Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam
bertingkah laku. Dengan demikian, gangguan jiwa dapat didefinisikan sebagai
keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan, meliputi : proses pikir, emosi,
kemauan dan perilaku psikomotorik, termasuk bicara. Dapat juga diartikan
sebagai kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis yang
disertai adanya penderitaan distres pada kebanyakan kasus dan berkaitan
dengan terganggunya fungsi seseorang (Nasir abdul dan Abdul muhit, 2011).
Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan penduduk dunia
menderita psikotik selama hidup mereka, di Amerika Serikat penderita psikotik
lebih dari dua juta orang. Prevalensi gangguan psikotik di Indonesia adalah tiga
sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak
220 juta orang maka akan terdapat gangguan jiwa kurang lebih 660 ribu sampai
satu juta orang (Sulistyowati, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana sesorang berisiko atau
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri
sendiri maupun orang lain. (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik
maupun psikologis.(Keliat, dkk, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak diinginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba, dkk, 2008). Jadi perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana individu melakukan kekerasan yang dapat melukai dirinya
maupun orang lain.
Gerakan senam aerobik yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia
adalah gerakan dengan benturan-benturan keras dan gerakan yang energik yang
dikategorikan dengan high impact. Pada gerakan, ini ada kalanya kedua kaki

tidak berpijak, seperti gerakan melompat. Gerakan ini dimodifikasi oleh


Sadoso tahun 1984, yaitu dengan salah satu kaki selalu berada di lantai guna
mengurangi benturan-benturan yang keras. Modifikasi ini disebut dengan low
impact atau soft impact (aerobik benturan ringan). Modifikasi ketiga disebut
non impact, tanpa menggunakan benturan. Gerakan badan hanya berkisar
antara Uitvaal (memindahkan berat badan) dan navere (gerak ngeper)
(Soekarno et al., 2006).
Latihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu,
dengan durasi latihan 20-30 menit setiap kali latihan (Wilmore & Costill,
2006).
Berdasarkan data yang kami dapatkan bahwa sebanyak 10 pasien yang
mengalami resiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan di wisma shinta
RSJ Grhasia, Yogyakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membaca jurnal penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Senam
Aerobik Low-Impact Terhadap Skor Agression Self-Control pada Pasien
dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Sakura Rsud Banyumas.
sehingga mahasiswa mampu memahami hasil penelitian sudah mencapai
tujuan penelitian atau belum, isi jurnal dan seberapa efektif terapi ini dapat
diaplikasikan di RSJ GRHASIA khususnya diwisma Shinta.
2. Tujuan khusus
Setelah membaca isi jurnal mahasiswa dapat :
a. Menganalisa tujuan penelitian
b. Menganalisa metode penelitian
c. Menganalisa hasil penelitian
d. Menganalisa korelasi isi jurnal dan realita klinis
e. Membandingkan isi jurnal dengan teori
f. Analisa SWOT dari jurnal

BAB II
JURNAL ASLI

BAB III
ANALISIS JURNAL

A. ABSTRAK

Dalam jurnal ini terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, desain penelitian,
jumlah sampel, teknik sampling, teknik analisa data, hasil analisa data, saran
dan kesimpulan.
Analisis :
Abtrak tidak mencantumkan instrumen penelitian dan saran. Abstrak
merupakan uraian singkat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yang
terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, desain penelitian, sampel, teknik
sampling,hasil dan kesimpulan dan saran (Nursanti, 2013).
Sebaiknya peneliti mencantumkan instrumen penelitian dan saran didalam
abstrak agar mempermudah pembaca dalam membaca jurnal.
B. JUDUL
Pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap skor agression selfcontrol Pada pasien dengan risiko perilaku Kekerasan di wisma Shinta Rsj
Grhasia.
Analisa:
Menurut kelompok kami, judul dalam penelitian ini sudah sesuai dengan
hasil yang di dapat dalam penelitian ini. Judul yang ideal untuk sebuah
penelitian terdiri dari 12-14 kata menunjukan dengan tepat masalah yang
hendak diteliti, tempat, waktu pelaksanaan, serta tidak membuka penafsiran
yang beraneka ragam (Sugiyono, 2010). Judul belum mencantumkan waktu
penelitian secara spesifik.
Sebaiknya jurnal penelitian mencantumkan secara spesifik waktu
penelitian dilakukan, sehingga pembaca lebih mudah memahami apa yang
ditulis oleh si peneliti.
C. NAMA PENELITI
Harki Isnuur Akhmad
Analisis :
Dalam jurnal ini sudah dapat dikatakan baik karena dalam jurnal ini sudah
mencantumkan nama jelas dari peneliti jurusan keperawata dan profesi dari
sipeneliti itu sendiri yaitu Mahasiswa keperawatan UNSOED Purwokerto.
D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan Di Ruang Sakura RSUD Banyumas pada tanggal 31
juli sampai 14 Agustus tahun 2009.
Analisis :

