,4,6
2.10. Pemeriksaan Khusus yang Dapat Dilakukan pada Kasus
Tenggelam
a. Percobaan getah paru (Longsap proof),
b. Pemeriksaan darah secara kimia (Gettler test),
c. Tes Destruksi & analisa isi lambung,
d. Pemeriksaan histopatolgi jaringan paru,
e. Menentukan berat jenis plasma (BJ plasma).
2.8.1 Definisi dan Morfologi Diatom
Diatom kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling
sering ditemui. Diatom sendiri merupakan

fitoplankton yang

termasuk

dalam kelas Bacillariophyceae. Ia terdapat dimana saja, dari tepi pantai


hingga

ke

tengah

samudra.

Diatom biasanya terapung bebas di dalam badan air dan juga


kebanyakan
keras.

dari

Pelekatan

mereka

melekat

diatom biasanya

mempunyai semacam

gelatin

pada substrat
karena
(Gelatinous

yang

lebih

tumbuhan

ini

extrusion) yang

memberikan daya lekat pada benda atau substrat. Kadang ditemukan


beberapa diatom yang walau sangat lambat tetapi punya daya untuk
12

bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola arus dan pergerakan
massa air baik itu secara horizontal maupun vertikal. Diperkirakan
didunia ada sekitar 1400-1800 jenis diatom, tetapi tidak semua hidup
sebagai plankton.
Ada
yang

juga

yang

kehidupan

hidup

sebagai

bentos (didasar

laut)

atau

normalnya didasar laut tetapi oleh gerakan adukan

air dapat membuatnya lepas dari dasar dan terbawa hanyut sebagai
plankton (disebut sebagai tikoplankton).
Dari bentuknya, diatom itu sendiri dikenal dengan cell diatom
melingkar (Centric diatom) dan

cell

diatom

memanjang

(pennate

diatom). Diatom sentrik (centric) bercirikan bentuk sel yang mempunyai


simetri radial atau konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa
berbentuk

bulat,

segitiga

atau

lonjong,

dengan penampang

segiempat. Sebaliknya

mempunyai simetri
memanjang

silindris,

atau

bilateral,
berbentuk

diatom

yang

sigmoid

penat

bentuknya

seperti

huruf

bulat,

(pinnate)
umumnya

S. Sepanjang

median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe (raphe).
Struktur umum sel diatom dapat dijelaskan secara

sederhana

dengan model dari diatom sentrik. Sel dengan kerangka silikanya


yang disebut frustul. Morfologi

frustul

terdiri

dari

dua valvula

setangkup, bagaikan cawan petri (petri dish), atau bagaikan kotak obat
(pill box).

Valvula bagian atas

disebut

epiteka yang

menutupi

sebagian valvula bagian bawah yang disebut hipoteka


Bagian
girdle.

tumpang

Seluruh

tindih

permukaan

yang

melingkar pinggangnya

valvula boleh

dikatakan

penuh

disebut
dengan

berbagai ornamentasi yang simetris dan indah dan pori-pori yang


menghubungkan
diluarnya.

sitoplasma

sel dengan

ligkungan

Ciri ornamentasi pada valvula ini merupakan hal penting

untuk identifikasi

jenis.

yang mengandung inti sel

13

dalam

Di

dalam

frustul

dan vakuola yang

terdapat sitoplasma
besar.

Di

dalam

sitoplasma terdapat pula kromatofor yang umumnya berwarna kuning


coklat karena adanya pigmen karotenoid.
Populasi

diatom

banyak

ditentukan

oleh aktor suhu, salinitas

dan arus. Sebagai contoh, Thalassiosira antartica sebarannya hanya


pada perairan

dingin

Rhizosolemia
perairan

di

sekitar

kutub

robusta merupakan jenis

tropis (circumtropical)

hangat. Dalam

kajian

yang

diatom

di

yang

telah

selatan. Sebaliknya,
terdapat

di

seluruh

beradaptasi dengan suhu

Laut Jawa,dijumpai sedikitnya 127

jenis diatom, yang terdiri dari 91 jenis diatom sentrik, dan 36 jenis
diatom penate.
Pada
di

