Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NEUROBEHAVIOUR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ENSEFALITIS
KELOMPOK 6 :
1. Maria Magdalena Sitorus
2. Moga Ayu Putri Pangestu
3. Moh. Hosen
(1210020)
(1210022)
(1210024)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho dan kemudahan bagi kami untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul Neurobehaviour-Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ensefalitis
dengan tepat waktu.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini, sehingga bisa terselesaikan dengan baik.
Besar harapan kami untuk memperoleh saran dan kritik yang menyangkut
informasi dan metode penyajian demi kesempurnaan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini, kami meminta maaf dan mohon maklum bila
terdapat kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan menambah wawasan dalam bidang kesehatan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
2.5 Patofisiologi
11
12
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan
25
4.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
27
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga
disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari
otak.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala,
muntah-muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada
penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki
tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke
dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan
menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis
diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa,
ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis
karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa
dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian
antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba,
mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara
35-50 %, dari pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai
komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau
gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep penyakit pada pasien dengan encephalitis
b. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan encephalitis.
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis menyusun makalah ini untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya di mata kuliah
keperawatan Neurobihavior dengan bahan ajar asuhan keperawatan
pada klien Ensefalitis.
1.3.2
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep dasar dari Ensefalitis seperti :
a.
Definisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi
d.
Komplikasi
e.
Asuhan keperawatan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
besar
kegiatan/gerakan
merupakan
sadar
atau
sumber
sesuai
dari
dengan
semua
kehendak,
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat,
untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf
pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan
terhadap racun dan luka mekanis. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem
saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem
saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur
otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
a.
b.
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang
berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan
menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang
terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion
dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion.
"nervus
vagus"
bersama
cabang-cabangnya
Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenangi sistem saraf pusat
(SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang
nonpurulen.
Ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak oleh berbagai
macam mikroorganisme (FKUI, 2000).
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur recketsia atau virus (Mansjoer, 2000)
Ensefalitis adalah inflamasi jaringan otak dan diagnosis pastinya
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi jaringan otak
(komite medik RSUD Dr. Sardjito, 2000).
Ensefalitis merupakan infeksi intracranial dapat melibatkan
jaringan otak ( Doenges, 2000 ).
2.3
Etiologi
Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis
adalah :
a.
b.
Sakit kepala.
c.
Muntah-muntah lethargi.
d.
e.
f.
kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,
aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski,
gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.5
Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran
pencernaan. Setelah masuk kedalam tubuh virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara:
a. Local: virus alirannya terbatas mnginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu.
b. Penyebab hematogen primer: virus masuk ke dalam darah, kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melallui system persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinik
ensefalitis. Masa prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengann
demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri
ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit kepala,
muntah-muntah, letargi, kadang di sertai kaku kuduk apabila infeksi
mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang di sertai
perubahan
tingkah
laku.
Dapat
disertai
gangguan
penglihatan,
Pemeriksaan Penunjang
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut
diatas:
1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja
sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau
jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas
terhadap antibiotika.
10
2.7
WOC
Factor-faktor predisposisi: pernah
mengalami campak, cacar, herpes,
dan bronkopneumonia
11
Peradangan di
otak
Kerusakan
saraf
kranial V
Pembentukan
transudat dan
eksudat
Reaksi
kuman
pathogen
Iritasi korteks
serebral area
fokal
Edema serebral
Suhu tubuh
meningkat
Kejang, nyeri
kepala
Defisit cairan
dan
hipovolemik
5. resiko tinggi
trauma
1. Gangguan
perfusi jaringan
serebral
Kesulitan
mengunya
h
6. resiko kejang
berulang
Penumpukan
secret
2. gangguan bersihan
jalan nafas
persepsi
individu
11. kecemasan
Sulit
makan
4. Pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. resiko tinggi
defisit cairan
dan hipovolemik
Kesadara
n
menurun
Kerusakan
saraf
kranial IX
tidak
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
12
13
14
e) Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien pemeriksaan fisik sangat berguna untuk
mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan
fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan dari klien.