Jurnal ini sudah baik, karena sudah mencantumkan tempat, waktu, serta tahun
penelitian dengan jelas, sehingga dapat mempermudah si pembacanya.
E. TUJUAN ANALISIS JURNAL
Tujuan dari analisis jurnal ini untuk memahami isi dari jurnal, dan
membandingkan teori dengan penelitian jurnal yang sudah di teliti serta apakah
jurnal ini dapat diaplikasikan di RSJ Grhasia.
F. PENDAHULUAN
a. Latar belakang :
Di dalam latar belakang sudah menjelaskan keseriusan masalah yang akan
diteliti.
b. Rumusan masalah :
Oleh karena itu perlu dilakukannnya penelitian untuk mengetahui
Pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap skor agression selfcontrol Pada pasien dengan risiko perilaku Kekerasan.
c. Tujuan dari peneitian :
Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh terapi senam
aerobic low impact terhadap skor agression self-control Pada pasien
dengan risiko perilaku Kekerasan Di Rsud Banyumas.
Analisis:
Pada pendahuluan sudah menunjukkan keseriusan masalah. Menurut Sugiyono
(2010), Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari
jawabannya melalui pengumpulan data.
Tujuan penelitian belum dicantumkan dengan jelas. Sebaiknya tujuan
penelitian dicantumkan dengan jelas, dan dicantumkan di dalam abstrak namun
bisa dicantumkan di dalam isi jurnal, agar mempermudah pembaca untuk.....?
Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukan keinginan
peneliti untuk mencapai sesuatu dalam penelitian. Tujuan penelitian
dikemukakan dalam bentuk penyataan (Murdayatmiko, J., 2008).
G. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen dengan rancangan
pre-testpost-test with control group.
Analisis :
Jenis penelitian ini sudah sesuai. Quasy eksperimen adalah jenis penelitian
untuk mempelajari fenomena dengan tidak mengacak sampel dalam penelitian

yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kontrol


disamping kelompok eksperimental (Sugiyono, 2010).
Perlakuan yang dimaksud yaitu dengan memberikan terapi senam aerobik
dengan 2 kali dalam satu minggu senam AerobicLow Impact dalam satu
minggu, sedangkan kelompok kontrolnya yaitu pasien perilaku kekerasan yang
tidak diberi senam AerobicLow Impact. Pertama-tama dilakukan pengukuran,
lalu dikenakan perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua
kalinya. Waktu pretest dan post test dilakukan berbarengan antara dua
kelompok sampel. Pengaruh terapi adalah nilai pretest dikurangi post test.
H. VARIABEL YANG DITELITI
Variabel bebas : Pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap skor
agression self-control Pada pasien
Variabel terikat : resiko perilaku kekerasan.
Analisis :
Variabel penelitian sudah sesuai. Namun tidak dicantumkan dalam metode
penelitian.
Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan sebagainya (Nursalam, 2008).
Sebaiknya variabel dicantumkan agar pembaca lebih jelas saat membacanya.
I. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.
Analisis :
Didalam jurnal ini populasi diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011).
J. SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. 30 orang untuk kelompok
perlakuan, dan 30 orang untuk kelompok kontrol.
Analisis :
Menurut kelompok kami sampel yang digunakan sudah dapat dikatakan
cukup. Sampel adalah Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat


diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif/mewakili (Sugiyono, 2011).
Menurut Sugiyono (2010) berpendapat bahwa untuk penelitian eksperimen
sederhana, maka jumlah anggota masing-masing sampel 10-20. Namun dalam
penelitian ini untuk memenuhi kelayakan dalam penelitian, memenuhi
distribusi normal, dan dengan taraf kesalahan sebesar 5% maka peneliti
mengambil besar sampel sebanyak 60 sampel yaitu 30 sampel untuk perlakuan
dan 30 sampel sebagai kontrol. Sampel yang digunakan dalam penelitian harus
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria Inklusi:
1. Pasien dengan risiko perilaku kekerasan yang dirawat di Ruang Sakura
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

RSUD Banyumas.
Usia 16-55 tahun.
Diagnosa medis skizofrenia.
Skor Kategori Pasien Gangguan Jiwa < 119
Persentasi gerakan lebih dari 60 %.
Pasien dengan terapi kejang listrik.
Pasien dengan Psikofarmaka.
Keluarga pasien memberikan izin agar pasien menjadi responden penelitian.

