Вы находитесь на странице: 1из 37

ETIKA KEDOKTERAN ISLAM

dr. SETYO TRISNADI, Sp. KF, SH.

I. PENDAHULUAN
Islam :
Membebaskan Ilmu Pengetahuan Dan Ilmu Medis Dari Kekuasaan
Agamawan.
Melarang mengobati pasien dengan pendekatan agama (religious
approach semata).
Mengakui otoritas ilmu pengetahuan, ilmu medis dan ilmu obatobatan kitab Tarikhut Thibb (sejarah kedokteran) menjelaskan
bahwa pada masa kefakuman pemerintah teokrasi di Eropa,
pengobatan sepenuhnya berada di tangan tokoh-tokoh agama. Dan
tak seorang pun selain mereka yang diberi wewenang untuk
melakukan pengobatan kepada pasien, bahkan pernah gereja
memerintahkan untuk membakar hidup-hidup para tabib (dokter) &
sarjana atau menyiksa mereka di ujung tombak hingga mati.

Menurut Islam, sakit merupakan qadla dan qadar


Allah yang diturunkan kepada mukmin dan
nonmukmin, tetapi seorang mukmin wajib
bersabar terhadap cobaan yang menimpanya,
sedang bersabar (dari cobaan itu) akan diberi
pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allah.
Islam tidak mengakui bahwa iman dan doa
semata mempunyai pengaruh secara langsung
dan mendasar, tetapi juga mengakhiri pengaruh
keduanya dalam proses terapi.

Upaya menjaga kesehatan dan meminta pertolongan dokter


tidaklah berarti menghindari qadla dan qadar Tuhan, bahkan
pengobatan dengan cara apapun merupakan qadla dan qadar
Allah.
Ketika rasulullah SAW tiba di Madinah dan menegakkan
kedaulatan di sana, banyak orang-orang yang datang kepada
beliau untuk disembuhkan dengan safaah dan doa. Tetapi
mereka terkejut ketika belau bersabda.
Panggilah mereka (dokter) untuknya. Mereka berkata dengan
heran; Engkau berkata begitu wahai Rasulullah? beliau
menjawab; Ya ambilah pengobatan dari hamba Allah.
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan
juga menurunkan obat untuknya, kecuali satu. Mereka
bertanya: Apa itu? Jawab beliau. Penyakit tua

Suatu ketika sekelompok sahabat bertanya


kepada rasulullah SAW ;
Wahai Rasulullah, apakah obat-obatan yang
senantiasa kami pakai, dan perawatan yang selalu
kami lakukan bukan ketentuan Allah? Jawab
beliau; Bahkan semua itu dari ketentuan Allah.
Jadi peran Islam dalam membebaskan ilmu
kedokteran dan medis dari otoritas tokoh-tokoh
agama, bahkan membebaskan belenggu taklid,
khurafah dan pemikiran-pemikiran sesat yang
menghalangi dan mematikan kreativitas ilmiah.

II. PRINSIP ISLAM DALAM


MANAJEMEN PASIEN
Penatalaksanaan pasien berdasarkan :
1. kompetensi ilmiah
2. pengalaman
3. wawasan
4. konsensus kedokteran
5. hukum-hukum (syari'at) Islam
6. etika kedokteran islam
Prinsip utama : penghormatan & pemuliaan kehidupan manusia.
Qs al-Ma'idah (32) :

Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang, maka
seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia

Setiap pasien harus dilayani dg penuh kehormatan, kemuliaan,


kasih sayang seperti keluarga sendiri.
Setiap penyedia layanan kesehatan diharapkan menerapakan
nilai-nilai moral Islam, terutama terhadap pasien yang
beragama Islam.
Beberapa petunjuk dalam pelayanan kepada pasien muslim :
1. pasien muslim hendaknya diidentifikasi sejak registrasi, untuk
menghindari kesalahan pelayanan.
2. menghormati privasi pasien (aurat)
3. menyediakan makanan yang halal
4. memfasilitasi pelaksanaan ibadah
5. memberitahukan hak-hak pasien
6. menjelaskan prosedur pemeriksaan dan tatalaksana
pengobatan.

7. menyediakan pembimbing rohani


8. autopsi hanya boleh dilakukan berdasar indikasi medik atau
keperluan hukum
9. pemeriksaan thd pasien perempuan (oleh dokter laki-laki) (&
sebaliknya) harus selalu disertai mahram. Terutama pada
persalinan.
10. bila pasien meninggal, dilakukan penatalaksanaan secara Islami.
Tindakan terhadap pasien muslim yg meninggal dunia :
Memejamkan mata orang yg meninggal dan menutupinya, sambil
mendoakan :

Yaa Allah ampunilah dia, Yaa Allah rahmatilah dia.


