Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENULIS:
Jamuna Ulfah
MATA KULIAH:
Pengembangan Daya Fikir Anak
DOSEN PENGAMPU:
Saripah, M.Pd.I
PRODI PGRA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya makalah ini
dapat disusun dan disajikan dengan waktu yang telah ditetapkan. Terima kasih
kepada keluarga, dosen, sahabat yang selalu setia, tak pernah lelah, dan tak
pernah bosan-bosannya untuk mengajari, mengingatkan maupun memberi nasehat
kepada kami.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan. Dalam makalah ini masih begitu
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi, struktur penulisan maupun
hal-hal lainnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
positif yang membangun dari pembaca sekalian untuk perbaikan dikemudian hari.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan dapat digunakan
sebagai literatur tambahan bagi rekan-rekan mahasiswa lain.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
i
ii
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
1
1
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Bermain dalam Kehidupan Anak Usia 2-3 Tahun......................
2-3
3-6
3
4
5
5
6
6
6
7-8
7
7
8
ii
9
9
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak umur 2-3 tahun merupakan masa keemasan yang paling
berpengaruh dalam hidupnya. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut
anak sedang aktif belajar. Saraf otak anak tumbuh berkembang dengan
sangat pesat. Namun, arti kata belajar dalam dunia anak usia dini bukanlah
belajar yang sesungguhnya belajar. Namun belajar yang terselubung dalam
permainan atau kegiatan kreatif yang dilakukan anak dalam kesehariannya
baik itu ia lakukan sendiri, bersama orang tua maupun dengan temannya.
Bermain adalah dunia anak, dimana dengan bermainlah anak umur usia 23 tahun itu dapat, tumbuh, kembang dan menjalankan proses
pembelajarannya secara baik. Banyak kegiatan kreatif atau permainan
yang bisa diberikan pada anak dan di lakukan anak guna merangsang
seluruh perkembangannya. Baik itu perkembangan batiniah maupun
naluriah si anak. Berikut akan saya bahas beberapa permainan yang
dimaksud.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran bermain dalam kehidupan anak 2-3 tahun ?
2. Apa dimensi perkembangan anak usia 2-3 tahun ?
3. Bagaimana kegiatan dan permainan kreatif untuk anak usia 2-3 tahun ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan mengerti peran bermain dalam kehidupan anak 2-3
tahun.
2. Mengetahui dimensi perkembangan anak usia 2-3 tahun.
3. Mengetahui kegiatan dan permainan kreatif untuk anak usia 2-3 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Bermain dalam Kehidupan Anak 2-3 Tahun
Rentang usia 2 3 tahun merupakan usia penting yang mana
dikatakan oleh para ahli sebagai periode emas karena pada tahap inilah
semua aspek perkembangannya sedang tumbuh dan berkembang dengan
sangat cepat. Apabila anak tidak mendapatkan stimulasi secara optimal, tentu
sangat berpengaruh pada tahap kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia
tersebut, anak dapat lebih merespon permainan atau kegiatan yang diberikan
oleh orangtua maupun pendidik. Sehingga permainan atau kegiatan yang lebih
menyenangkan dapat tercipta dengan sangat baik1.
Anak usia 2-3 tahun tentunya masih sangat senang bermain. Bermain
merupakan aktifitas atau kegiatan spontan sehingga tidak memiliki tujuan
duniawi yang riil dan pada akhirnya dapat memunculkan unsur keasyikan dan
kesenangan ketika dilakukan. Bermain mempunyai nilai praktis yang
digunakan sebagai media penting untuk meningkatkan perkembangan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Ketika anak bermain, maka akan terjadi proses perkembangan pada
diri anak. Perkembangan itu akan ditandai dengan proses mencoba,
merasakan, mencari, menemukan, mengetahui, mempelajari, dan menyerap
segala sesuatu yang baru dari akvitas dalam bermain. Yang kesemua proses
itu terjadi pada lingkungan sekitarnya.
