Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Puti Arumsani
22010115210053
Natalia Carolina
22010115210151
Aldo Febriananto K
22010116210185
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
SEORANG PEREMPUAN USIA 8 TAHUN DENGAN TUBERCULOSIS PARU
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
Puti Arumsani
22010115210053
Natalia Carolina
22010115210151
Aldo Febriananto K
22010116210185
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menyebabkan angka
kematian tinggi pada manusia. Secara global, setiap tahun sekitar 9 juta orang
mengidap tuberkulosis aktif, menyebabkan 3 juta kematian, atau sekitar lima
kematian setiap menit. Sekitar 40 persen kasus terjadi di Asia Tenggara.
Diprediksi sepertiga dari populasi dunia atau 2 milyar orang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis secara laten. WHO memperkirakan bahwa setiap
tahun terdapat 1,3 juta kasus TB anak dan 450.000 anak usia dibawah 15
tahun meninggal dunia karena TB. Lebih dari 70.000 anak meninggal karena
TB setiap tahunnya. 70-80% terjadi akibat TB paru (pulmonary TB) dan
sisanya merupakan ekstrapulmonary TB.1
Di Indonesia, TB merupakan
masalah
utama
kesehatan
1.2 Tujuan
Laporan kasus ini membahas seorang anak perempuan usia 8 tahun dengan
TB paru. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan dan pembinaan penderita TB melalui pendekatan keluarga.
1.3 Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita TB untuk
meningkatkan keterampilan penatalaksanaan TB melalui pendekatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberkulosis Anak
Tuberkulosis anak adalah penyakit menular yang terjadi pada anak usia 014 tahun akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang terhirup
melalui droplet dari orang yang terinfeksi, bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
2.2 Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus terbanyak, yaitu 10%
dari total kasus di seluruh dunia. Diperkirakan terdapat 1 juta kasus TB baru
tiap tahun di Indonesia, dengan insidensi 300-499 kasus per 100.000 populasi
per tahun.3
Sedangkan menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015, jumlah kasus
baru TB paru sebanyak 330.910 kasus, dengan kasus terbanyak berasal dari
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah sebesar 38%. Sebanyak 8,59% dari
semua kasus TB tahun 2015 berasal dari kelompok umur 0-14 tahun.
Sebanyak 57,1% merupakan kasus TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis
dari semua kasus TB paru yang tercatat, hal ini belum mencapai target yaitu
>70%. CNR (Case Notification Rate) kasus baru TB pada tahun 2015 sebesar
130/100.000 dengan CNR kasus yang terkonfirmasi bakteriologis sebesar
74/100.000.2
2.3 Faktor Risiko
A. Risiko infeksi TB
Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat, dan tempat penampungan umum.4,5
B. Risiko sakit TB
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya
infeksi TB menjadi sakit TB.4,5
1. Usia 5 tahun
2. Malnutrisi
3. Keadaan imunokompromais (infeksi HIV, keganasan, transplantasi organ,
pengobatan imunosupresi)
dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet
yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain dna terjadilah infeksi
dari satu orang ke orang lain. Anak umumnya mengidap TB karena tertular dari
orang dewasa. Pada orang dewasa, bakteri penyebab TB masuk keparu-paru
kemudian menyerang dinding saluran nafas dengan membentuk rongga yang
berisi nanah dan bakteri TB yang setiap kali batuk maka bakteri TB ikut keluar
dan menyebar diudara. Namun pada anak bakteri TB hanya menyerang jaringan
paru yang tidak memiliki reseptor batuk. TB pada anak tidak menularkan penyakit
kepada orang lain karena pada TB anak hampir tidak ada gejala batuk yang bisa
menjadi penyebaran penyakit. 7,8
Kuman TB dalam droplet yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan
terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak
terjadi respons imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya,
tidak seluruhnya dapat dihancurkan, sehingga makrofag alveolus akan memfagosit
kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman
TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag,
dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk
lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Gabungan
antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer
(primary complex).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi
TB bervariasi selama 212 minggu, biasanya berlangsung selama 48 minggu.
Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah
103104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular.
Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB
terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin
masih negatif. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk
ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular
mediated immunity, CMI).
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya
akan mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala umum dari penyakit TB tidak khas.3,4,5,8
- Nafsu makan kurang
- Berat badan sulit naik, menetap atau malah turun.
- Demam subfebril berkepanjangan
- Pembesaran kelenjar superfisial di daerah leher, aksila, inguinal, atau
tempat lain.
- Keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari 3 minggu atau nyeri
dada.
- Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
b. Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus TB, tidak dijumpai kelainan fisik yang khas.3,4,5,8
- Antropometri: gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi badan
pada posisi daerah bawah.
- Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien.
Kelainan pemeriksaan fisik baru dijumpai jika TB mengenai organ tertentu.
- TB vertebra : gibbus, kifosis, paraparesis, paraplegia.
- TB koksae atau TB genu: jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau
lutut.
- Pembesaran KGB multipel, tidak nyeri tekan dan konfluens (saling
menyatu).
- Meningitis TB: kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal lain.
- Skofuloderma: ulkus kulit dengan skinbridge biasanya terjadi didaerah
leher, aksila atau inguinal.
- Konjungtivitis flikenularis yaitu bintik putih di limbus kornea yang
sangat nyeri.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Tes tuberkulin
Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml PPD (Purified Protein
Derivative) secara intradermal dengan metode mantoux divolar atau
permukaan belakang lengan bawah. Penyuntikan dianggap berhasil jika
saat penyuntikan didapatkan indurasi diameter 6-10 mm. Uji ini dibaca
dalam waktu 48-72 jam setelah suntikan. Hasil uji tuberculin dicatat
sebagai diameter indurasi bukan ukuran kemerahan.3,4
Tabel 1. Interpretasi tes tuberkulin
2. Pemeriksaan darah
Hasilmeragukan, kurang sensitive :6
- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia, LED
meningkatsedikit
- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosi ttinggi, LED kembali
turun
- Anemia ringan
- Gamma globulin meningkat
10
11
2.6 Penatalaksanaan
Jika ditemukan anak dengan skor 6, anak tersebut terdiagnosis TB, maka
harus dicari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat
dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara
pemeriksaan radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal). Bila telah
ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari
anak lain di sekitarnya yang mungkin juga tertular, dengan cara uji tuberkulin.
12
Sebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa aktif, maka anak di sekitarnya atau
yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan
sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin.3
13
2.7 Pencegahan
a.
b.
c.
primer
diberikan
isoniazid
dengan
dosis
5-10
14
dengan uji tuberculin positif, sedangkan klinis dan radiologis normal. Lama
d.
e.
f.
15
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PENDERITA DAN KELUARGA
1.
Identitas penderita
Nama
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
2.
II.
: An. LN
: Perempuan
: 8 tahun
: Dusun Wonosuko Desa Ngargoretno, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
: Islam
: Jawa
: Sekolah Dasar
: Tn. HP
: Laki laki
: 41 tahun
: Menikah
: Dusun Wonosuko Desa Ngargoretno, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
: Islam
: Jawa
: Tamat SMP
: Petani
Nama
dalam
L/P
Tn. HP
Keluarga
KK
Umur
(th)
41
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
Tamat SMP
Petani
Sehat
16
2
3.
4.
Ny. SK
AK
LN
Istri KK
Anak
Anak
P
L
P
36
11
8
Tamat SMP
SD
SD
Petani
-
Sehat
Sehat
TB
Keluhan Utama
Benjolan di leher kiri
b.
c.
17
d.
e.
f.
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
TB
: 129cm
BB
: 29 kg
BMI
: 17,5
RR : 20x/menit
T
: 36,5 C (aksiler)
Kepala
: Bentuk mesosefal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
18
Leher
Thorax
Cor
I
Pa
Pe
: Batas atas
Aus
Pulmo
I
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan: ronki basah kasar -/-,
wheezing -/-, krepitasi -/ Abdomen :
I
Superior
Inferior
Oedema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
<2/<2
<2/<2
Cappilary Refill
g.
19
Diagnosis Kerja
TB Paru pengobatan bulan ke -6
h.
Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa yang telah diberikan : OAT Kategori 1, yang
terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Tahap Intensif
Kombinasi dan dosis obat dalam 1 tablet (Fixed Dose
Combination) terdiri dari RHZ (75/50/150)
Karena berat badan penderita 29 Kg, maka obat yang harus diminum
adalah 4 tablet/hari selama 2 bulan.
b. Tahap lanjutan
Kombinasi dan dosis obat dalam 1 tablet (Fixed Dose Combination)
terdiri dari RH (75/50)
Karena berat badan penderita 29 Kg, maka obat yang harus diminum
adalah 4 tablet/hari selama 4 bulan.
