Вы находитесь на странице: 1из 6

Analisis Kebutuhan SDM Laboratorium Berdasarkan Beban Kerja

Komponen kunci dari perencanaan SDM adalah penentuan tipe SDM yang diperlukan.
Perencanaan SDM bertujuan untuk mencocokkan SDM dengan kebutuhan organisasi
yang dinyatakan dalam bentuk aktifitas. Merencanakan kebutuhan SDM berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut [1] :
a. mendapatkan dan mempertahankan jumlah dan mutu karyawan
b. mengidentifikasi tuntutan keterampilan dan cara memenuhinya
c. menghadapi kelebihan atau kekurangan karyawan
d. mengembangkan tatanan kerja yang fleksibel
e. meningkatkan pemanfaatan karyawan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan SDM, salah
satu di antaranya adalah dengan menggunakan analisis beban kerja. Yang dimaksud
dengan beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu. Beban kerja juga dapat berarti berat ringannya suatu pekerjaan
yang dirasakan oleh karyawan yang dipengaruhi oleh pembagian kerja (job distribution),
ukuran kemampuan kerja (standard rate of performance) dan waktu yang tersedia.[2]
Metode beban kerja adalah tehnik yang paling akurat dalam peramalan kebutuhan
tenaga kerja untuk jangka pendek (short-term). Peramalan jangka pendek ini untuk
waktu satu tahun dan selama-lamanya dua tahun. Tehnik analisis ini memerlukan
penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar dalam upaya
mengidentifikasi kebutuhan personalia. [3,4]
Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja
diformulasikan oleh Peter J. Shipp (1998) dan dianjurkan oleh WHO. Panduan
penghitungan kebutuhan tenaga kerja ini telah disesuaikan dengan kondisi Rumah
Sakit di Indonesia. Metode beban kerja ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis dapat diterima, komprehensif, realistis dan dapat diterima oleh manajer
medik maupun manajer non-medik.
Metode beban kerja ini didasarkan pada pekerjaan nyata yang dilakukan oleh masing-

masing tenaga kesehatan. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan tenaga


kerja berdasarkan metode ini adalah : 1) menetapkan unit kerja beserta kategori
tenaganya, 2) menetapkan waktu kerja yang tersedia selama satu tahun, 3) menyusun
standar beban kerja, 4) menyusun standar kelonggaran dan 5) menghitung kebutuhan
tenaga per unit kerja. Untuk menghitung beban kerja ini diperlukan hal-hal seperti :
standar pelayanan, prosedur kerja tetap serta uraian kerja (job description) bagi setiap
tenaga kerja.[5]
Ada lima langkah dalam menghitung kebutuhan tenaga laboratorium berdasarkan
beban kerja, yaitu :
LANGKAH PERTAMA : menetapkan unit kerja dan kategori tenaga. Kita ambil contoh
unit kerja yang digunakan adalah unit kerja teknis (hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi) dan kategori tenaga yang dipilih adalah Analis Kesehatan.
LANGKAH KEDUA : menetapkan waktu kerja yang tersedia bagi tenaga Analis
Kesehatan selama satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja
yang tersedia adalah :
1. Hari kerja ( A ). Suatu contoh, di suatu instalasi laboratorium rumah sakit,

pelayanan dilaksanakan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift sehingga


dalam seminggu terdapat 7 hari kerja.
2. Cuti tahunan ( B ). Jumlah cuti tahunan adalah 12 hari dalam satu tahun.
3. Pendidikan dan pelatihan ( C ). Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah

Sakit, Pranata Laboratorium memiliki hak untuk mengikuti pendidikan dan


pelatihan selama 5 hari kerja per tahun.
4. Hari libur nasional ( D ). Dalam waktu satu tahun terdapat 15 hari libur nasional.
5. Ketidakhadiran kerja ( E ). Dengan adanya sistem shift, sesudah bertugas pada

sore dan malam hari seorang Pranata Laboratorium mendapatkan ekstra libur
selama 1 hari. Di Instalasi Patologi Klinik rata-rata ketidakhadiran kerja dalam
satu bulan selama 7 hari
6. Waktu kerja ( F ) Pada umumnya waktu kerja selama sehari adalah 8 jam.

