Вы находитесь на странице: 1из 45

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PROYEK

: Alarm Cahaya

HARI / SHIFT

: Kamis / Shift 5

KELAS

: 2 DC 02

PTA / ATA

: PTA

NAMA / NPM: 1. Muhammad Haqqi Annazily

( 47114294 )

2. Muhammad Dzikri Abdul Azis

( 47114169 )

3. Idris Maulana

( 45114088 )

ASISTEN PENGUJI
PENGUJI 1

PENGUJI 2

PENGUJI 3

(_________)

(_________)

(__________)

PENGUJI 4

PENGUJI 5

PENGUJI 6

(_________)

(_________)

(__________)

NILAI
NO

NAMA / NPM

NILAI
M
P
TOTAL

KETERANGAN

1
2
3
PJ. PRAKTIKUM/PJ. PROYEK
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA(E1)

(________________________)

KATA PENGANTAR
Halaman | 1

Syukur alhamdulliah, akhirnya kami dapat menyelesaikan proyek Elektronika


1(E1) yaitu Alarm Cahaya ,beserta makalah dengan tepat waktu . dengan adanya
makalah ini kami mengharapkan agar dapat lebih memahami tentang prinsip kerja
dari Alarm Cahaya dan juga teori-teori dasar tentang elektronika.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya dapat di jadikan
sebagai suatu bahan untuk pembahaasan yang lebih luas lagi. Namun kami sudah
berusaha secara maksimal untuk dapat menyajikan yang terbaik dan inilah yang dapat
penulis sajikan. Kami sangant mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kami melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk
kita semua,amin.

Kalimalang ,Desember 2015

Team penulis

DAFTAR ISI
Halaman | 2

Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi.. iii
Daftar Gambar. v
Daftar Tabel. vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah .

1.2

Batasan Masalah .

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II

1.4

Metode Penulisan

1.5

Sistematika Penulisan ....

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Elektronika
2.2

Resistor...........
2.2.1

Potensiometer.........................................................

2.2.2

LDR.......................................................................

2.3 Transistor ...........


2.4

Relay...................................

2.5

Buzzer.....................................................................................

2.6

Dioda......................................................................................
2.6.1

LED........................................................................

2.7 Tegangan DC.........................................................................


BAB III

ANALISA RANGKAIAN
3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram .
3.2 Analisa Rangkaian Secara Detail ..

Halaman | 3

BAB IV

CARA PENGOPERASIAN ALAT


4.1

BAB V

Cara Pengoperasian Alat

PENUTUP
5.1

Kesimpulan

5.2

Saran ..

Daftar Pustaka .. . vii


Lampiran

DAFTAR GAMBAR

Halaman | 4

Gambar 2.2(a)

Macam-macam Resistor

Gambar 2.2(b)

Warna Gelang

Gambar 2.2.1

Potensiometer

Gambar 2.2.1(a)

Potensiometer

Gambar 2.2.2

LDR

Gambar 2.2.2(a)

LDR

Gambar 2.3

Simbol Transistor Tipe NPN dan PNP

Gambar 2.3

Bentuk Relay

Gambar 2.3(a)

Struktur Sederhana Relay

Gambar 2.3(b)

Jenis Relay

Gambar 2.5

Simbol Buzzer

Gambar 2.6

Dioda kontak titik

Gambar 2.6(a)

Dioda Zener

Gambar 2.6.1

Bentuk Fisiki dan Simbol Dioda

Gambar 2.6.1(a)

LED

Gambar 2.6.1(b)

Bentuk Fisik LED

Gambar 2.7

Rangkaian Arus Searah

Gambar 2.7(a)