Terapi edukasi
20
Faktor penghambat
21
Keterangan :
1 & 2 kakek dan nenek dari bapak penderita
3 &4 kakek dan nenek dari ibu (meninggal)
6 & 7 bapak dan ibu pendertita
11 anak pertama
: sehat
: sakit TB
IV.
penderita.
b. Fungsi Psikologis
Penderita adalah seorang pelajar. Hubungan penderita dengan tetangga
dan orang-orang di sekitar rumah baik. Penderita tinggal bersama ayah
ibu dan kakanya . Hubungan dengan seluruh anggota keluarga baik.
c. Fungsi Ekonomi
Orang tua penderita bekerja sebagai petani dengan penghasilan + Rp
900.000,00 perbulan (tidak tetap). Kesan ekonomi: kurang.
d. Fungsi Pendidikan
22
4
5
Hampir Kadangselalu
kadang
(2)
(1)
Hampir
tidak
pernah (0)
23
Kultural
Religius
SUMBER DAYA
Penderita dan keluarga
menjalin komunikasi serta
hubungan yang baik dengan
tetangga dan masyarakat di
sekitar rumah.
Penderita dan keluarga
merupakan suku Jawa dan lama
hidup di Jawa, namun tidak
percaya akan hal-hal yang
berbau mistis.
Penderita dan keluarga
beragama islam dan shalat 5
waktu serta penderita rutin
mengikuti kegiatan pengajian
di lingkungan sekitar.
Orang tua penderita bekerja
sebagai petani dengan
penghasilan + Rp 900.000,00
perbulan. Kesan ekonomi:
kurang.
Ekonomi
PATOLOGI
24
lodeh, bayam, dll), air minum (air putih dan teh). Air minum berasal dari mata air
lalu dimasak dan air minum dalam kemasan. Penderita jarang mengkonsumsi
buah.
VI.
1.
Faktor Perilaku
Keluarga penderita tidak memiliki kebiasaan membuka jendela rumah tiap
pagi hingga sore hari.
2.
Faktor Lingkungan
Tinggal dalam rumah yang pencahayaan oleh sinar matahari kurang, serta
sirkulasi udara dalam rumah tidak lancar. Dapur dengan saluran pembuangan
asap. Sumber air dari sumur untuk MCK. Air untuk diminum merupakan air
minum dalam kemasan dan air dari mata air yang dimasak. Saluran
pembuangan air limbah ke sungai yang ada di belakang rumah, buang air
besar di kamar mandi rumah. Pembuangan sampah dilakukan di halaman
samping rumah kemudian dibakar.
3.
4.
Faktor keturunan
Tidak ada.
VII.
1.
25
genteng, dinding dari batu bata dan diplester semen, lantai dari tanah yang
juga diplester semen. Penerangan dalam rumah dan kamar kurang. Ventilasi
dan jendela yang kurang memadai, yaitu dengan luas < 25% dan tidak dibuka.
Cahaya matahari masuk lewat pintu dan jendela kaca. Sumber air bersih dari
sumur pompa, air minum dimasak sendiri. Kebersihan dapur kurang, ada
lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke sungai. Tempat sampah utama
di halaman samping rumah, kemudian dibakar. Tidak mempunyai hewan
peliharaan.
2.
Denah Rumah
Gambar 2. Denah Rumah
10 m
Teras
R. Kamar
R. Tamu
26
10 m
Ruang Keluarga
Kamar
mandi
Ruang
makan
Dapur
VIII.
1.
Fungsi Biologis
Penderita memiliki keluhan terdapat benjolan di leher kiri dan
batuk berdahak
2.
Fungsi Psikologi
Penderita tinggal di rumah bersama kedua orangtua dan 1
orang kakak.
3.
Fungsi Sosial
27
4.
5.
6.
Faktor Perilaku
7.
IX.
Rencana pembinaan
Menjelaskan cara
penularan dari TB
paru
Menyarankan agar
anggota keluarga
lainnya yang tinggal
satu rumah dengan
penderita untuk
melakukan
pemeriksaan sputum
Menjelaskan fungsi
masker sebagai alat
pencegahan
penularan dan
Sasaran
Penderita dan
keluarganya
28
No.
2.
3.
4.
