Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Nama
RizkikaAwalia
NIM
15911076
Jurusan
Magister Manajemen
Angkatan
46 A
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang semakin kompetitif menimbulkan persaingan yang sangat
ketat, ketidak pastian sangat tinggi dan perubahan yang sangat cepat. Perubahan merupakan
sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari, karena semua yang ada di muka bumi pasti
akan mengalami perubahan kecuali perubahan itu sendiri. Respon terhadap perubahan tidak
hanya bersifat positif tetapi juga negatif. Respon negatif tersebut dikenal dengan sebutan
resistensi (penolakan). Resistensi terhadap perubahan terjadi karena adanya keinginan
individu atau organisasi untuk bertahan di zona nyaman, tanpa harus beradaptasi dengan
kondisi atau lingkungan yang baru, sehingga hal tersebut perlu diatasi supaya perubahan
tidak lagi dianggap sebagai fenomena yang menakutkan melainkan sebagai suatu tantangan
untuk hidup lebih baik dan menciptakan keunggulan bersaing di dalam organisasi.
Resistensi perubahan paling tinggi terjadi didalam organisasi, karena organisasi
terdiri dari kumpulan orang-orang yang memiliki sifat, kemampuan, budaya, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, sehingga organisasi harus bisa mengubah mindset
anggota organisasi (individu) agar dapat merespon perubahan secara positif. Merubah
mindset anggota organisasi (individu) bertujuan agar mereka tidak menjadi provokator bagi
anggota organisasi yang lain untuk anti terhadap perubahan. Respon positif terhadap
perubahan bisa terjadi jika pemimpin organisasi memiliki strategic thinking yang baik
untuk menjadi agent of change dimana pemimpin memiliki kewajiban dan kekuasaan untuk
menginformasikan serta mempengaruhi karyawan agar dapat menerima dan menerapkan
perubahan di dalam organisasi.
Orang-orang yang menerapkan strategic thinking selalu bertindak out of the box,
sehingga strategic thinking harus dimiliki oleh semua anggota organisasi baik pemimpin
maupun karyawan. Selain itu strategic thiking juga harus diletakkan di piramida paling atas
dalam organisasi guna menghadapi perubahan-perubahan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis akan merumuskan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas di dalam paper ini terkait dengan peran strategic thiking dalam
mengurangi resistensi karyawan terhadap perubahan di dalam organisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi dari jurnal Strategic Thinking and Management of Employee
Resistance to Changes maka penulis menemukan beberapa permasalahan yang dapat
diambil dari jurnal tersebut. Adapaun rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini
meliputi :
1. Bagaimana peran strategic thinking di dalam organisasi?
2. Bagaimana pengaruh strategic thinking terhadap perilaku karyawan dalam
manajemen perubahan di organisasi ?
3. Bagaiaman peran strategic thinking dalam mengurangi resistensi karyawan
terhadap perubahan?
C. Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan dalam paper ini
maka jawaban dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peran Strategic Thinking dalam Organisasi
Strategic thinking merupakan satu kata yang jarang dikenal oleh banyak orang,
kebanyak orang berpendapat bahwa strategic thinking sama dengan strategic planning
padahal secara konseptual strategic thinking dan strategic planning itu berbeda ibarat mata
uang yang berbeda nilai nominalnya. Hal ini menimbulkan kebingungan di dalam strategic
management. Menurut Wilson (dalam Lawrence, 1999) strategic thinking hanya berupa
pikiran seseorang tentang ide untuk melakukan perubahan, namun kedudukannya lebih
tinggi dibandingkan strategic palnning karena strategic thinking adalah dasar pemikiran
untuk melakukan strategic planning.
Strategic thinking bukan hanya sekedar alternative nomenclature melainkan cara
berfikir spesifik dengan pemikiran jangka panjang dengan sudut pandang yang sistematis,
yang memanfaatkan intuisi dan kreativitas yang nantinya akan terintergrasi dengan
pencapaian tujuan organisasi (Mintzberg, dalam Lawrence, 1999). Hal itu juga di pertegas
dengan pernyataan Stacey (dalam Lawrence,1999) bahwa strategic thinking merupakan
sebuah analogi yang bersifat kualitaitf untuk mengembangkan ide-ide baru yang kreatif
demi kelangsungan hidup organisasi. Liedtka (dalam Lawrence,1999) mengembangkan
sebuah model yang mendefinisikan strategic thinking sebagai cara berpikir tertentu, dengan
sangat spesifik dan jelas yang diidentifikasikan dengan karakteristik sebagai berikut
menggunakan memori dan konteks historis yang luas sebagai masukan penting ke
dalam penciptaan masa depan.
e. Hypothesis Driven merupakan suatu pendekatan yang cukup asing di kalangan
manajer, dimana hypotesis driven diibaratkan seperti hipotesa atau kesimpulan
sementara mengenai suatu pemikiran individu yang cenderung mengarah pada
pemikiran kritis atau kreatif.