Arus DC

DAFTAR TABEL

Halaman | 5

Tabel 2.2

Kode Warna Resistor

Tabel 3.2

Data pengamatan

Halaman | 6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perkembangan dunia teknologi sudah sangatlah pesat. Sehingga

dibutuhkan suatu kemampuan dalam menyeimbangkan perkembangan tersebut. Tidak


hanya perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi, teknologi dalam
bidang elektronika sebagai faktor utama yang mendukung teknologi dapat mengalami
perkembangan hanya dalam beberapa bulan saja, khususnya perangkat elektronik
yang bersifat analog maupun digital. Mahasiswa Universitas Gunadarma mendapat
suatu materi praktek dalam bidang elektronika . Hal ini merupakan salah satu cara
dalam menyeimbangkan perkembangan teknologi tersebut. Materi praktek yang
diajarkan didalam Laboratorium Elektronika Dasar, mengarahkan dan membimbing
rekan-rekan mahasiswa untuk dapat membuat, mengembangkan atau bahkan
merancang suatu rangkaian yang bermultiguna. Pembuatan alat ini, mulai dari
menggambar rangkaian dengan skema secara elektronik dan kemudian dirangkai
menjadi suatu rangkaian yang dapat digunakan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara kerja dan pembuatan
suatu rangkaian elektronika yang berbasis analog. Rangkaian yang tersaji didalam
makalah ini adalah sebuah rangkaian ALARM CAHAYA yaitu suatu alat yang
bekerja secara otomatis berdasarkan intensitas cahaya yang diterima suatu sensor.
Dalam rangkaian ini sensor yang dipergunakan adalah sebuah LDR (Light Dependent
Resistor). Untuk dapat buzzer menyala maka sensor teranyung pada intensitas cahaya
yang diterimanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab yang disajikan
dilembar berikutnya.

Halaman | 1

1.2

Batasan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis

membatasi masalah yang akan dibahas, pada hal-hal yang menyangkut pada
pembuatan dari alat Alarm Cahaya saja yang bertujuan untuk mempermudah dalam
pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Alarm Cahaya. Dan pada
makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang masalah Alarm Cahaya, yang
terbagi menjadi 5 bab yang setiap bab membahas tentang Alarm Cahaya yang terdiri
dari Pendahuluan, Landasan Teori, Analisa Rangkaian, Cara Pengoprasian Alat,
Kesimpulan dan Penutup. Yang masing-masing bab akan menguraikan tentang
masalah-masalah pada Alarm Cahaya ini, dengan harapan agar dapat mudah
dimengerti dan dipahami dan sebagai acuan bagi penulis dalam pembuatan makalah
ini, agar tidak terlalu jauh menyimpang dari pokok masalah yang dibahas.Pada
penulisan makalah ini akan dibatasi pada jenis komponen yang akan digunakan dan
cara kerja komponen yang membentuk Rangkaian Alarm Cahaya.

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1.Mahasiswa mampu memahami dan memantapkan pelajaran yang didapat dari
perkuliahan dikampus.
2.Mahasiswa dapat belajar menganalisa, menilai dan mengembangkan cara
kerja alat yang didapatkan dari Praktikum Elektronika I.
3.Mahasiswa dapat belajar memecahkan masalah tentang alat yang dikerjakan.
4.Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah tentang alat yang
dikerjakan secara lebih luas dan mendalam.
5.Melatih mahasiswa untuk membuat latihan tertulis.

Halaman | 2

1.4

Metode Penulisan
Dalam pengumpulan data untuk menulis makalah ini digunakan beberapa

metode yang dijelaskan sebagai berikut :

TANYA JAWAB
Penulis melakukan tanya jawab dengan PJ shiftnya untuk mencari dan
mengumpulkan alat serta data data yang diperlukan, maka penulis
melakukan tanya jawab dengan PJ Shiftnya masing masing.

PENGAMATAN
Untuk memperdalam ilmu

pengetahuan maka penulis tidak hanya

melakukan tanya jawab saja, penulis juga melakukan pengamatan pada waktu
asisten PJ mencontohkan cara kerja dalam sebuah alat.

PRAKTEK LANGSUNG
Selain melakukan pengamatan pada waktu praktikum, penulis bekerja
secara langsung dengan cara membantu asisten PJ dalam mempraktekan alat.

ANALISA
Penulis tidak hanya melakukan tanya jawab, pengamatan dan praktek
langsung saja, tetapi penulis dituntut untuk dapat mengembangkan dalam
menganalisa sebuah alat.

