Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
KEBERATAN DAN BANDING (OBJECTION AND APPEAL)
Sistem Self Assessment yang kita anut memberikan kepercayaan sepenuhnya
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan
kewajiban perpajakannya sendiri tanpa menunggu adanya surat ketetapan dari Fiskus
karena Wajib Pajak dianggap paling tahu mengenai penghasilannya sendiri.
Dengan sistem Self Assessment, apa yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan
oleh Wajib Pajak dianggap benar oleh Fiskus, kecuali Fiskus mempunyai data/informasi
yang mengindikasikan bahwa laporan tersebut salah. Untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa apa yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan Wajib Pajak sudah
benar, maka diperlukan sarana untuk pengawasan.
Pemeriksaan pajak merupakan salah satu sarana yang tujuannya adalah untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam melakukan pemeriksaan pajak, Fiskus menghasilkan beberapa produk
hukum antara lain Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Tagihan Pajak (STP). Atas produk hukum
yang dihasilkan pemeriksaan maupun bukan dari pemeriksaan, tidak semuanya disetujui
oleh Wajib Pajak. Ketidaksetujuan ini menimbulkan suatu perselisihan yang biasa disebut
Sengketa Pajak.
Sengketa Pajak yang timbul antara Fiskus dengan Wajib Pajak dapat diselesaikan
dengan cara keberatan, banding, dan peninjauan kembali. Cara-cara tersebut ditempuh
agar hak Wajib Pajak maupun Negara dapat dijamin dengan adanya keadilan dan
kepastian hukum.
Penyelesaian sengketa pajak pada hakekatnya harus didasarkan pada keadilan dan
kepastian hukum baik bagi Wajib Pajak maupun bagi penerimaan Negara. Terjaminnya
hak Wajib Pajak maupun pemerintah merupakan tujuan yang ingin dicapai dengan
terbitnya UU KUP dan UU Pengadilan Pajak.
Mengemukakan
jumlah
pajak
terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi
menurut perhitungan Wajib Pajak.
jelas.
Secara Langsung ke
KPP tempat WP terdaftar, tanggal surat keberatan diterima adalah tanggal saat
surat diterima di Tempat Pelayanan Terpadu KPP. Wajib Pajak akan menerima
bukti penerimaan surat keberatan.
Disampaikan
melalui kantor pos dan giro dengan pengiriman pos tercatat. Bukti pengiriman
melalui pos (Resi) merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pengertian pos tercatat adalah tertulis dalam bukti pengiriman surat hal-hal
sebagai berikut:
o Tanggal kirim.
o Nama dan alamat pengirim.
o Nama dan alamat yang dituju.
o Isi atau jenis surat yang dikirim.
Surat Keberatan yang tidak memenuhi syarat:
3.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waku paling lama 12 bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan
yang dilakukan WP.
Jika jangka waktu 12 bulan terlewati, maka keberatan dianggap
DIKABULKAN.
Keputusan Keberatan
Keputusan keberatan yang diterbitkan DJP dapat berupa:
o Menerima seluruhnya.
o Menerima sebagian.
o Menolak.
o Menambah besarnya pajak yang terutang.
B.
: 001/IV/2007
:: Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No.xxxxx2
tanggal 17 Februari 2007
Kepada Yth.
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan Pajak..
Alamat.
U.P : Sie Penerimaan dan Keberatan.
Dengan Hormat,
: PT. ABC
: 00.000.000.0-000.000
: Jakarta
yang kami terima tanggal 20 Februari 2007 dengan perincian sebagai berikut:
Uraian:
- Dasar Pengenaan Pajak Rp 3.052.302.069,- PPh Pasal 21 terutang Rp 660.806.052,- Setoran Masa & Tahunan Rp 553.700.200,- PPh Pasal 21 Kurang Bayar Rp 107.105.852,- Sanksi Bunga Pasal 13 (2) Rp 25.705.404,- Jumlah Pajak yang Masih Harus Dibayar Rp 132.811.256,Adapun alasan kami mengajukan keberatan adalah:
1.
Menurut pemeriksa terdapat objek PPh 21 yang belum
dilaporkan dalam SPT PPh 21 sebagai berikut:
Jenis Objek PPh 21:
- Gaji Rp 500.689.595,- Tunjangan lembur, dll Rp 76.272.000,- Premi asuransi Rp 83.559.000,- THR Rp 760.000,- Total Objek PPh 21 sebesar Rp 661.280.595,2.
Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa TIDAK ADA KEKURANGAN dalam
perhitungan pelaporan PPh 21 yang terutang. Sehingga menurut pendapat kami
seharusnya atas SKP PPh Pasal 21 tersebut adalah NIHIL.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Hormat Kami,
PT. ABC
Bpk. XXX
Direktur
B. Mempersiapkan Banding
1.
Dilain pihak, sengketa formal dari pihak WP bisa terjadi apabila WP tidak
melaksanakan prosedur dan tata cara yang ditetapkan dalam UU KUP maupun
UU Pengadilan Pajak.