Berdasarkan data-data tersebut selanjutnya dilakukan penghitungan untuk menetapkan


waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu kerja tersedia = A - (B+C+D+E) x F


Tabel berikut menunjukkan jumlah waktu kerja yang tersedia dalam setahun.

Adapun
Waktu

uraian
kerja

penghitungannya

tersedia

365

adalah
(

12

sebagai
+

berikut
15

84

:
)

249

hari/tahun

1992

jam/tahun

119520

menit/tahun

LANGKAH KETIGA : menyusun standar beban kerja. Standar beban kerja adalah
volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun untuk setiap kategori tenaga (dalam
hal ini adalah Analis Kesehatan). Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (rata-rata
waktu) dan waktu yang tersedia per tahun. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk
menyusun standar beban kerja untuk kategori tenaga adalah sebagai berikut :

kategori tenaga pada unit kerja yang telah ditetapkan pada langkah pertama di
atas,

standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional tetap yang
berlaku,

rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh kategori tenaga (Analis Kesehatan) untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan, dan

data dan informasi kegiatan pelayanan di masing-masing unit pelayanan teknis


(hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi)

Beban kerja Analis Kesehatan meliputi :

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Analis Kesehatan, misalnya :


sampling, preparasi sampel, memeriksa sampel, mencatat hasil pemeriksaan,
kalibrasi alat, memeriksa sampel kontrol, membuat reagen, dll.

rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan pokok,


misalnya rerata waktu untuk memeriksa kadar Hb adalah 10 menit, rerata waktu
untuk membuat reagen A adalah 15 menit, dsb.

standar beban kerja Analis Kesehatan tiap satu tahun dihitung dengan rumus
perhitungan sebagai berikut :

Standar beban kerja = waktu tersedia per tahun : rerata waktu per kegiatan pokok
LANGKAH KEEMPAT : menyusun standar kelonggaran yang bertujuan untuk
mengetahui faktor kelonggaran kategori tenaga yang meliputi jenis kegiatan dan
kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatau kegiatan yang tidak terkait langsung atau
tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kuantitas atau jumlah kegiatan pokok /
pelayanan.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan
wawancara kepada tenaga Analis Kesehatan mengenai :

kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan, misalnya rapat,


istirahat, sholat, makan;

frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu, bulan; waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kegiatan.

Adapun rumus untuk menghitung faktor kelonggaran adalah sebagai berikut :


Standar kelonggaran = rerata waktu faktor kelonggaran : waktu kerja tersedia per tahun
Tabel berikut adalah standar kelonggaran Pranata Laboratorium :

LANGKAH KELIMA : menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja yang bertujuan untuk
memperoleh jumlah dan kategori tenaga Analis Kesehatan per unit kerja sesuai dengan
beban kerja selama 1 tahun. Sumber data yang diperlukan untuk penghitungan
kebutuhan tenaga ini terdiri dari:

data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu waktu kerja


tersedia, standar beban kerja dan standar kelonggaran;

kuantitas kegiatan pokok selama kurun waktu satu tahun, dimana penulis
mengambil data kuantitas kegiatan pokok selama satu tahun.

Data kegiatan pada pelayanan di tiap unit teknis yang telah diperoleh, Standar Beban
Kerja , dan Standar Kelonggaran merupakan sumber data untuk menghitung kebutuhan
tenaga Pranata Laboratorium dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga = (Jumlah kegiatan pokok : standar beban kerja) + Standar
Kelonggaran
Selanjutnya kebutuhan tenaga untuk tiap kegiatan pokok dijumlahkan terlebih dulu
sebelum ditambahkan dengan Standar Kelonggaran.

Daftar Pustaka :
1. Amstrong, Michael, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik :

Mengelola Karyawan, Buku Wajib Bagi Manajer Lini, PT. Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta.
2. Moehijat, 1979, Perencanaan Tenaga Kerja, Penerbit Alumni, Bandung.
3. Sunarto dan Sahedy Noor, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM),

Bagian Penerbitan FE-UST, Yogyakarta.


4. Simamora, Henry, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bagian Penerbitan

STIE YKPN, Yogyakarta.


5. Kurniati, Rhina Widhi, 2003, Menghitung Kebutuhan Tenaga Analis Laboratorium

di Sub Unit Penyakit Infeksi Instalasi Patologi Klinik RS Dr. Sardjito : Laporan

Manajemen, Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Fakultas Kedokteran


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Вам также может понравиться