PUSTAKA
Penulis juga memperoleh data data dari perpustakaan baik didalam
kampus maupun diluar kampus.

Halaman | 3

1.5

Sistematika Penulisan
Sistematik penulisan dalam makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang bertujuan

agar pembaca dapat memahami dan mengerti isi dari laporan ini, yang terdiri dari :
BAB I

Pendahuluan
Pada bab ini praktikan menjelaskan tentang Penggunaan dan Aplikasi
perangkat elektronika dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya
dalam teknologi sekarang ini. Serta kami juga akan menjelaskan tentang
tujuan dalam pembuatan proyek yang berjudul Alarm Cahaya

BAB II Landasan Teori


Berisikan tentang teori dasar yang berhubungan dengan analisa
rangkaian proyek, dan kerangka terbentuknya proyek Alarm Cahaya
ini.
BAB III Analisa Rangkaian
Dalam analisa rangkaian, kami akan menjelaskan dan menganalisa
rangkaian baik secara blok maupun secara detail, sehingga dalam
penggunaannya akan semakin jelas dan mudah dimengerti.
BAB IV Cara Pengoprasian Alat
Berisi tentang cara dan panduan dalam pengoprasian alat dari proyek
yang akan kami presentasikan.

BAB V Penutup

Halaman | 4

Berisi kesimpulan, rangkuman dan saran-saran dari apa yang telah


diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

Daftar Pustaka
Berisikan sumber-sumber yang akan kami ambil dalam menyusun
makalah ini.

Halaman | 5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Teori Dasar Elektronika

Dalam elektronika, komponen elektronika dibagi menjadi dua bagian yaitu :


1. Komponen Aktif
2. Komponen Pasif
Komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam pengoprasiannya
membutuhkan sumber tegangan dan sumber arus, misalnya Dioda, Resistor,
Kapasitor, Trafo dan lain-lain. Sedangkan Komponen Pasif adalah komponen
elektronika yang dalam pengoprasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau
sumber arus tersendiri, misalnya Transistor, Tranducer, Relay, dan lain-lain. Namun
disini kami akan menjelaskan uraian dari komponen-komponen elektronika yang
bersangkutan dengan alat yang kami buat yaitu Alarm Cahaya .
2.2

Resistor
Resisitor adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik

pada sebuah rangkaian listrik, resistor digunakan untuk mendapatkan arus yang sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian. Untuk mengendalikan arus dalam sebuah
rangkaian lisrtik, digunakan komponen yang mempunyai resistansi. Artinya
komponen tersebut mempunyai kemampuan untuk membatasi arus listrik yang
mengalir pada rangkaian. Bentuk dan penggunaan resistor dapat dibagi atas :
1.Resistor Tetap (fixed resistor)
2.Resistor Variable (potensiometer)
3.Resistor yang dapat diubah secara kontiyu (trimpot)

Halaman | 6

4. Theristor / NTC
-

Suhu tinggi, Resistansi kecil.

Suhu rendah, Resistansi besar.

5. Resistor peka cahaya (LDR Light Dependent Resistor)


-

Cahaya tinggi, Resistansi kecil.

Cahaya rendah, Resistansi besar.


Simbol Simbol Resistor :

Resistor Tetap

Potentiometer

Trimpot

LDR

Gambar 2.2(a) Macam2 resistor


Bahan pembentuk resistor dapat dibagi atas :
1. Resistor kawat
2. Resistor arang/komposisi.
3. Resistor lapisan okisida logam.
4. Resistor dalam IC.
5. Resistor film.
Sifat dan fungsi dari resistor :
1. Untuk membangkitkan panas (filament).
2. Untuk membagi tegangan.
3. Sebagai penghubung rangkaian (kopel).
4. Perubah bentuk arus.
Halaman | 7