Contoh: WP tidak mengajukan keberatan atau banding dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
B. Sengketa Material
Sengketa material atau lazim disebut materi sengketa terjadi apabila terdapat
perbedaan jumlah pajak yang terutang atau terdapat perbedaan jumlah pajak
yang lebih dibayar, semisal dalam kasus Restitusi menurut perhitungan Fiskus
yang tercantum pada ketetapan pajak berbeda dengan jumlah menurut
perhitungan WP.
Perbedaan tersebut bisa timbul karena adanya perbedaan pendapat mengenai:
Dasar hukum yang seharusnya digunakan;
Persepsi atas ketentuan peraturan pajak;
Perselisihan atas suatu transaksi tertentu;
Atau hal-hal lainnya.
Kesemuanya itu dapat mengakibatkan jumlah pajak yang ditetapkan oleh
Fiskus menjadi berbeda dibandingkan dengan jumlah pajak menurut
perhitungan WP. Dan perbedaan jumlah pajak menurut Fiskus dengan WP
itulah yang merupakan sengketa material.
Baik sengketa formal maupun sengketa material sangat menentukan hasil akhir
putusan banding. Dalam proses banding, hakim akan melakukan pemeriksaan
formal terlebih dahulu sebelum mulai memeriksa materi sengketa.
Permohonan Banding tidak akan diproses lebih lanjut oleh pengadilan pajak,
tanpa pemeriksaan materi sengketa, apabila banding WP tidak memenuhi
ketentuan formal yang telah ditetapkan.
Sebaliknya apabila ketetapan pajak atau keputusan keberatan tidak memenuhi
ketentuan formal, maka pengadilan pajak dapat menyatakan ketetapan pajak
ataupun keputusan keberatan harus batal demi hukum. Dalam hal ini, permohonan
banding WP dapat diterima seluruhnya atau diterima sebagian, tergantung hasil
pemeriksaan keseluruhan oleh hakim pengadilan pajak.
2.
3.
Pencabutan Banding
WP yang telah mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Pajak dapat
mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan
banding kepada pengadilan pajak.
Permohonan banding yang dicabut akan dihapus dari daftar sengketa melalui:
a.
Penetapan Ketua dalam hal surat
pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan.
b.
Putusan Majelis/Hakin Tunggal melalui
pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang
atas persetujuan terbanding.
NOTE:
Permohonan Banding yang telah dicabut dan mendapat penetapan/putusan tidak
dapat diajukan kembali.
4.
Kuasa Hukum
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, WP dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mendampingi/mewakili WP dalam proses banding.
Syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum:
1. WNI.
2. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Persyaratan lain yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Mengacu pada peraturan tersebut, WP dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan
pegawainya dengan surat kuasa khusus dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Menyerahkan asli surat kuasa khusus yang bermaterai yang memuat:
1) Nama dan alamat serta NPWP dari WP pemberi kuasa;
2) Nama, alamat dan NPWP penerima kuasa;
3) Bidang/cakupan hak/kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan WP
selaku pemberi kuasa kepada penerima kuasa yang bersangkutan.
b. Menguasai ketentuan-ketentuan dibidang perpajakan. Persyaratan ini
terpenuhi apabila telah memperoleh pendidikan dibidang perpajakan yang
dibuktikan dengan memiliki:
1) Brevet yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak atau;
2) Ijazah formal pendidikan dibidang perpajakan yang diterbitkan oleh
lembaga pendidikan negeri atau swasta dengan status disamakan dengan
negeri.
c. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan
atau tindak pidana lain dibidang keuangan Negara.
Tata cara untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar sebagai Kuasa Hukum
Pengadilan Pajak:
Bagi Kuasa Hukum Pengacara:
o Syarat yang harus dipenuhi (kumulatif): WNI, Pengacara (berlisensi),
sebagai Ahli Pajak, memiliki NPWP atau form 1721 A1 dari pemberi
kerja.
o Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang
telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah
dilegalisir:
KTP.
Surat Ijin Praktek Pengacara.
Brevet Pajak/Ijasah.
NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja.
Pas Photo 2x3 2 lembar.
Bagi Kuasa Hukum yang Bukan Pengacara:
o Syarat yang harus dipenuhi : WNI, sebagai Ahli Pajak, memiliki NPWP
atau form 1721 A1 dari pemberi kerja.
o Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang
telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah
dilegalisir:
KTP.
Brevet Pajak/Ijasah.
NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja.
Pas Photo 2x3 2 lembar.
5.