Kriteria Eksklusi:
1. Pasien dengan gangguan mental organik.
2. Pasien yang sudah pernah mengikuti terapi senam Aerobic Low Impact
sebelum dilakukanya penelitian ini.
K. TEKNIK SAMPLING
Didalam penelitian jurnal ini si peneliti menggunakan teknik purposive
sampling.
Analisis :
Menurut kelompok kami penelitian ini sudah tepat menggunkan teknik
purposive sampling.
Purposive sample yaitu suatu cara yang dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan
seperti keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel dalam jumlah besar (Arikunto, 2012).
8

L. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Dalam jurnal penelitian ini mencantumkan uji validitas dan reliabilitas.
Analisis:
Jurnal ini sudah cukup baik karena sudah mencantumkan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus, dan menggunakan rumus chi-square untuk uji
normalitas.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalisan
atau kesahihan suatu alat ukur/instrumen. Sebuah instrumen dikatakan vaalid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data
dari variabel yag diteliti secara tepat (Arikunto, 2006).
Reliabilitas alat ukur pada prinsipnya menunjukan sejauhmana alat ukut
dapat memberikan hasil yang relative tidak berbeda jika digunakan untuk
pengukuran atau penelitian selanjutnya.
M. ALAT UKUR ATAU INSTRUMEN
Alat ukur yang digunakan dalam peneltian ini yaitu kuesioner skor agression
self-control terdiri dari 22 point penilaian.
Analisis :
Alat ukur yang digunakan sudah tepat. Skor Agression self-control digunakan
untuk mengukur kemampuan kontrol diri terhadap adanya kemungkinan
tindakan untuk mlakukan penyerangan, perlawanan dan perusakan secara
fisik.
N. HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dipaparkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Pengaruh terapi Senam Aerobik Low-Impact terhadap Skor Agression
Self-Control.
No

Skor Agression
Self-Control

Kelompok
Sampel

Mean

SD

1
2
3
4

Pre-test
Pos-ttest
Pre-test
Pos-ttest

Kontrol
Kontrol
Perlakuan
Perlakuan

52,33
52,67
53,33
73,53

10,81
10,74
17,84
18,59

Selisi
h
Mean
0,33
20,20

Uji t

2,28
7,88

0,0
3
0,0
0

Berdasarkan Tabel

dapat dilihat bahwa hasil uji paired t test pada

kelompok kontrol didapatkan nilai ratarata pre-test pada kelompok kontrol


adalah 52,33, nilai standar deviasi (SD) = 10,81. Nilai rata- rata post-test pada
kelompok kontrol adalah 52,67, nilai standar deviasi (SD) = 10,74 dan nilai t =
-2,28 (p= 0,03), selisih rata-rata post-test dan pre-test adalah 0,33. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh pada perubahan skor Pre-Test dan Post-Test
Agression Self-Control pada kelompok yang tidak diberikan terapi senam
Aerobik Low-Impact.
Pada kelompok perlakuan, nilai rata- rata pre-test pada kelompok
perlakuan adalah 53,33, nilai standar deviasi (SD) = 17,84. Nilai rata- rata posttest adalah 73,53, nilai standar deviasi (SD) = 18,59,nilai t = -7,88 (p=0,00),
selisih rata-rata post-test dan pre-test adalah 20,20. Hal ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh pada perubahan skor Pre-Test dan Post-Test Agression SelfControl yang lebih besar pada kelompok yang diberikan terapi senam Aerobik
Low-Impact. Ho ditolak Ha diterima (p=0,00 < = 0,05).
Olahraga aerobik dapat berhasil dalam mengatasi

stres

emosi

kekhawatiran, depressi, keletihan dan kebingungan yang merupakan salah satu


faktor risiko terjadinya perilaku kekerasan pada pasien derngan gangguan jiwa.
Dengan kata lain penelitian ini menunjukkan ada pengaruh Terapi Senam
Aerobic Low Impact Terhadap skor Agression Self-Control pada pasien dengan
risiko perilaku kekerasan di ruang sakura RSUD Banyumas.
Analisis :
Menurut kelompok kami pemaparan hasil didalam jurnal ini sudah baik, sudah
memaparkan hasil dalam bentuk tabel, dimana isi tabel berisi tentang intervensi
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan untuk kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Hasil yang dipaparkan sudah jelas dan dapat dimengerti.