5. Untuk penentuan besaran fisis.


Dari semua kompenen elektronika, resistorlah yang paling banyak digunakan.
Ketelitian resistor digolongkan dalam persentase penyimpanan dari nilai nominalnya.
Misalnya resistor-resistor yang akan digunakan dalam proyek disini adalah 5 %
artinnya bahwa nilai sebenarnya dari resistor yang digunakan tidak akan menyimpang
kurang atau lebih dari 5 % dari nilai nominalnya. Jadi suatu resistor dari 100 ohm
mempunyai tahanan antara 95 ohm sampai 100 ohm.
Resistor pada umumnya mempunyai nilai toleransi 1%, 2%, 3%, 5%, 10%
dan 20%. Resistor yang mempunyai nilai toleransi lebih kecil biasanya lebih mahal
harganya. Resistor juga dapat dispesifikasikan menurut kapasitansinya untuk
mendisipasi (menyerap) daya listrik, dinyatakan dalam Watt.
Karena bentuk fisik dari resistor kecil, maka pada bahannya diberikan nilai
tahanan dalam kode warna menurut standart internasional. Seperti terlihat pada
gambar no. 1 dan no. 2. Dibawah ini :

Gambar 2.2(b) Warna Gelang


Resistor

Keterangan :
Gelang ke-1 dan ke-2 menyatakan angka.
Gelang ke-3 menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).
Gelang ke-4 menyatakan toleransinya.

Halaman | 8

WARNA

GELANG KE -

Hitam
Coklat
Merah
Orange
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Abu-abu
Putih
Emas
Perak
Tidak Berwarna

1 dan 2

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-

X1
X 10
X 100
X 1000
X 10000
X 100000
X 1000000
X 10000000
X 100000000
X 1000000000
X 0.1
X 0.1
-

0%
1%
2%
3%
5%
10 %
20 %

Gambar 2.2 Kode Warna Resistor

Contoh dari kode warna :


Coklat

Hijau

Merah

Emas

x 100

5%

Nilai R
1500 +5%Ohm

Pada resistor tidak dapat dipolaritaskan, artinya jika pemasangannya bolak-balik tidak
akan berpengaruh.

2.2.1

Potensiometer

Halaman | 9

Potensiometer, Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer


yang berfungsi sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video seperti Radio,
Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga sering
digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang gelapnya Lampu (Light Dimmer
Circuit) dan Pengatur Tegangan pada Power Supply (DC Generator). Jadi apa
sebenarnya Potensiometer itu?
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal
dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah

Halaman | 10

ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Gambar 2.2.1 Potensiometer


Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya
Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :
1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal

Halaman | 11

Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari
untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar.
Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena
itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel
Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan

Halaman | 12

jarang dilakukan pengaturannya.

Gambar 2.2.1(a) Potensiometer


Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer
Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk
menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu
(Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai
Resistansi sebuah Potensiometer.
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).

Halaman | 13

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan


menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer
Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer
sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1.

Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti


Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.

2.

Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply

3.

Sebagai Pembagi Tegangan

4.

Aplikasi Switch TRIAC

5.

Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser

6.

Sebagai Pengendali Level Sinyal

2.2.2

LDR (Light Dependent Resistor)


Light Dependent Resistor atau yang biasa disebut LDR adalah jenis resistor

yang nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang diterima oleh komponen
tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor cahaya atau pengukur besaran konversi
cahaya. Light Dependent Resistor, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang
mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau cahaya
redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang
relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik.
Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa
disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.

Halaman | 14

Gambar 2.2.2 LDR


Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk mengangkut
muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi konduktor yang baik,
atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat cahaya terang.