Karakteristik
yang
digambarkan
oleh
Liedtka
(dalam
Lawrence,
1999)
pentingnya elemen manusia dalam proses perubahan. Proses perubahan dalam organisasi
membutuhkan dukungan dari seluruh anggota organisasi terutama karyawan, karena
karyawan adalah faktor penggerak dari segala aktivitas di dalam organisasi. Hal itu juga
dipertegas oleh pernyataan Kottler (dalam Muafi, 2011) bahwa perubahan yang terjadi di
dalam organisasi tidak ditekankan pada strategi, budaya, maupun sistem tetapi pada
perilaku karyawan karena perilaku karyawan yang nantinya akan berdampak pada
kesuksesan perubahan di dalam organisasi. Hal itu tergantung pada kesiapan dan perilaku
adaptif karyawan dalam menghadapi perubahan.
Kesiapan karyawan merupakan kunci utama dalam menerapkan manajemen
perubahan di organisasi. Kesiapan akan perubahan merupakan sikap komprehensif
karyawan yang dipengaruhi secara simultan oleh content (substansi dan arah perubahan),
process (bagaimana perubahan di impelementasikan), context (faktor eksternal dari individu
karyawan), individual attributes (faktor internal). Kesiapan karyawan dalam menghadapi
menajemen perubahan di organisasi mencerminkan kognitifitas individu dan emosi yang
cenderung dapat menerima dan mengadosi perubahan itu sendiri yang nantinya akan
berpengaruh terhadap perilaku karyawan di organisasi. (Holt et al, dalam Muafi, 2011)
Gambar 2 Hubungan anatara content, context, process dan individual attributes dengan
organisasi karena karyawan yang menerapkan strategic thinking memiliki sudut pandang
positif terhadap perubahan. Meskipun tidak semua karyawan menerapkannya. Hal itu
terjadi karena sudut pandang dan pola pikir (mindset) setiap karyawan berbeda. Salah satu
keunggulan karyawan yang menerapkan strategic thiking ialah tindakan mereka yang selalu
out of the box yaitu tindakan yang tidak jarang atau bahkan tidak dilakukan oleh orang lain
dalam menghadapi situasi tertentu. Tindakan tersebut tentu saja mempengaruhi perilaku
karyawan terhadap perubahan di organisasi, karena mereka memandang perubahan sebagai
suatu tantangan untuk hidup lebih baik dan menciptakan keunggulan bersaing secara
kompetitif.
3. Peran Strategic Thinking dalam Mengurangi Resistensi Karyawan terhadap
Perubahan
Resistensi (penolakan) merupakan suatu bentuk tanggapan emosional terhadap
perubahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang selalu berada di zona aman karena
ketakutan akan ketidakpastian yang akan diciptakan oleh perubahan. (Kinicki, dalam
Rinawati, 2010). Menurut Robbins (dalam Rinawati, 2010) terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya resistensi karyawan terhadap perubahan adalah sebagai berikut
Pertama, habit atau kebiasaan untuk selalu mengerjakan tugas sesuai dengan prosedurprosedur dan metode yang sudah dipahami. Kedua, rasa aman dimana perubahan
menciptkan ketidakpstian yang berimbas kepada ketakutan karyawan terhadap bobot
pekerjaan yang semakin meningkat sehingga mereka merasa tidak mampu untuk
melaksanakan tugas karena tingkat persaingan yang sangat ketat. Ketiga, ekonomi
keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh perubahan berimbas pada ketakutan karyawan
terhadap kesempatan promosi, kehilangan bonus hingga PHK. Keempat, ketakutan terhadap
ketidaktahuan merupaka imbas dari ketidakpastian yang diciptakan oleh perubahan sehinga
muncul ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan. Kelima, persepsi selektif
merupakan sudut pandang karyawan terhadap perubahan itu sendiri sehingga respon
terhdap perubahan bisa positif atau negatif.
Resistensi terhadap perubahan selalu terjadi di organisasi dan biasanya resistensi
tersebut dilakukan oleh karyawan, sehingga dibutuhkan pemimpin yang memiliki strategic
11
thiking yang baik agar dapat melakukan share value mengenai perubahan kepada karyawan
karena pemimpin memilki kewajiban dan kekuasaan untuk menginformasikan serta
mempengaruhi karyawan agar mau mengadopsi dan menerapkan perubahan. Menurut
Hamel dan Prahalad (dalam Rohani dan KhaefElahi, 2013) strategic thinking digambarkan
sebagai fitur yang mampu mendiagnosis keadaan yang akan datang dengan sudut pandang
yang luas, kreativitas, visi jangka panjang, dan intelelligent opportunism, serta mental yang
mampu menjamin keberhasilan perubahan dalam organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rohani dan KhaefElahi (2013)
strategic thinking memiliki peran yang sangat besar dalam mengurangi resistensi karyawan
terhadap perubahan. Hal itu ditunjukkan dengan Pertama, title manajer para manajer yang
ada di perusahaan. Manajer dengan gelar akademik yang lebih tinggi memiliki tingkat
strategic thinking yang
Daftar Pustaka
Lawrence, Eton. 1999. Strategic Thinking A Discussion Paper. Prepared for the Research
Directorate. Policy, Research and Communications Branch. Public Service
Commission of Canada. Diunduh dari hrbartender.com . 6 Mei 2016.
15
2010.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Resistensi
Individual
pada
17