Bermain ialah membuka jalan untuk mencapai satu perubahan,
memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi, berkaitan dengan
perkembangan kecerdasan seseorang, dapat memisahkan makna dengan objek
sebenarnya, merupakan proses self help tool, memberi peluang untuk
memperoleh kemajuan dalam perkembangannya, dapat mencapai tingkatan
yang lebih tinggi dalam memfungsikan kemampuannya.
berinteraksi
dengan
yang
lain
dalam
cara-cara
sosial,
2Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4
Pendidikan Lintas Bidang. GAPEKSINDO: PT. IMTIMA. hlm, 105.
b. Motorik halus
Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret
dengan alat tulis, membuka halaman buku berukuran besar satu
persatu, memutar pegangan pintu, memegang pensil/krayon besar,
memegang gunting dan mulai memotong kertas, membangun menara
dari 4-8 balok, menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan
makanan, menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri, memutar tutup
botol.
Melepas celana dan baju sederhana, memakai dan melepas
sepatu berperekat/tanpa tali, melepas kancing jepret, mengancingkan/
membuka velcro dan retsleting (misalnya pada tas), memakai dan
melepas kaos kaki, mengaduk dengan sendok ke dalam cangkir,
menggulung, menguleni, menekan, dan menarik adonan atau tanah liat.
2. Sosio-emosional
Mempunyai hasrat dan rasa ingin tahu yang besar di sekeliling
mereka dan bergerak dengan bebas yang melebihi kemampuannya yang
ditentukan oleh suasana hatinya dan sulit diduga. Dapat bekerjasama
dengan orang dewasa dan mematuhi perintahnya dalam sejumlah aktivitas
sederhana maupun yang rumit. Bangga pada diri sendiri dan minta untuk
tidak ditunggui karena mulai dapat mengatur/mengendalikan bab dan bak.
Ingin dianggap sebagai individu yang memiliki sikap kemandirian yang
semakin jelas dengan lebih banyak berbuat untuk diri sendiri tapi masih
mencari peneguhan orang dewasa dan diakui sebagai anggota keluarga.
Tampak lebih sosial dan paham tentang artinya berkawan seperti mampu
menanggapi pemberian temannya, aktif bergaul dengan teman dan belajar
mengikuti aturan permainan, memperhatikan temannya ketika bermain dan
segera bergabung bila tertarik.
Membangun kesadaran akan dirinya sendiri (sense of self) yang
berkembang.
hari, dan mengurus diri sendiri. Dapat bereaksi ingin tahu, kegembiraan,
tantrum (marah) pada figure otoritas (orang tua, guru, pengasuh dengan
tanggapan mengambil bentuk melonjak-lonjak, berguling-guling, merontaronta dan menahan napas) maupun timbul perasaan-perasaan takut yang
memuncak (pada binatang, halilintar, gelap, orang lain dan situasi asing)
yang kesemuanya terjadi secara berganti-ganti.
Merasa sulit untuk berbagi dengan orang lain dan menunjukkan
perasaan bersaing, mencoba memaksakan kehendaknya pada orang lain,
mencari banyak interaksi sosial tapi memiliki ketrampilan sosial yang
sangat terbatas, mulai belajar kata jangan terhadap suatu barang dan
juga diajarkan apa yang boleh, belajar memisahkan diri dari orang tua,
terutama ibu, sudah mulai memperlihatkan rasa cemburu/iri terhadap
saudaranya, mampu mempertahankan hak milik, mampu memilih di antara
dua alternative, memahami perbedaan jenis kelamin, menunjukkan rasa
puas ketika mampu melakukan tugas sederhana untuk orang lain.
3. Berpikir dan Mengamati/Kognitif
Aktif dan punya rasa ingin tahu yang besar, bersemangat pada
kesempatan eksplorasi kreatif, mulai mengembangkan kemampuan
berfantasi dan berimajinasi, fokus pada hal-hal yang tampak, dapat
berkonsentrasi untuk mendengarkan bacaan antara 5-10 menit, mulai
menambah detil-detil pada suatu konsep umum misal kuda punya ekor
panjang.
Tahu lebih banyak warna, mengetahui namanya dan orang-orang di
sekitarnya, mengatakan tidak, tidak mau dan tidak bisa memahami
konsep di alam/di luar, menutup/membuka, di depan dan di belakang,
menunjuk benda besar dan kecil, meniru perbuatan orang lain, bermain
dengan balok mainan sebanyak 6 buah balok, mengumpulkan atau
memasangkan benda yang sejenis.