Prinsip Kerja LDR


Pada sisi bagian atas LDR terdapat suatu garis / jalur melengkung yang menyerupai
bentuk kurva. Jalur tersebut terbuat dari bahan cadmium sulphida yang sangat
sensitiv terhadap pengaruh dari cahaya. Jalur cadmium sulphida yang terdapat pada
LDR dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.2.2(a) LDR

Halaman | 15

Pada gambar jalur cadmium sulphida dibuat melengkung menyerupai kurva agar jalur
tersebut dapat dibuat panjang dalam ruang (area) yang sempit. Cadmium sulphida
(CdS) merupakan bahan semi-konduktor yang memiliki gap energi antara elektron
konduksi dan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai cadmium sulphida, maka
energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi perpindahan dari band valensi
ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron tersebut mengakibatkan hambatan
dari cadmium sulphida berkurang dengan hubungan kebalikan dari intensitas cahaya
yang mengenai LDR.
2.3

Transistor
Transistor adalah sebuah komponen semi konduktor aktif yang disusun dari

tiga elektroda dengan bahan dasar type N dan type P, penyusunan ketiga elektroda
tersebut merupakan dasar dari pada jenis transistor yaitu PNP dan NPN. (lihat gambar
no.3, simbol Transistor NPN dan PNP).
Simbol Transistor

Bahan

Trioda

Gambar 2.1.2 Simbol Transistor Tipe NPN dan PNP

Halaman | 16

Transistor terdiri dari 3 kaki, berikut keterangan dari fungsi masing-masing


kaki transistor adalah :
1. Emitor (E) adalah lapisan yang melepaskan muatan (hole positif atau elektron).
2. Colector (C) adalah lapisan yang menampung muatan (hole positif atau elektron).
3. Basisi (B) adalah lapisan yang mengatur besarnya muatan yang akan mengalir.
Transistor terdiri dari dua jenis yaitu transistor bipolar dan unipolar.
Transistor bipolar adalah transistor yang ada pada daerah N mempunyai banyak
sekali electron pita dan pada daerah P mempunyai banyak sekali hole. Jenis dari
transistor bipolar adalah transistor PNP dan NPN, sedangkan pada transistor unipolar
misalnya FET, MOSFET, JPET dan lain-lain. Fungso dari transistor adalah sebagai
penguat arus, saklar elektronika, osilator, pencampur (mixer) dan penyearah.
JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah salah satu model transistor
junction dan mempunyai resistansi input yang cukup tinggi. JFET memerlukan
pembawa mayoritas untuk dapat bekerja (muatan hole atau elektron). JFET
mempunyai kaki terminal, sama halnya dengan transistor bipolar yaitu Drain (D),
Source (S) dan Gate (G). MOSFET (Metal Okide Semi Conductor) adalah gate yang
mempunyai gate terbuat dari bahan logam dan antara kanal dan gate dilapisi oleh
suatu bahan silikon dioksida. MOSFET mempunyai jenis kanal N dan kanal P.
Dalam penggunaan transistor untuk suatu proyek harus dipakai transistor yang
tepat. Jangan coba menggantinya dengan tipe lain yang dikatakan sama, maka akan
berakibat fatal. Letak sambungan kaki suatu transistor sudah ditetapkan.
2.4 Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama
yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch).
Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar
sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang
Halaman | 17

bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan


Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi
sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
Gambar Bentuk dan Simbol Relay
Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering
ditemukan di Rangkaian Elektronika.

Gambar 2.3 Bentuk Relay


Prinsip Kerja Relay
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature

Halaman | 18

3. Switch Contact Point (Saklar)


4. Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :

Gambar 2.3(a) Struktur Sederhana Relay


Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

Halaman | 19

Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)

Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi
baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi
barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan
menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature
akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk
menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.
Arti Pole dan Throw pada Relay
Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan
Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay

Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi :

Halaman | 20

Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal,
3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan
2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang
dikendalikan oleh 1 Coil.

Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay
SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya
untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya
melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT
(Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

Halaman | 21

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :

Gambar 2.3(b) Jenis Relay

Halaman | 22

Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay


Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :
1.

Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)

2.

Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay


Function)

3.

Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan


bantuan dari Signal Tegangan rendah.

4.

Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen
lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

2.5 Buzzer

Gambar 2.5 Simbol Buzzer


Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah
getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama
dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada
diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah
arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap
gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga
membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan
sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah
alat (alarm).