kasus

sumsum

tenggelam

tulang

kasus tenggelam
bergantung
musim,

oleh

di

air

tawar, keberadaan

dapat digunakan untuk mendiagnosis 30% dari

di

air

tawar, hasil diagnosa tersebut sangat

dinamika populasi diatom yang

selain juga

diatom

dipengaruhi

oleh

faktor ukuran dari diatom tersebut. Musim dingin

adalah musim dengan frekuensi tertinggi tidak ditemukan diatom pada


sampel.
Diatom yang biasa ditemukan pada kasus tenggelam pada air
tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal adalah: Navicula pupula,
N. cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus N. Bacillum N. radiosa, N.
simplex, N.
mesplepta,
Cymbella

pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P.braunii, Nitzscia


Mastoglia
cymbiformi,

smithioi,
dan

Cymbella cistula, Camera lucida,

Cocconeis

diminuta

Pinnularia

boreali

ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan


pada air tawar yang dangkal
a. Pemeriksaan diatom :
Alga (ganggang) bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2)
yang tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air
tawar, air laut, sungai, air sumur dan udara. Bila seseorang mati
karena tenggelam, maka cairan bersama diatom akan masuk ke dalam
saluran pernapasan atau pencernaan, kemudian diatom akan masuk ke
14

dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu


korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru segar. Bila mayat
telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal,
otot skelet atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati
dan limpa kurang bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal
dari saluran pencernaan terhadap air minum atau makanan.
b. Pemeriksaan Destruksi (Digesti Asam) Pada Paru
Ambil jaringan paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam labu
Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru
terendam, diamkan kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur.
Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam
nitrat pekat samapi terbentuk dan cairan dipusing dalam centrifuge.
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan
hasilnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila
pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau 1020 per satu sediaan; atau pada sumsum tulang cukup ditemukan
hanya satu.
c. Pemeriksaan Getah Paru
Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil
sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada kaca
objek, tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain
diatom dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis lainnya
d. Pemeriksaan Kimia Darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar NaCl dalam darah
sehingga dapat diketahui apakah korban meninggal di air tawar atau
air asin. Darah yang diambil adalah darah dari jantung jenazah. Pada
peristiwa tenggelam di air tawar ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar
NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta
15

benda-benda

air

pada

paru-paru.

Tenggelam

jenis

ini

disebut

tenggelam tipe II A. Sedangkan pada peristiwa tenggelam di air asin


terjadi gangguan elektrolit dan ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia,
kadar NaCl pada jantung kiri lebih tinggi dari pada jantung kanan dan
ditemukan buih serta benda-benda air pada paru-paru. Tenggelam jenis
ini disebut tenggelam tipe II B.

2.9 Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam yang Hidup


Tatalaksana untuk korban tenggelam terdiri dari empat fase yang berbeda namun
saling berhubungan:1,6

Basic Life Support


o Aquatic Rescue
Usahakan menyelamatkan korban dengan memperhatikan keselamatan

diri sendiri, jika bias tidak perlu masuk ke dalam air.


Ajak bicara korban, ambil alat bantu (stik atau baju), lemparkan tali
atau alat penyelamat lain yang efektif atau kapal dan kendaraan air

lainnya
o Rescue breathing
Berikan lima nafas bantu atau ventilasi secepat mungkin
Baerikan 10-15 nafas bantuan selama kurang lebih 1 menit.
o Chest compression
Letakkan korban pada permukaan yang rata
Pastikan korban tidak responsive dan tidak dapat bernafas normal
Berikan 30 kompresi dada
Lanjutkan resusitasi jantung paru (RJP) dengan rasio 30 kompresi : 2
ventilasi
o Automated External Defibrilation
Saat RJP berlangsung, jika terdapat AED, keringkan dada pasien,
pasang AED
o Regurgitation during resuscitation
Jika korban mengalami regurgitasi isi lambung dan air selama
resusitasi, balikkan tubuh korban ke samping dan keluarkan materi
regurgitasi menggunakan suction
16

