Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUDUL PROYEK
: Alarm Cahaya
HARI / SHIFT
: Kamis / Shift 5
KELAS
: 2 DC 02
PTA / ATA
: PTA
( 47114294 )
( 47114169 )
3. Idris Maulana
( 45114088 )
ASISTEN PENGUJI
PENGUJI 1
PENGUJI 2
PENGUJI 3
(_________)
(_________)
(__________)
PENGUJI 4
PENGUJI 5
PENGUJI 6
(_________)
(_________)
(__________)
NILAI
NO
NAMA / NPM
NILAI
M
P
TOTAL
KETERANGAN
1
2
3
PJ. PRAKTIKUM/PJ. PROYEK
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA(E1)
(________________________)
KATA PENGANTAR
Halaman | 1
Team penulis
DAFTAR ISI
Halaman | 2
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi.. iii
Daftar Gambar. v
Daftar Tabel. vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Batasan Masalah .
BAB II
1.4
Metode Penulisan
1.5
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Elektronika
2.2
Resistor...........
2.2.1
Potensiometer.........................................................
2.2.2
LDR.......................................................................
Relay...................................
2.5
Buzzer.....................................................................................
2.6
Dioda......................................................................................
2.6.1
LED........................................................................
ANALISA RANGKAIAN
3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram .
3.2 Analisa Rangkaian Secara Detail ..
Halaman | 3
BAB IV
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran ..
DAFTAR GAMBAR
Halaman | 4
Gambar 2.2(a)
Macam-macam Resistor
Gambar 2.2(b)
Warna Gelang
Gambar 2.2.1
Potensiometer
Gambar 2.2.1(a)
Potensiometer
Gambar 2.2.2
LDR
Gambar 2.2.2(a)
LDR
Gambar 2.3
Gambar 2.3
Bentuk Relay
Gambar 2.3(a)
Gambar 2.3(b)
Jenis Relay
Gambar 2.5
Simbol Buzzer
Gambar 2.6
Gambar 2.6(a)
Dioda Zener
Gambar 2.6.1
Gambar 2.6.1(a)
LED
Gambar 2.6.1(b)
Gambar 2.7
Gambar 2.7(a)
Arus DC
DAFTAR TABEL
Halaman | 5
Tabel 2.2
Tabel 3.2
Data pengamatan
Halaman | 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Halaman | 1
1.2
Batasan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas, pada hal-hal yang menyangkut pada
pembuatan dari alat Alarm Cahaya saja yang bertujuan untuk mempermudah dalam
pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Alarm Cahaya. Dan pada
makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang masalah Alarm Cahaya, yang
terbagi menjadi 5 bab yang setiap bab membahas tentang Alarm Cahaya yang terdiri
dari Pendahuluan, Landasan Teori, Analisa Rangkaian, Cara Pengoprasian Alat,
Kesimpulan dan Penutup. Yang masing-masing bab akan menguraikan tentang
masalah-masalah pada Alarm Cahaya ini, dengan harapan agar dapat mudah
dimengerti dan dipahami dan sebagai acuan bagi penulis dalam pembuatan makalah
ini, agar tidak terlalu jauh menyimpang dari pokok masalah yang dibahas.Pada
penulisan makalah ini akan dibatasi pada jenis komponen yang akan digunakan dan
cara kerja komponen yang membentuk Rangkaian Alarm Cahaya.
1.3
Tujuan Penulisan
Halaman | 2
1.4
Metode Penulisan
Dalam pengumpulan data untuk menulis makalah ini digunakan beberapa
TANYA JAWAB
Penulis melakukan tanya jawab dengan PJ shiftnya untuk mencari dan
mengumpulkan alat serta data data yang diperlukan, maka penulis
melakukan tanya jawab dengan PJ Shiftnya masing masing.
PENGAMATAN
Untuk memperdalam ilmu
melakukan tanya jawab saja, penulis juga melakukan pengamatan pada waktu
asisten PJ mencontohkan cara kerja dalam sebuah alat.