4. Bahasa dan Sosialisasi/Afektif
Bentuk-bentuk kalimat masih tunggal, dapat mengekspresikan
kebutuhannya melalui kata-kata yang berupa kalimat singkat yang
berdasarkan
dorongan
naluriah,
akibat
yang
memantapkan
4Febry, Ayu Bulan. 2009. Menu Sehat & Permainan Kreatif untuk Meningkatkan Kecerdasan
Anak. Jakarta: Gagas Media.
5http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20Mandiri%20di
%20Hargobinangun.pdf (diakses pd tgl 26 Mei 2016, jam 04:12)
serabut, kapas.
Berbagai tekstur, atau benda-benda kecil pada sebuah gambar
Bermain dengan stiker-stiker kecil.
Menggunting dengan berbagai bentuk.
Membuat stempel dengan berbagai media dan bentuk yang variasi.
Meronce dengan berbagai pola, bentuk dan bahan.
Melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas.
Membuat bermacam bentuk dengan stik es cream, lidi atau batang
korek api.
r. Membuat alat permainan, hiasan, maupun ragam kreasi lainnya dengan
benda-benda yang sudah tak terpakai.
3. Permainan kreatif lainnya6
a. Puzzle (menyelesaikan masalah, berpikir kreatif, mengasah ketekunan,
mengasah keterampilan motorik halus)
b. Membuat adonan plastisin sendiri (perkembangan motorik halus).
c. Boneka (perkembangan kemampuan imajinasi dan kreatifitas).
d. Saat anak menggambar, melukis, dan membuat potongan kertas
(mereka bereksperimen dengan warna, garis, bentuk dan ukuran)
e. Saat anak menggunakan cat, bahan-bahan dan kapur (untuk membuat
pilihan, mencampur warna, mencoba ide, rencana, dan eksperimen
sesungguhnya mereka mempelajari tentang sebab-akibat).
f. Melalui mencoba dan gagal (mereka belajar menyumbangkan).
g. Saat anak mencoret-coret (persiapan anak dalam melatih kontrol
tangan dan jari-jarinya serta daya konsentrasi).
h. BAB III
i. PENUTUP
j.
A. Kesimpulan
1. Bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami
lingkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara-cara sosial,
mengekspresikan dan mengontrol emosi, membuka jalan untuk mencapai
satu perubahan, memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi,
berkaitan dengan perkembangan kecerdasan seseorang, dapat memisahkan
makna dengan objek sebenarnya, merupakan proses self help tool,
memberi peluang untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangannya,
dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam memfungsikan
kemampuannya serta mengembangkan berbagai kapabilitas anak.
2. Dimensi perkembangan anak usia 2-3 tahun mencakup beberapa unsur
antara lain fisik/motorik, sosio-emosional, berpikir dan mengamati
kognitif, bahasa dan sosialisasi/afektif, disiplin, moral serta yang terakhir
ialah agama.
3. Kegiatan dan permainan kreatif bagi anak usia 2-3 tahun terbagi menjadi
tiga jenis yaitu permainan kreatif di rumah, permainan kreatif art-craft
serta permainan kreatif lainnya.
k.
B. Saran
l. Bermain ataupun kegiatan kreatif haruslah diberikan secara
seimbang dan sesuai tahapan usia anak. Jangan memasukkan unsur paksaan,
kekerasan, dan nilai negative lainnya yang dapat berakibat fatal bagi tumbuh
kembang anak. Pengawasan dan kebebasan serta kekerasan dan ketegasan
harus dapat dibedakan dan dipisahkan dengan nyata.
m. Karena pada prakteknya, dua hal tersebut cendrung tidak dapat
dibedakan oleh pendidik maupun orang tua sehingga menyebabkan anak
tumbuh dalam bayang-bayang kekerasan dan kebebasan yang tak terkontrol
atau di luar batas kewajaran.
n. DAFTAR PUSTAKA
o.
p.
Febry, Ayu Bulan. 2009. Menu Sehat & Permainan Kreatif untuk
Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Gagas Media.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20Mandiri%20di
%20Hargobinangun.pdf (diakses pd tgl 26 Mei 2016, jam 04:12).
w.
x.
y.
z.
10