Melipatkan kedua tangan di atas dada dan meluruskan posisi badannya

Hendaknya mengatakan hal-hal yg baik tentang orang yg


meninggal, karena para malaikat mengamini apa yang
dikatakan orang di sekitarnya (HR. Muslim)
Mengucapkan kalimat Istirja (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raajiuun)
Memandikan mayyit : yang memandikan mayyit adalah orang yg
terpercaya, suami atau istrinya, kerabat/mahram, orang lain
yg sesama jenis kelaminnya
Tanggungjawab dokter muslim terhadap kehidupan manusia
kehidupan adalah anugerah Tuhan, oleh karenanya harus
dijaga, dilindungi dan diselamatkan.
penyelamatan kehidupan tidak membedakan gender, umur,
agama, ras, warna kulit, etnik, ataupun status sosial &
finansial.

III. PELAYANAN KESEHATAN ISLAM


1. Profesionalisme
Pelayanan kesehatan tidak boleh dilakukan oleh orang yang
bukan ahli atau bukan profesinya. Islam mengancam dengan
hukuman berat kepada orang yang membuka praktek
pengobatan tanpa ada ijasah. Rasulullah SAW. Bersabda :
Barang siapa menjadi tabib (dokter) tetapi ia tidak pernah
belajar ilmu kedokteran sebelumnya maka ia akan
menanggung risikonya (ditakhrij Abu Daud dan Nasai)
Apa yang diungkapkan dalam hadis di atas merupakan apa
yang oleh masyarakat kita sekarang disebut dengan syahadah
(ijasah) kedokteran, artinya jika seseorang mengobati pasien
sedang ia tidak memahami ilmu kedokteran maka ia harus
menanggung di depan Undang-Undang atas kesalahan
pengobatan yang dilakukannya.

2. Pertanggungjawaban
Hadis di atas juga memberikan pengertian lain
yang tidak kalah pentingya dengan diktum
pertama, yaitu pertanggungjawaban terhadap
kesalahan pelayanan pengobatan.
Undang-Undang juga melindungi kesalahan
dokter jika kesalahan itu tidak terbukti ada unsur
kesengajaannya atau keteledorannya. Hadis di
atas hanya membatasi pertanggungjawaban atas
orang yang melakukan praktek tanpa izin praktek
sebelumnya.

3. Setiap penyakit ada obatnya


Apabila ada penyakit yang hingga sekarang belum bisa
disembuhkan oleh ilmu medis, oleh karena memang
keterbatasan ilmu kita. Oleh karena itu Islam
menganjurkan agar kita senantiasa berupaya
melakukan penelitian sehingga menemukan obat yang
dapat menyembuhkannya. Rasulullah SAW. Bersabda:
Sesungungnya Allah tidak menurunkan penyakit
melainkan menurunkan obatnya. Maka jika didapatkan
obat maka sembuhlah ia dengan izin Allah.

4. Spesialisasi
Islam mendorong spesialisasi (keahlian khusus) dalam
pelayanan kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap
dokter benar-benar ahli dalam bidang yang
ditekuninya. Itulah sebabnya maka setiap kali
Rasulullah melihat beberapa dokter yang merawat
pasien beliau bertanya: Siapakah di antara kalian yang
lebih menguasai spesialisasi tentang penyakit ini.
Apabila beliau melihat seorang di antara mereka yang
lebih mengetahui (ahli), maka beliau mendahulukan di
antara yang lainnya.

5. Tidak mengobati sebelum meneliti secara cermat


Dilarang mengobati sebelum meneliti pasien dengan
tepat sehingga akan tahu jenis penyakit dan sebabsebabnya.
Syabardal, seorang tabib Bani Najran datang kepada
Rasulullah SAW. Berkata: Demi Bapakku, engkau dan
ibuku, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini adalah
seorang dokter dan tukang tenung kaumku pada masa
jahiliyah, apa yang baik bagiku. Maka Rasulullah SAW
bersabda: janganlah kamu mengobati seseorang
sehingga kamu yakin benar penyakitnya.