Pemeriksaan fisik di mulai dengan memeriksa tanda-tanda
vital (TTV). Pada klie ensefalitis biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal 39 41C. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak yang sudah
menganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi
terjadi berhungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila
disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhungan
dengan peningkatan laju metabolism umum dan adanya infeksi
pada sistem pernapasan sebelum mengalami ensefalitis. TD
biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.
a) B1 (BREATHING)
Inspeksi apakah klie batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan yang sering didapatkan pada klie ensefalitis yang
disertai adanya gangauan pada sistem pernapasan. Palpasi biasanya
taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis berhubungan
dengan akumulasi sekret dari penurunan kesadaran.
b) B2 (BLOOD)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok)
hipovolemik yang sering terjadi pada klie ensefalitis.
15
c) B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian sistem lainnya.
1) Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis
biasanya
berkisar
pada
tingkat
latergi,
stupor,
dan
16
tidak
ada
fasikulasi.
Indra
pengecapan
normal.
17
f) B 6 (BONE)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran
menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang
lain.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan
kesadaran.
3. Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
menelan,
keadaan
hipermetabolik.
5. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang,
perubahan status mental, dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Resiko kejang berulang.
7. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.
8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran,
kerusakan persepsi/kognitif.
9. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan
penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi
sensorik.
10. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi
kognitif, perubahan aktual struktur dan fungsi, ketidakberdayaan,
dan merasa tidak ada harapan.
11. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan
perubahan kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
18
Data penunjang : malaise, pusing, nausea, muntah, iritabilitas, kejang, kesadaran menurun, bingung,
delirium, koma. Perubahan reflek-reflek, tanda-tanda neurologis, fokal pada meningitis, tanda-tanda
tekanan intrakranial (bradikardi, tekanan darah meningkat, nyeri kepala hebat).
Tujuan : dalam waktu 3 x 24jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan otak meningkat.
Kriteria Hasil : tingkat lesadaran meningkat menjadi sadar, disorientasi negatif, konsentrasi baik,
perfusi jaringan dan oksigen baik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal, dan syok dapat dihindari.
Intervensi
Rasional
intrakranial selama perjalanan penyakit (nadi lambat, dilaporkan kepada dokter sebagai intervensi
tekanan darah meningkat, kesadaran menurun, nafas awal.
irreguler, refleks pupil mmenurun, kelemahan).
Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap 5-30
intrakranial.
intrakranial.
menimbulkan kejnag.
19
klien.
Rasional
20
Rasional
adanya sekret.
21
kepala.
Letakkan posisi kepala lebih tinggi selama dan
sesudah makan.
kontrol maskular.
terganggu.
yang tenang.
minum.
latihan/kegiatan.
NGT.
Risiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan penurunan
tingkat kesadaran.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24jam setelah diberikan tindakan , klien bebas dari cidera yang disebkan
oleh kejang dan penurunan kesadaran.
22
Rasional
Fenobarbital.
Rasional
tenang.
23
Rasional
terjadi.
ketergantungan.
tubuh.
24
BAB 4
PENUTUP
4.1
Simpulan
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus. Dengan gejala seperti
panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku
kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan
kejang. Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis
diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa,
ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis
karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa
dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian
antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba,
mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.
Komplikasi ensefalitis bisa sampai mencapai kematian dan
penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental,
gangguan tingkah laku dan epilepsi.
4.2
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran untuk pemecahan masalah yang
relevan adalah:
1.
2.
Bagi keilmuwan
Dapat mengembangkan ilmu kepada individu, seprofesi dan
masyarakat lainnya.
Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa dibidang kesehatan
mempelajari dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada klien
dengan ensefalitis.
3.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Doengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mardjono,Mahar. Sidarta ,Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian
Rakyat. 1999. Hal. 36-40
Mansjoer,Arif. Suprohaita. Wardhani,Wahyu Ika. Setiowulan,Wiwiek. Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga. 2000. Hal.14-16
http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_otak
https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/ensefalitis2.pdf
26
http://www.kerjanya.net/faq/5409-ensefalitis.html
27