Halaman | 23

2.6 Dioda (PN Junction)


Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar
arus listrk dan tegangan pada satu arah saja. Bahan pokok untuk pembuatan
doada adalah Gemanium (Ge) dan Silikon/Silsilum (Si).
a. Dioda Kontak Titik
Doida ini digunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi frekuensi
rendah.
Contoh tipe dari dioda ini misalnya ; OA 70, OA 90 dan IN 60.
Simbol Dioda Kontak Titik :

Gambar 2.6 Dioda kontak titik


b. Dioda Hubungan
Dioda ini dapat mengalirkan arus atau tegangan yang besar hanya dalam
satu arah. Dioda ini biasa digunakan untuk menyearahkan arus dan
tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal,
misalnya dioda tipe 1N4001 ada 2 jenis yaitu yang berkapasitas 1A/50V
dan 1A/100V.
Simbol dioda hubungan sama dengan simbol dioda kontak titik.
c. Dioda Zenner

Halaman | 24

Dioda Zenner adalah dioda yang bekerja pada daerah Breakdown atau
pada

daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk

pembatas tegangan.
Tipe dari dioda Zenner dibedakan oleh tegangan pembatasnya. Misalnya
12V, ini berarti dioda Zenner dapat membatasi tegangan yang lebih besar
dari 12 atau menjadi 12V.
Simbol Dioda Zenner :

.
Gambar 2.6(a) Dioda zener
2.6.1

LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen

elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan


tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada
jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan
sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada
Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda
dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED
(Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

Halaman | 25

Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)

Gambar 2.6.1 Bentuk Fisiki dan Simbol Dioda


Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari
Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua
kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan
cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan
junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah
proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang
murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED
dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K),
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan

Halaman | 26

Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan

Gambar 2.6.1(a) LED


photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan
maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi
Listrik menjadi Energi Cahaya.
Cara Mengetahui Polaritas

Gambar 2.6.1(b) Bentuk Fisik LED

Halaman | 27

LED
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat
melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada
LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil.
Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead
Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.
Warna-warna LED (Light Emitting Diode)
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa
semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa
Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :
Bahan Semikonduktor
Gallium Arsenide (GaAs)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide Nitride
(GaAsP:N)
Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP)
Silicon Carbide (SiC)
Gallium Indium Nitride (GaInN)

Wavelength
850-940nm
630-660nm
605-620nm

Warna
Infra Merah
Merah
Jingga

585-595nm

Kuning

550-570nm
430-505nm
450nm

Hijau
Biru
Putih

Halaman | 28

Tegangan Maju (Forward Bias) LED


Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju
(Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut
tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan
Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya
dilambangkan dengan tanda VF.

Warna
Infra Merah
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Putih

Tegangan Maju
@20mA
1,2V
1,8V
2,0V
2,2V
3,5V
3,6V
4,0V

Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari


Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas, tahan
lama, tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik serta
bentuknya yang kecil ini semakin popular dalam bidang teknologi pencahayaan.
Berbagai produk yang memerlukan cahaya pun mengadopsi teknologi Light Emitting
Diode (LED) ini. Berikut ini beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan
sehari-hari.
1.Lampu Penerangan Rumah
2.Lampu Penerangan Jalan
3.Papan Iklan (Advertising)
4.Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
Halaman | 29

5.Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior


6.Lampu Indikator
7.Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)

2.7 DC (Direct-Current) arus searah


DC (Direct-Current) adalah arus listrik yang mengalir pada suatu hantaran yang
tegangannya berpotential tetap, tidak berubah-ubah.

Gambar 2.7 Rangkaian Arus Searah


Listrik DC adalah listrik yang original, artinya listrik dasar yang dapat dihasilkan
dari sumber-sumber susunan material alam.
Muatan-muatan listrik yang terjadi akibat adanya gesekan pada dua jenis material
adalah muatan listrik yang berbentuk DC. Berkumpulnya muatan listrik yang terjadi
di awan hingga mencapai jutaan volt dan kemudian menjadi sambaran petir adalah
muatan listrik yang berbentuk DC juga. Dan setiap baterai yang disusun dari
beberapa bahan kimiawi tertentu selalu menghasilkan listrik dalam bentuk DC, tidak
ada baterai yang menghasilkan tegangan listrik AC secara langsung. Begitu pun
beberapa jenis hewan yang mampu mengeluarkan tegangan listrik dari tubuhnya,
Halaman | 30

adalah tegangan listrik DC.