PRAKTEK LANGSUNG
Selain melakukan pengamatan pada waktu praktikum, penulis bekerja
secara langsung dengan cara membantu asisten PJ dalam mempraktekan alat.
ANALISA
Penulis tidak hanya melakukan tanya jawab, pengamatan dan praktek
langsung saja, tetapi penulis dituntut untuk dapat mengembangkan dalam
menganalisa sebuah alat.
PUSTAKA
Penulis juga memperoleh data data dari perpustakaan baik didalam
kampus maupun diluar kampus.
Halaman | 3
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematik penulisan dalam makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang bertujuan
agar pembaca dapat memahami dan mengerti isi dari laporan ini, yang terdiri dari :
BAB I
Pendahuluan
Pada bab ini praktikan menjelaskan tentang Penggunaan dan Aplikasi
perangkat elektronika dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya
dalam teknologi sekarang ini. Serta kami juga akan menjelaskan tentang
tujuan dalam pembuatan proyek yang berjudul Alarm Cahaya
BAB V Penutup
Halaman | 4
Daftar Pustaka
Berisikan sumber-sumber yang akan kami ambil dalam menyusun
makalah ini.
Halaman | 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Resistor
Resisitor adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik
pada sebuah rangkaian listrik, resistor digunakan untuk mendapatkan arus yang sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian. Untuk mengendalikan arus dalam sebuah
rangkaian lisrtik, digunakan komponen yang mempunyai resistansi. Artinya
komponen tersebut mempunyai kemampuan untuk membatasi arus listrik yang
mengalir pada rangkaian. Bentuk dan penggunaan resistor dapat dibagi atas :
1.Resistor Tetap (fixed resistor)
2.Resistor Variable (potensiometer)
3.Resistor yang dapat diubah secara kontiyu (trimpot)
Halaman | 6
4. Theristor / NTC
-
Resistor Tetap
Potentiometer
Trimpot
LDR
Keterangan :
Gelang ke-1 dan ke-2 menyatakan angka.
Gelang ke-3 menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).
Gelang ke-4 menyatakan toleransinya.
Halaman | 8
WARNA
GELANG KE -
Hitam
Coklat
Merah
Orange
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Abu-abu
Putih
Emas
Perak
Tidak Berwarna
1 dan 2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-
X1
X 10
X 100
X 1000
X 10000
X 100000
X 1000000
X 10000000
X 100000000
X 1000000000
X 0.1
X 0.1
-
0%
1%
2%
3%
5%
10 %
20 %
Hijau
Merah
Emas
x 100
5%
Nilai R
1500 +5%Ohm
Pada resistor tidak dapat dipolaritaskan, artinya jika pemasangannya bolak-balik tidak
akan berpengaruh.
2.2.1
Potensiometer
Halaman | 9
Halaman | 10
Halaman | 11
Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari
untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar.
Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena
itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel
Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan
Halaman | 12
Halaman | 13
2.
3.
4.
5.
6.
2.2.2
yang nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang diterima oleh komponen
tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor cahaya atau pengukur besaran konversi
cahaya. Light Dependent Resistor, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang
mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau cahaya
redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang
relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik.
Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa
disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Halaman | 14
Halaman | 15
Pada gambar jalur cadmium sulphida dibuat melengkung menyerupai kurva agar jalur
tersebut dapat dibuat panjang dalam ruang (area) yang sempit. Cadmium sulphida
(CdS) merupakan bahan semi-konduktor yang memiliki gap energi antara elektron
konduksi dan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai cadmium sulphida, maka
energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi perpindahan dari band valensi
ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron tersebut mengakibatkan hambatan
dari cadmium sulphida berkurang dengan hubungan kebalikan dari intensitas cahaya
yang mengenai LDR.
2.3
Transistor
Transistor adalah sebuah komponen semi konduktor aktif yang disusun dari
tiga elektroda dengan bahan dasar type N dan type P, penyusunan ketiga elektroda
tersebut merupakan dasar dari pada jenis transistor yaitu PNP dan NPN. (lihat gambar
no.3, simbol Transistor NPN dan PNP).