Rencana pembinaan
mengajarkan cara
batuk yang benar
(etika batuk) yakni
dengan mulut ditutup
menggunakan sapu
tangan, tisu, ataupun
lengan atas sisi kiri
penderita
Menyarankan untuk
melakukan
pemeriksaan sputum
dan apabila
dinyatakan (+) maka
disarankan untuk
menjalani
pengobatan
Menjelaskan fungsi
masker sebagai alat
pencegahan
penularan
Menjelaskan cara
penularan dari TB
paru dan
mengajarkan cara
batuk yang benar
(etika batuk) yakni
dengan mulut ditutup
menggunakan sapu
tangan, tisu, ataupun
lengan atas sisi kiri
penderita
Menjelaskan bahwa
kuman penyebab TB
paru menyukai
karakteristik tempat
yang lembab dan
pengap
Menjelaskan cara
mengatasinya yakni
dengan membuka
jendela pada pagi
hingga sore hari
Menjelaskan bahwa
Sasaran
Tetangga
dengan
keluhan
serupa dengan
penderita
Orang
penderita
tua
Penderita dan
29
No.
5.
6.
Rencana pembinaan
merokok adalah
kebiasaan yang buruk
dan menjelaskan
mengenai efek dari
merokok
Menjelaskan bahwa
asap rokok juga tidak
baik untuk anggota
keluarga lain karena
membuat yang lain
rentan mengalami
gangguan saluran
pernafasan
Menyarankan untuk
mengurangi rokok
bahkan lebih baik
jika berhenti
Menyarankan apabila
tetap ingin merokok,
dapat merokok di
luar rumah dan tidak
berdekatan dengan
anggota keluarga
yang lain
Menyarankan untuk
memilih lokasi
pembakaran yang
cukup jauh dari
rumah, dan menutup
ventilasi rumah saat
membakar sampah
sehingga asap
bakaran tidak akan
masuk ke rumah.
Menjelaskan bahwa
lantai yang tidak
kedap air akan
menjadikan
lingkungan dalam
rumah lembab
Menyarankan untuk
membuat seluruh
lantai bangunan
Sasaran
keluarganya
Orang
penderita
tua
Orang
penderita
tua
30
No.
X.
Rencana pembinaan
menjadi kedap air
Sasaran
Yankes
Lingkungan
Status
Kesehatan
Puskesmas Salaman
TB paru
Perilaku
Kebiasaan tidak membuka jendela pada pagi hingga sore hari,
Kebiasaan merokok di dalam rumah dan berdekatan dengan anggota keluarga lain
Kebiasaan membakar sampah
Diagnosa
Aspek I (Personal) :
1. Keluhan Utama : benjolan di leher kiri
2. Harapan penderita dan keluarga: penderita dapat sembuh
Aspek II (diagnosis kerja) :
Tuberculosis Paru pengobatan bulan ke-6
Aspek III (Faktor Internal) :
1.
Genetik
31
2.
Pekerjaan
3.
Gaya hidup
4.
Pola Makan
5.
6.
7.
Spiritual
32
Promotif :
1. Edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penularan TB paru
2. Menghimbau pada keluarga untuk mengingatkan penderita minum obat
TB secara teratur
3. Edukasi penderita dan keluarga tentang pola hidup bersih dan sehat
Preventif :
Menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
Kuratif :
Minum OAT secara rutin sesuai jadwal
Rehabilitatif :
Menjaga pola makan untuk memperbaiki daya tahan tubuh karena sebelumnya
telah terjadi penurunan BB
XI.
17/11/16
Keluarga yang
Terlibat
Hasil Kegiatan
-Menjelaskan kepada
Penderita dan
Keluarga memahami
keluarga
yang diberikan
penyebab, faktor
memperberat, pencegahan dan
penatalaksanaannya, dan
menjelaskan tentang pengaruh
dari kebiasaan-kebiasaan
33
yang dialaminya
Memotivasi penderita dan
Penderita dan
Keluarga bersedia
keluarga
17/11/16
Penderita dan
keluarga
Penderita dan
keluarga
membakar sampah
XII.
membakar sampah
Menjelaskan pentingnya
Penderita dan
keluarga
pengobatan
Menjelaskan pentingnya
melakukan kontrol
kontrol pengobatan
: Pemahaman
terhadap
pembinaan
yang
3. Faktor penyulit
34
LAMPIRAN FOTO
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
dari:
www.spiritia.or.id/Dok/juknisTBAnak2013.pdf
[Diakses
2.
3.
4.
Tuberkulosis. Jakarta
Alatas, Dr. Husein et al :Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta:
5.
6.
7.
al: Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2. Jakarta: EGC. 2000.
Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia.
2006.
Tuberkulosis.
8.
Tuberculosis.
2014.
37