BAB IV
PEMBAHASAN

10

1. Korelasi isi jurnal dengan realitas di Wisma Shinta


Jurnal ini menjelaskan tentang Pengaruh terapi senam aerobic low impact
(gerakan atau latihan senam aerobik yang dilakukan secara kontinue kurang
lebih selama 20-30 menit dengan gerakan ringan) terhadap skor agression selfcontrol. Pada pasien dengan risiko perilaku Kekerasan di Ruangan Sakura
RSUD Bayumas.
Di RSJ Grhasia khususnya diwisma shinta sudah terdapat beberapa
fasilitas seperti layar monitor atau tv lcd, speaker, dan dvd, alat-alat tersebut
dapat digunakan sebagai media untuk melakukan terapi senam tersebut.
Diwisma shinta sudah ada jadwal rutin senam yang diberikan dan dilakukan
untuk semua pasien tanpa terkecuali, namun belum pernah diadakan terapi
senam aerobic low impact khusus untuk pasien dengan resiko perilaku
kekerasan diwisma shinta. Diharapkan dengan adanya pengetahuan seputar
jurnal yang telah dianalisis ini, dapat dijadikan sebagai suatu intervensi yang
nantinya dapat dijalankan untuk terapi bagi pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
ANALISIS 5W + 1H
1) What : Apa yang akan dilakukan ?
Didalam jurnal sudah menjelaskan apa saja yang akan dilakukan.
Analisis :
Jenis terapi yang akan di lakukan dalam penelitian ini adalah senam
aerobic low-impact.
2) Where : Dimana terapi itu bisa di lakukan?
Didalam jurnal sudah menjelaskan bahwa penelitian akan dilakukan
diruang sakura.
Analisis :
Jurnal belum menjelaskan secara spesiifik dimana senam aerobik itu akan
dilakukan.
Terapi senam aerobic low-impact, ini bisa dilakukan di dalam ataupun
diluar ruangan, misalnya diruang terbuka seperti halaman RSJ. Terapi ini
juga bisa dilakukan dalam bangsal yang menyediakan ruangan khusus
untuk aktifitas sehari-hari pasien. Menurut analisis kelmpok kami senam

11

ini bisa dilakukan di wisma shinta karena wisma shinta mempunyai


halaman yang cukup untuk melakukan senam aerobik ini.
3) When : Kapan terapi ini bisa dilakukan?
Didalam jurnal belum menjelaskan kapan senam ini dilakukan, jurnal
hanya menjelaskan bahwa senam ini dilakuan 2 kali dalam seminggu.
Analisis :
Terapi senam aerobik ini bisa di lakukan dipagi karena hal tersebut dapat
kita lihat disetia pagi banyak yang melakukan senam aerobik
( Retnaningtyas)
4) Who : Siapa saja yang akan diberi intervensi ini dan siapa saja yang dapat
melakukan terapi ini ?
Didalam jurnal sudah dijelaskan bahwa yang akan diberikan intervensi
senam aerobik ini sebanyak 30 orang dengan resiko perilaku kekerasan.
Namun jurnal tidak menjelaskan siapa saja yang dapat melakukan senam
aerobik low-impact ini.
Analisis :
Dalam analisis kelompok kami yang bisa melakukan terapi ini antara lain
adalah perawat, mahasiswa praktikan atau bisa juga klien yang sudah
mampu untuk mengkoordinir teman-temanya yang lain.
5) Why : mengapa terapi ini dilakukan?
Didalam jurnal sudah menjelaskan terapi senam ini dilakukan untuk
menurunkan skor agression pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan,
Analisis :
Menurut analisis kelompok kami hal ini sesuai dengan strategi
penalaksanaan resiko perilaku kekerasan bagian dua yaitu cara mengontrol
marah dengan aktifitas fisik salah satunya yaitu dengan senam aerobic.
Tujuan senam aerobik dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemasukan
Oksigen didalam jaringan tubuh. Pemasukan oksigen ini ditentukan oleh
kapasitas maksimal paru-paru saat menghirup udara. Olah raga dapat
meningkatka hormon endorfin. Hormon endorfin merupakan suatu hormon
yang bekerja dibagian otak sebagai suatu hormon kebahagian. Dalam ilmu
kedokteran endorfin dikenal sebagai zat yang memiliki prinsip kerja
seperti morfin. Endorfin yang diproduksi tubuh dapat berfungsi untuk