Simbol Transistor
Bahan
Trioda
Halaman | 16
Halaman | 18
Halaman | 19
Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi
baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi
barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan
menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature
akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk
menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.
Arti Pole dan Throw pada Relay
Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan
Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi :
Halaman | 20
Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal,
3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan
2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang
dikendalikan oleh 1 Coil.
Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay
SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya
untuk Coil.
Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya
melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT
(Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.
Halaman | 21
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :
Halaman | 22
2.
3.
4.
Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen
lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
2.5 Buzzer
Halaman | 23
Halaman | 24
Dioda Zenner adalah dioda yang bekerja pada daerah Breakdown atau
pada
pembatas tegangan.
Tipe dari dioda Zenner dibedakan oleh tegangan pembatasnya. Misalnya
12V, ini berarti dioda Zenner dapat membatasi tegangan yang lebih besar
dari 12 atau menjadi 12V.
Simbol Dioda Zenner :
.
Gambar 2.6(a) Dioda zener
2.6.1
LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
Halaman | 25
Halaman | 26
Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan
Halaman | 27
LED
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat
melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada
LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil.
Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead
Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.
Warna-warna LED (Light Emitting Diode)
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa
semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa
Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :
Bahan Semikonduktor
Gallium Arsenide (GaAs)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide Nitride
(GaAsP:N)
Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP)
Silicon Carbide (SiC)
Gallium Indium Nitride (GaInN)
Wavelength
850-940nm
630-660nm
605-620nm
Warna
Infra Merah
Merah
Jingga
585-595nm
Kuning
550-570nm
430-505nm
450nm
Hijau
Biru
Putih
Halaman | 28
Warna
Infra Merah
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Putih
Tegangan Maju
@20mA
1,2V
1,8V
2,0V
2,2V
3,5V
3,6V
4,0V
Halaman | 31
Halaman | 32
Pada gambar (2) tampak bahwa tegangan terus menerus sebesar -3V selama waktu t.
Potential DC bisa positif ataupun negatif terhadap nol Volt, sebagaimana tampak pada
kedua gambar di atas. Jika pada dua elektroda yang satunya terdapat potential positif
dan satunya lagi berpotential negatif (bukan nol Volt) maka besar tegangan di antara
kedua elektroda itu adalah hasil penjumlahan keduanya. Contoh kurvanya
diperlihatkan pada gambar (3) di atas.
Pada gambar (3) terlihat bahwa antara titik +3V dan titik nol Volt terdapat tegangan
DC sebesar 3V, dan antara titik nol Volt dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar
3V juga, maka antara titik +3V dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar 6V.
Penggunaan DC
Pada system DC dikenal polaritas + (positif) atau - (negatif) yang dalam
penerapannya tidak boleh terbalik-balik. DC banyak digunakan untuk sumber tenaga
(power-supply) berdaya kecil, seperti perangkat-perangkat elektronik portabel, Handphone, starter motor DC pada kendaraan, dan lain-lain. Sangat jarang penggunaan
DC untuk kelistrikan rumah tangga karena faktor kesulitan transfer daya yang lebih
sulit dibanding system AC.
System DC adalah system tegangan rendah, dan tidak bisa dinaikkan tegangannya
secara langsung dengan trafo, sehingga untuk transfer daya yang besar diperlukan
kabel-kabel hantaran yang besar pula karena arusnyapun besar. Ini tidak efisien.
Kalaupun DC digunakan untuk kelistrikan rumah tangga, maka ia merupakan system
kelistrikan dengan penghasil energi listrik sendiri (dari solar-cell atau generator listrik
tenaga angin) dan merupakan system kelistrikan energi terbatas.
Sumber DC
DC adalah listrik alami. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa muatan-muatan
listrik pada petir ataupun pada binatang-binatang laut yang menghasilkan sengat
listrik adalah berbentuk DC.
Halaman | 33
Manusia pun berusaha untuk mengambil manfaat atas keberadaan listrik DC dengan
membuat peralatan yang bisa menghasilkan listrik DC.