IV. KARAKTER DOKTER MUSLIM


(KUWAIT 1981)
1. Seorang dokter yang beriman haruslah memenuhi
kewajibanya terhadap Allah SWT, menyadari
kebesaran Dzat-Nya, menaati perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, dan mematuhi-Nya, baik dalam
keadaan sendiri atau beramai-ramai.
2. Seorang dokter harus membantu mengobati dengan
bijaksana dan penuh kehati-hatian. Ia harus optimis,
tersenyum dan tidak bermuka masam, penuh cinta
kasih dan tidak penuh kebencian, sabar dan tidak
mudah marah.

3. Seorang dokter harus tenang, tidak terburu-buru


mengambil keputusan meskipun dia benar. Tetap
berkata yang baik dan sopan pada saat bergurau,
merendahkan suara dan tidak berbicara dengan
keras, berpenampilan bersih, rapi, tidak lusuh,
memiliki sopan santun menghadapi pasien yang
miskin atau kaya, menghadapi orang yang
sederhana atau orang yang sombong, hal ini
dapat mendatangkan kepercayaan dan
penghargaan dari pasien-pasiennya .

4. Seorang dokter harus sungguh-sungguh


mengetahui bahwa kehidupan adalah di tangan
Allah, diberikan Hanya oleh-Nya, dan kematian
adalah akhir dari sebuah kehidupan dan awal
kehidupan yang lain. Kematian adalah suatu hal
yang pasti, dan itu adalah akhir dari segalanya,
kecuali Allah Yang Maha Kekal. Dalam profesinya,
seorang dokter hanyalah perantara dari
kehidupan, ia berusaha mengobati dan merawat
dengan kemampuan terbaik yang dapat
diusahakannya.

5. Seorang Dokter memiliki kejujuran ketika dia berbicara,


menulis atau memberikan kesaksian. Dia harus berani
menentukan sesuatu sesuai ketentuan keimanannya,
meskipun harta yang banyak; pertemanan; kekuasaan
menekannya untuk membuat kesaksian yang dia tahu bahwa
itu salah. Kesaksian memiliki tanggungjawab yang besar
dalam Islam. Suatu kali Rasulullah pernah bertanya pada
sahabatnya, Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang
paling besar?, ketika para sahabat menjawab mau, Rasulullah
melanjutkan, Menyekutukan sesuatu dengan Allah, tidak
berbakti kepada kedua orangtuanya, dan sejenak beliau
berhenti sebentar, Rasulullah mengulang perkataan, dan juga
menjadi saksi palsu atau memberikan kesaksian yang palsu.

6. Seorang dokter harus memiliki pengetahuan


yang cukup mengenai ilmu hukum agama
yang berkaitan dengan penyakit yang diderita
oleh pasiennya.Hal ini penting untuk memberi
nasihat tentang kondisi kesehatan dan kondisi
tubuh pasien, baik yang berhubungan ibadah,
maupun muamalah.

7. Dokter Muslim harus menjauhi jalan-jalan pengobatan


yang dilarang oleh Islam.
Peran seorang dokter adalah sebagai perantara
menyembuhkan seorang pasien. Dokter hanyalah alat
Tuhan untuk mengurangi penyakit orang lain. Sebagai
seseorang yang diberi amanah, seorang dokter harus
bersyukur dan selalu memohon pertolongan Allah. Dia
harus tetap rendah hati, melepaskan arogansi dan rasa
bangga terhadap diri sendiri dan tidak pernah jatuh
pada kesombongan atau menunjukkan pemujaan diri
sendiri melalui ceramah, tulisan secara langsung atau
cara-cara lain.

8. Seorang Dokter harus berusaha keras untuk mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Ia harus
bersemangat dan tidak cepat puas diri, memiliki
pengetahuan dan tidak boleh berada dalam
ketidaktahuan, yang secara langsung menunjang
kesehatan dan keadaan pasien yang lebih baik. Rasa
tanggungjawab terhadap orang lain seharusnya dapat
membatasi kebebasannya untuk mencurahkan waktu
pada hal yang disukainya. Karena orang-orang yang
miskin dan yang membutuhkan, memiliki hak pada
orang-orang yang mampu, sehingga pasien-pasien
tersebut memiliki hak terhadap waktu seorang dokter.

9. Seorang Dokter harus juga mengetahui bahwa mencari


ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang tinggi
dalam Islam. Selain menggunakan ilmu dalam
memberikan terapi, mencari ilmu adalah ibadah,
berdasarkan petunjuk Al-Quran, dan katakanlah... Ya
Rabbku... tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan
dan dan diantara hamba-hamba-Nya... orang-orang
yang berilmu adalah yang paling takut kepada-Nya....
dan Allah telah menaikkan derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang diberi pengetahuan.