12

mengurangi rasa nyeri dan ketenangan sehingga sering diekspresikan


sebagai suatu kebahagian (Proverawati, 2010 dalam kurnia 2014 )
6) How : Bagaimana terapi ini dapat dilakukan?
Didalam jurnal belum menjelaskan bagaimana terapi ini dapat dilakukan.
Analisis :
Menurut analisis kelompok kami terapi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang ada diruangan jika tersedia
seperti tape, sound, DVD, kaset dan lain-lain. Serta dilingkapi dengan
tempat senam yang memadai
2. Implikasi keperawatan
a. STRENGTH (Kekuatan)
Senam aerobik low-impact adalah suatu gerakan atau latihan senam
aerobik yang dilakukan secara kontinue kurang lebih selama 20-30 menit
dengan gerakan ringan dan energik. Di dalam penelitian ini senam aerobic
low-impact dilakukan 2kali dalam satu minggu, selama 2 minggu masa
penelitian.
Senam aerobik merupakan salah satu terapi yang efektif untuk
menyalurkan energi yang tertahan pada pasien jiwa. Senam aerobik ini tidak
hanya membantu merasa lebih baik, tetapi juga dapat membantu untuk tidur
lebih

nyaman,

menghilangkan

stres

dan

memberikan

saat

yang

menyenangkan selama melakukan latihan. mengatasi stres, emosi,


kekhawatiran, depressi, keletihan dan kebingungan yang merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya perilaku kekerasan pada pasien derngan
gangguan jiwa.
Kekuatan yang berasal dari dalam yaitu pasien-pasien yang kooperatif,
keinginan yang tinggi dari pasien untuk mengikuti senam.

b. WEAKNESS (Kelemahan)
Kelemahan dalam penelitian ini adalah senam aerobic low impact tidak bisa
dilakukan untuk pasien-pasien dengan gangguan fisik.
c. OPPORTUNITY (Peluang)

13

Peluang kita sebagai perawat profesional diharapkan mampu untuk


memberikan terapi salah satunya terapi senam aerobic low-impact untuk
intervensi keperawatan mandiri. Terapi senam aerobic low-impact
merupakan suatu cara yang sangat mudah di terapkan terutama di
lingkungan rumah sakit jiwa Grhasia khususnya diwisma Shinta, karena di
ruangan tersebut sudah tersedia alat untuk memutar video senam aerobic, di
samping hal tersebut, terapi senam sangat tepat di gunakan untuk memberi
kebugaran, kesenangan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa,
terutama pada pasien dengn resiko perilaku kekerasan.
d. TREATHS (Ancaman)
Kurangnya minat pasien dengan resiko perilaku kekerasan untuk mengikuti
aktivitas senam aerobic low impact, misalnya adanya kecemburuan dari
pasien selain pasien RPK.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara skor Agression Self-Control pada kelompok kontrol, namun terdapat
perbedaan signifikan antara skor Agression Self-Control pada kelompok
perlakuan. Terdapat pengaruh terapi senam Aerobik-low impact terhadap skor
Agression Self-Control pada pasien dengan resiko perilaku kekerasaan di
ruangan sakura RSUD Banyumas.
B. SARAN
Didalam jurnal belum memasukan sara yang baik untuk penelitia selanjutnya.
Saran bisa dikatakan sebagai suatu nasehat yang dapat membangun. Khususnya
saran disini untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Disarankan Penelitian
selanjutnya menggunakan teknik-teknik lain untuk mengurangi / mengontrol

14

resiko perilaku kekerasan dengan cara yang berbeda, dan pengembangan


penelitian selanjutya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta :


Rineka Cipta
Campbell P, Foxcroft D, 2008, Exercise Therapy For Schizophrenia (Protocol),
The Cochrane Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd, Liverpool.
Daley, A. J, 2002, Exercise Therapy And Mental Health In Clinical Populations:
Is Exercise Therapy A Worthwhile Intervention?. Advances in Psychiatric
Treatment, vol. 8, pp. 262 270.
Harki Isnuur Akhmad. 2009. Pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap
skor agression self-control pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di
ruang sakura rsud banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume
7, No. 3, Oktober 2011
Kelliat, dkk. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Kurnia, 2014. Pengaruh senam aerobik terhadap kualitas tidur wanita
premenopause. (Eprints.UMS.ac.id/304110/2/3.com).

15

Nasir Abdul dan Abdul Muhit.2010. Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar


dan teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.

2008.

Konsep

dan

Penerapan

Metodologi

Penelitian

Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suryabrata, S, 2005, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama.

16

Вам также может понравиться