DC ada di mana-mana....
Pada DC tidak dikenal istilah frekwensi. Tegangan DC selamanya tetap, jika
tegangan itu berpotential positif maka seterusnya positif dan jika tegangan itu
berpotential negatif maka seterusnya negatif tanpa ada perubahan-perubahan yang
bersifat periodik. Gambaran kurvanya adalah lurus sebagaimana digambarkan
berikut ini :

Halaman | 31

Gambar 2.7(a) Arus DC


Pada gambar (1) tampak bahwa tegangan terus menerus sebesar +3V selama waktu t.

Halaman | 32

Pada gambar (2) tampak bahwa tegangan terus menerus sebesar -3V selama waktu t.
Potential DC bisa positif ataupun negatif terhadap nol Volt, sebagaimana tampak pada
kedua gambar di atas. Jika pada dua elektroda yang satunya terdapat potential positif
dan satunya lagi berpotential negatif (bukan nol Volt) maka besar tegangan di antara
kedua elektroda itu adalah hasil penjumlahan keduanya. Contoh kurvanya
diperlihatkan pada gambar (3) di atas.
Pada gambar (3) terlihat bahwa antara titik +3V dan titik nol Volt terdapat tegangan
DC sebesar 3V, dan antara titik nol Volt dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar
3V juga, maka antara titik +3V dan titik -3V terdapat tegangan DC sebesar 6V.
Penggunaan DC
Pada system DC dikenal polaritas + (positif) atau - (negatif) yang dalam
penerapannya tidak boleh terbalik-balik. DC banyak digunakan untuk sumber tenaga
(power-supply) berdaya kecil, seperti perangkat-perangkat elektronik portabel, Handphone, starter motor DC pada kendaraan, dan lain-lain. Sangat jarang penggunaan
DC untuk kelistrikan rumah tangga karena faktor kesulitan transfer daya yang lebih
sulit dibanding system AC.
System DC adalah system tegangan rendah, dan tidak bisa dinaikkan tegangannya
secara langsung dengan trafo, sehingga untuk transfer daya yang besar diperlukan
kabel-kabel hantaran yang besar pula karena arusnyapun besar. Ini tidak efisien.
Kalaupun DC digunakan untuk kelistrikan rumah tangga, maka ia merupakan system
kelistrikan dengan penghasil energi listrik sendiri (dari solar-cell atau generator listrik
tenaga angin) dan merupakan system kelistrikan energi terbatas.
Sumber DC
DC adalah listrik alami. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa muatan-muatan
listrik pada petir ataupun pada binatang-binatang laut yang menghasilkan sengat
listrik adalah berbentuk DC.

Halaman | 33

Manusia pun berusaha untuk mengambil manfaat atas keberadaan listrik DC dengan
membuat peralatan yang bisa menghasilkan listrik DC.

BAB III
ANALISA RANGKAIAN

3.1

Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram


Alarm Cahaya adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk mendeteksi

intensitas suatu cahaya yang diterima dan kemudian akan ditampilkan melalui suatu
lampu indikator yaitu sebuah sebuah sember bunyi yaitu dengan mengunakan buzzer.
Rangkaian ini menggunakan prinsip dasar dari suatu komponen (LDR) yaitu sebagai
rangkaian comparator (pembanding teganggan) antara teganggan acuan dengan
teganggan referensi (Vref) pada LDR. LDR sendiri berfungsi layaknya sebuah
resistor variable (Rv) dimana nilai resistansinya dipengaruhi oleh suatu intensitas
cahaya yang diterima pada permukaannya, sehingga bila LDR dialiri teganggan maka
teganggan pada outputnya juga akan berubah-ubah seiring dengan perubahan
resistansinya.