10.Seorang dokter harus dapat menjadi contoh yang baik


dengan menjaga kesehatannya sendiri. Tidaklah sesuai
ketika seorang dokter mengatakan sesuatu yang harus
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, tetapi tidak
dimulai dari diri dokter itu sendiri. Karena dia tidak
akan mendapatkan kepercayaan dari pasien sampai
pasien tersebut melihat bukti dari dokter tersebut.
Allah Swt berfirman dalam Al-Quran: Dan janganlah
kedua tanganmu mendorongmu berbuat kerusakan,
dan Rasulullah Saw bersabda, Tubuhmu memiliki hak
atas dirimu

11.Seorang Dokter harus berusaha keras untuk mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Ia harus
bersemangat dan tidak cepat puas diri, memiliki
pengetahuan dan tidak boleh berada dalam
ketidaktahuan, yang secara langsung menunjang
kesehatan dan keadaan pasien yang lebih baik. Rasa
tanggungjawab terhadap orang lain seharusnya dapat
membatasi kebebasannya untuk mencurahkan waktu
pada hal yang disukainya. Karena orang-orang yang
miskin dan yang membutuhkan, memiliki hak pada
orang-orang yang mampu, sehingga pasien-pasien
tersebut memiliki hak terhadap waktu seorang dokter.

Seorang Dokter harus juga mengetahui bahwa mencari


ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang tinggi
dalam Islam. Selain menggunakan ilmu dalam
memberikan terapi, mencari ilmu adalah ibadah,
berdasarkan petunjuk Al-Quran, dan katakanlah... Ya
Rabbku... tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan
dan dan diantara hamba-hamba-Nya... orang-orang
yang berilmu adalah yang paling takut kepada-Nya....
dan Allah telah menaikkan derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang diberi pengetahuan.

V. ETIKA DOKTER MUSLIM


1. Etika Dokter Muslim terhadap Khalik:
Seorang Dokter Muslim haruslah benar-benar menyadari
bahwa dirinya adalah hamba Allah semata. Dan betapa
tidak berarti dirinya beserta ilmunya tanpa ijin Allah SWT.
Mengenai etika terhadap Khalik disebutkan bahwa:
a. Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah
fungsionaris Allah dalam bidang kesehatan dan
kedokteran.
b. Melaksanakan profesinya karena Allah.
c. Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah
Allah.
d. Melaksanakan profesinya dengan iman supaya jangan
merugi.

2. Etika dokter muslim terhadap pasien


Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan
antar manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul
pertentangan antara dokter dan pasien, karena masingmasing mempunyai nilai yang berbeda.
Dokter menjelaskan jenis penyakit, sebab musabab
timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, obat yang
cocok, daya penyembuhan obat.
Memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang
dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam
mengobati penyakit.
Mempunyai pengalaman mengenai penyakit dan
pengobatannya, berlaku lemah lembut.

3. Etika Dokter Muslim terhadap Sejawatnya:


Para Dokter di seluruh dunia mempunyai kewajiban yang
sama. Mereka adalah kawan-kawan seperjuangan dalam
perikemanusiaan untuk memerangi penyakit, yang
merupakan salah satu pengganggu keselamatan dan
kebahagiaan umat manusia.
Mengunjungi teman sejawatnya yang telah berada di situ.
Jika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, cukup
dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya
kepada teman sejawat yang berdekatan.
Setiap Dokter menjadi anggota IDI menghadiri pertemuanpertemuan ilmiah, sehingga dapat dengan mudah
mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran.

4. Etika Pasien Terhadap Dokter


Menurut pendapat Abu Bakar Al-Razi, bahwa baik pasien
maupun dokter harus memenuhi etika. Beliau menganjurkan
pasien agar mengikuti dengan ketat perintah dokter
Menghormati dokter, dan menganggap dokter sebagai
sahabat terbaiknya. Pasien harus berhubungan langsung
dengan dokter dan tidak boleh merahasiakan penyakit yang
diderita.
Meminta nasehat dokter tentang cara menjaga kesehatan
sebelum membutuhkan pengobatan. Bahwa pencegahan
lebih baik dari pada pengobatan merupakan sebuah prinsip
yang dianjurkan oleh semua dokter, termasuk para dokter
Muslim.