Advanced Life Support


o Airway and breathing
Oksigen aliran tinggi menggunakan masker oksigen dengan kantung

reservoir selama penilaian awal


Pulse oximetry dan analisis gs darah untuk mentitrasi konsentrasi

oksigen yang dihirup


Intubasi trakea awal dan ventilasi terkontrol untuk korban yang gagal
untuk merespon terhadap tatalaksana awal atau yang mengalami

penurunan kesadaran
Pastikaan preoksigenasi optimal sebelum intubasi
Gunakan induksi rapid sequence dengan tekanan krikoid untuk

mengurangi risiko aspirasi


Setelah tabung trakea dalam posisi seharusnya, titrasi konsentrasi

oksigen yang dihirup hingga SaO2 94-98%.


Positive-end-expiratory-pressure (PEEP) diatur pada 5-10 cm H2O

atau 15-20 cm H2O apabila korban mengalami hipoksemia berat.


o Circulation and defibrillation
Jika suhu inti tubuh korban kurang dari 30 derajat celcius, usaha
defibrilasi dibatasi sampai hanya 3 kali, dan resusitasi cairan baru
dapat diberikan ketika suhu inti tubuh naik lebih dari 30 derajat

17

celcius.
Berikan cairan IV untuk mengkoreksi hypovolemia (karena tekanan

hidrostatik air pada tubuh)


Monitoring hemodinamik selama resusitasi cairan.

BAB III
KESIMPULAN

Tenggelam merupkan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika
terlambat mendapatkan pertolongan. Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat
asfiksia yang disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Jumlah air
yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru sebanyak 2 liter untuk orang
dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi. Mekanisme tenggelam yang berujung
kematian ini disebabkan karena terjadinya proses asfiksia yang termasuk daam golongn
anoksia anoksik, dan mekanisme kematian akibat tenggelam sendiri terbagi menjadi beberapa
yaitu akibat spasme laring, gagging, dan choking; akibat reflex vagal; akibat fibrilasi
ventrikel serta akibat oedem pulmonal.
Berdasarkan lokasi tenggelam dapat diklasifikasikan ke dalam air tawar atau asin,
dimana tiap lokasi memberikan ciri yang khas dalam identifikasi seorang jenazah.
Pemeriksaan tersebut dibagi menjadi pemeriksaan luar dan dalam dimana pada hasil
pemeriksaan luar akan didapatkan temuan sianosis perifer, buih putih halus, washer woman
hand, cutis anserine, dan Tardieus spot. Sedangkan pada pemeriksaan dalam akan
18

didapatkan jenazah tenggelam di air asin paru-paru relative lebih basah dan tampak lebih biru
keunguan dibandingkan jenazah tenggelam di air tawar.
Pada jenazah tenggelam di air tawar paru-paru teraba seperti spons dan krepitasi
psotif dan paru-paru tampak merah pucat. Selain pemeriksaan diatas kita juga perlu
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan apakah jenazah tersebut ditemukan di air asin
atau air tawar, pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan diatom dan kimia darah jantung

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Wibisana W, Siswadi S, et all. Buku Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta : 1997.h.64-8.
2. Sheperd R.Drowning and Immersion. Simpsons Forensic Medicine. 12th ed. USA :
Oxford Universitu Press Inc; 2003.h.105-10.
3. Zuckerbraun NS, Saladino RA. Pediatric Drowning : Current Management Strategies for
Immediate Care. Clin Ped Emerg Med.2005.h.49-56
4. Dahlan S. Asfiksia. Ilmu Kedokteran forensic; Pedoman Bagi Dokter dan penegak
Hukum. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro;2007.h.121-22.
5. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, Gatot S, Intarniati, Pranarka K, et al. Tanya
Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
2009.
6. Zuckerbraun NS, Saladino RA. Pediatric Drowning: Current Mangement Strategies for
Immediate Care.2005;Clin Ped Emerg Med 6:49-56.

19

Вам также может понравиться