BAB III
ANALISA RANGKAIAN
3.1
intensitas suatu cahaya yang diterima dan kemudian akan ditampilkan melalui suatu
lampu indikator yaitu sebuah sebuah sember bunyi yaitu dengan mengunakan buzzer.
Rangkaian ini menggunakan prinsip dasar dari suatu komponen (LDR) yaitu sebagai
rangkaian comparator (pembanding teganggan) antara teganggan acuan dengan
teganggan referensi (Vref) pada LDR. LDR sendiri berfungsi layaknya sebuah
resistor variable (Rv) dimana nilai resistansinya dipengaruhi oleh suatu intensitas
cahaya yang diterima pada permukaannya, sehingga bila LDR dialiri teganggan maka
teganggan pada outputnya juga akan berubah-ubah seiring dengan perubahan
resistansinya.
Halaman | 34
Aktifator
+12V DC
INPUT
PROSES
OUTPUT
Bagian Proses di
rangkaian Alarm Cahaya
terletak dari relay yang
bagian NO (Normaly
Open) ke rangkaian
circuit Flip-Flop. Terdiri
dari resistor, capasitor, dan
transistor NPN.
Halaman | 35
3.2
arifdwianto27@gmail.com
BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT
4.1
apakah jalur-jalur rangkaian tersebut sudah baik atau belum. Kemudian juga
persiapkan sumber tegangan nya yang sesuai dengan schematic. Lihat pada
schematic, berapa tegangan yang dibutuhkan pada rangkaian tersebut. Pada rangkaian
yang kami buat ini yaitu rangkaian Alarm Cahaya, memerlukan tegangan atau sumber
daya nya yaitu +12V DC. Rangkaian Alarm Cahaya ini bisa dioperasikan dengan
Power Supply atau pun Baterai asalkan tegangan nya bisa menyesuaikan dengan
tegangan pada rangkaian Alarm Cahaya tersebut.
Langkah selanjutnya, pasang sumber tegangan ke rangkaian yang telah dibuat
kemudian amati yang akan terjadi. Jika rangkaian tidak menyala, coba putar bagian
potensio ke dalam posisi full. Jika rangkaian masih tidak menyala, tutup bagian LDR
nya karena rangkaian Alarm Cahaya ini bekerja jika LDR dalam keadaan kekurangan
cahaya. Jika LDR mendapatkan cahaya yang berlebih, maka rangkaian tersebut akan
mati karena sifat LDR adalah jika cahaya yang didapat berlebih maka hambatan
tersebut akan besar dan jika LDR kekurangan cahaya, maka hambatan pada LDR
akan menjadi kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Rangkaian Alarm Cahaya merupakan rangkaian pendeteksi intensitas cahaya.
Rangkaian ini terdiri dari sebuah yang berfungsi sebagai pembanding tegangan.
Transistor sebagai penguat dan LDR sebagai sensor cahaya dan sebuah relay sebagai
beban. Selain itu beberapa komponen pendukung lainnya seperti resistor dan
beberapa lampu (LED) indicator. Rangkaian ini akan berfungsi sampai intensitas
cahaya yang diterima LDR tidak mencukupi, hal ini ditandai dengan lampu LED
indicator gelap (Dark) yang menyala.
5.2
Saran
Untuk menghasilkan suatu rangkaian yang sesuai, maka perlu diperhatikan pemilihan
komponen penyusunnya yang sesuai dengan ketentuan sehingga hasil dari outputnya
juga akan sesuai dengan perhitungan. Dalam hal ini perhatikan juga pemberian
tegangan masukan yang stabil dan arus yang sesuai agar alat atau rangkaian dapat
berjalan secara stabil dan tidak kalah pentingnya yaitu untuk mengurangi
pembuangan daya yang berlebihan (panas) sehingga komponen akan lebih lama
masapemakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Internet
http//alds.stts.edu
www.mitedu.freeserve.co.uk
www.elektronika-indonesia.com
www.bogor.net
www.lipi.co.id
http://www.discovercircuits.com
http://www.teknikelektronika.com/
dll.