5. Etika dokter terhadap masyarakat


Adanya belas kasih dan cinta kasih terhadap sesama manusia,
perasaan sosial yang ditunjukkan kepada masyarakat.
Harus berbudi luhur, dapat dipercaya oleh masyarakat, dan
memupuk keyakinan profesional. Seorang dokter harus dapat
dengan tenang melakukan pekerjaannya dan harus
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri.
Bersikap mandiri karena pengetahuannya
Mempunyai kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan
pekerjaanya di dalam keadaan yang serba sulit. Dan tentunya
tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama.

Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara


pasien kaya dan pasien miskin.
Harus hidup seimbang, tidak berlebih-lebihan, tidak
membuang waktu serta energi dengan menikmati kesenangan
dan kenikmatan.
Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,
Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan
lebih sedikit bicara.
Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati akan
profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter.
Istilah Arab untuk menyebut dokter adalah hakim, salah satu
nama Allah yang berarti orang yang memiliki pengetahuan
dan kebijaksanaan.

VI. KESIMPULAN
Adab al-amraadl (tatakrama menghadapi sakit) :
1. Sabar dan ikhlas thd ketentuan & kehendak Allah swt. :
) (
Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang
hambanya, maka Ia akan memberi ujian kepadanya.
2. Tidak berputus asa.
) : (
Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan orang-orang kafir.

3. Berbaik sangka kepada Allah


Dalam kondisi bagaimanapun, hendaknya selalu berbaik
sangka kepada Allah :
) ( :
Allah yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : AKU
berada di sisi (sesuai dengan) sangkaan hambaKU, ketika ia
menyangka terhadap AKU
4. Perbanyak Dzikir dan Do'a
) : (
Berdo'alah kepadaKU niscaya akan AKU perkenankan bagimu

Beberapa pendapat ttg hukum berobat :


1. Mubah (menurut mayoritas Ulama)
2. Sunnah
3. Wajib (pendapat paling minoritas)
Hukum Mubah : untuk penyakit yg ringan, tidak parah/fatal.
sebagian sahabat & Tabiin tidak berobat ketika sakit, atau lebih
memilih sakit dan bersabar.
Hukum Sunnah : karena Nabi biasa berobat dan menganjurkan berobat
kepada para sahabat.
Hukum wajib : apabila penyakitnya parah, menghambat pelaksanaan
kewajiban, dan pengobatan dapat berpengaruh serta memberi
harapan sembuh.

Dokter memiliki kewajiban untuk:


1. Konsisten (istiqomah) terhadap profesi medis.
2. Tidak menggunakan metode pengobatan lain di luar kedokteran
3. Memegang teguh nilai-nilai dan norma-norma agama (yaitu agama
Islam) sebab nilai-nilai dan norma-norma tersebut akan
membimbing para profesional untuk memperoleh kebahagian di
dunia dan akhirat.
Nilai dan norma tersebut banyak ditemukan dalam al Quran &
Hadist. Bacalah ilmu kedokteran.
4. Selalu meningkatkan ilmu & ketrampilan klinis agar dapat
memberikan layanan medis sebaik- baiknya kepada pasien.
5. Mengembangkan ilmu dengan melakukan riset.

Etika kedokteran Islam juga mencakup prinsip-prinsip etika biomedik :


1. penghormatan terhadap hak-hak pasien
2. berorientasi pada kebajikan
3. bebas dari segala bentuk kejahatan
4. berkeadilan
Etika kedokteran Islam juga mencakup prinsip-prinsip etika biomedik :
1. penghormatan terhadap hak-hak pasien
2. berorientasi pada kebajikan
3. bebas dari segala bentuk kejahatan
4. berkeadilan
Rasulullah saw bersabda (HR Ahmad & Ibnu majah dari Ibnu 'Abbas) :

Tidak boleh membahayakan (orang lain) dan tidak boleh dibahayakan (oleh
orang lain)

Lima hak dasar yang wajib dilindungi pada manusia (bersesuaian dengan
tujuan syari'at Islam -maqasid as-Syar'i) :
1. penyelamatan agama
2. penyelamatan akal/intelektual
3. penyelamatan jiwa/ruh/kehidupan
4. penyelamatan keturunan/kehormatan
5. penyelamatan harta/hak milik/properti
Beberapa ketentuan dalam etika kedokteran Islam :
1. harus memahami batasan-batasan syari'at
2. menghindarkan bahaya sedapat mungkin
3. mengambil resiko yang paling ringan/paling kecil
4. kepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan individu.

Вам также может понравиться