Halaman | 34

Aktifator
+12V DC

INPUT

PROSES

OUTPUT

Bagian Input rangkaian


Alarm Cahaya terletak
dimulai dari komponen
LDR, lalu masuk ke
transistor Q1, potensio,
resistor, dioda, dan sampai
ke di relay bagian yang
mendapat tegangan.

Bagian Proses di
rangkaian Alarm Cahaya
terletak dari relay yang
bagian NO (Normaly
Open) ke rangkaian
circuit Flip-Flop. Terdiri
dari resistor, capasitor, dan
transistor NPN.

Bagian Output dari


rangkaian Alarm Cahaya
nya adalah dari kaki
collector Q3 dan Q4 yang
masuk ke Buzzer dan
LED.

Halaman | 35

3.2

Analisa Rangkaian Secara Detail

arifdwianto27@gmail.com

BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT

4.1

Cara Pengoperasian Alat


Langkah pertama persiapkan rangkaian yang telah dibuat dan perhatikan

apakah jalur-jalur rangkaian tersebut sudah baik atau belum. Kemudian juga
persiapkan sumber tegangan nya yang sesuai dengan schematic. Lihat pada
schematic, berapa tegangan yang dibutuhkan pada rangkaian tersebut. Pada rangkaian
yang kami buat ini yaitu rangkaian Alarm Cahaya, memerlukan tegangan atau sumber
daya nya yaitu +12V DC. Rangkaian Alarm Cahaya ini bisa dioperasikan dengan
Power Supply atau pun Baterai asalkan tegangan nya bisa menyesuaikan dengan
tegangan pada rangkaian Alarm Cahaya tersebut.
Langkah selanjutnya, pasang sumber tegangan ke rangkaian yang telah dibuat
kemudian amati yang akan terjadi. Jika rangkaian tidak menyala, coba putar bagian
potensio ke dalam posisi full. Jika rangkaian masih tidak menyala, tutup bagian LDR
nya karena rangkaian Alarm Cahaya ini bekerja jika LDR dalam keadaan kekurangan
cahaya. Jika LDR mendapatkan cahaya yang berlebih, maka rangkaian tersebut akan
mati karena sifat LDR adalah jika cahaya yang didapat berlebih maka hambatan
tersebut akan besar dan jika LDR kekurangan cahaya, maka hambatan pada LDR
akan menjadi kecil.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Rangkaian Alarm Cahaya merupakan rangkaian pendeteksi intensitas cahaya.

Rangkaian ini terdiri dari sebuah yang berfungsi sebagai pembanding tegangan.
Transistor sebagai penguat dan LDR sebagai sensor cahaya dan sebuah relay sebagai
beban. Selain itu beberapa komponen pendukung lainnya seperti resistor dan
beberapa lampu (LED) indicator. Rangkaian ini akan berfungsi sampai intensitas
cahaya yang diterima LDR tidak mencukupi, hal ini ditandai dengan lampu LED
indicator gelap (Dark) yang menyala.
5.2

Saran

Untuk menghasilkan suatu rangkaian yang sesuai, maka perlu diperhatikan pemilihan
komponen penyusunnya yang sesuai dengan ketentuan sehingga hasil dari outputnya
juga akan sesuai dengan perhitungan. Dalam hal ini perhatikan juga pemberian
tegangan masukan yang stabil dan arus yang sesuai agar alat atau rangkaian dapat
berjalan secara stabil dan tidak kalah pentingnya yaitu untuk mengurangi
pembuangan daya yang berlebihan (panas) sehingga komponen akan lebih lama
masapemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Paulus Wijaya Citra, Rangkaian Elektronika 1. PT Elek Media Kompatindo


Jakarta 1997

Internet

http//alds.stts.edu
www.mitedu.freeserve.co.uk
www.elektronika-indonesia.com
www.bogor.net
www.lipi.co.id
http://www.discovercircuits.com
http://www.teknikelektronika.com/
dll.

Kumpulan Rangkaian Elektronika IIIA. PT Elek Media Komputindo Jakarta


1997

Hobies Elektronika IV. PT Elek Media Komputindo Jakarta 1999

Вам также может понравиться