4. Salinan Surat
Uraian Banding
1. Permohonan
Banding
Pengadilan Pajak
5. Surat Bantahan
3. Surat Uraian
Banding
2. Permintaan Surat
Uraian Banding
Terbanding
6. Salinan Surat
Dalam hal pengajuan banding WP
memenuhi ketentuan formal yang diisyaratkan,
Bantahan
maka pengadilan pajak akan memulai persiapan persidangan dengan meminta
Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan dari Fiskus (pihak terbanding)
dan mengirimkan salinannya ke WP Pemohon Banding, kemudian WP pemohon
banding membuat Surat Bantahan dan mengirimkan surat bantahannya ke Fiskus
pihak terbanding. Pengadilan Pajak juga akan menunjuk Majelis atau Hakim
Tunggal untuk menyelesaikan sengketa antara WP dengan Fiskus.
6.
Persidangan Banding
Persidangan banding dapat dilakukan melalui serangkaian proses pemeriksaan.
Ada 2 jenis pemeriksaan dalam proses banding:
Pemeriksaan Dengan Acara Biasa (PAB)
Dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari 1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2
(dua) orang Hakim Anggota, disertai Panitera, dan dihadiri oleh terbanding.
Apabila perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa hukumnya.
Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan apabila surat permohonan banding
telah memenuhi ketentuan formal.
Pemeriksaan Dengan Acara Cepat (PAC)
Dilakukan oleh Hakim Tunggal atau Majelis Hakim dan dihadiri oleh
terbanding. Apabila dipandang perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau
kuasa hukumnya.
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap:
Sengketa pajak tertentu.
Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
gugatan diterima.
Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan pasal 84 (1) UU Pengadilan Pajak.
Atau atas putusan yang keliru (salah tulis atau salah hitung).
Sengketa pajak tertentu, yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan
merupakan wewenang pengadilan pajak.
: 003/V/2005
: 11 Set
: Permohonan Banding atas Keputusan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal
21 No.xxxxxx tanggal 10 Desember 2003 yang diterbitkan oleh KPP xxx
Kepada Yth.
Badan Peradilan Pajak
Gedung D Departemen Keuangan
Jl..Jakarta Pusat
Dengan Hormat,
Bersama ini kami:
Nama
: PT. DEF
NPWP
: 00.000.000.0-000.000
Alamat
: Jakarta
Bermaksud mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan Keberatan
No.xxxxx4 tanggal 10 Desember 2003 yang kami terima pada tanggal 02 Maret 2005
mengenai Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 No.xxxxxx tanggal 24
Februari 2003.
Besarnya SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 yang diterbitkan berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPP xxx adalah sebagai berikut:
Perhitungan tersebut diatas tetap dipertahankan dalam Surat Keputusan Keberatan.
Sedangkan PPh Pasal 21 tahun 2001 yang terutang menurut PT. DEF adalah:
Perbedaan perhitungan tersebut disebabkan adanya koreksi penambahan objek PPh
Pasal 21 yang tidak disetujui WP. Koreksi tersebut menurut Fiskus karena adanya
pemberian kepada karyawan yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.
WP tidak menyetujui koreksi tersebut. Menurut WP semua Pembayaran kepada
karyawan yang merupakan objek PPh Pasal 21 telah dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh Pasal 21.
Adapun alasan kami mengajukan banding adalah karena:
1. Permohonan Keberatan yang kami ajukan atas SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001
No.xxxxxx ditolak oleh KPPxxx setelah melewati jangka waktu 12 bulan.
2. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (1) UU KUP, Dirjen Pajak dalam jangka waktu
dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas
Surat Keberatan yang diajukan oleh WP.
3. WP telah mengajukan keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 ke KPPxxx pada tanggal
10 Maret 2003 (Photocopi surat keberatan terlampir).
4. Sampai dengan tanggal 10 Maret 2004 WP belum mendapatkan keputusan atas
keberatan yang telah diajukan sebelumnya.
5. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (5) UU KUP, apabila jangka waktu dua belas
bulan telah lewat dan Dirjen Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka
keberatan yang diajukan WP dianggap diterima.
6. Pada tanggal 02 Maret 2005 WP menerima Surat Keputusan Keberatan No.xxxxxx
tertanggal 10 Desember 2003 yang memutuskan bahwa Direktur Jenderal Pajak
MENOLAK Keberatan WP. Dalam Surat Keputusan tersebut tertulis bahwa KPP
menolak keberatan atas SKPKB PPh Badan, padahal WP mengajukan keberatan atas
SKPKB PPh Pasal 21.
7. Berdasarkan Cap Pos yang tertera pada amplop KPP (sampul surat keberatan) yang
diterima WP tertulis cap pos tanggal 27 Februari 2005.
Sebelum mengajukan permohonan banding, kami juga telah melunasi SKPKB PPh Pasal
21 No.xxxxxx tanggal xxxxxx (Photocopi SSP terlampir).
Untuk memenuhi persyaratan formal permohonan banding ini, bersama ini kami
lampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1.
Salinan Surat Keputusan Keberatan No.xxxxxx
tanggal 10 Desember 2003.
2.
Salinan SKPKB PPh Pasal 21 No.xxxxxx tanggal
24 Februari 2003.
3.
Salinan Surat Keberatan No.xxxxxx tanggal 10
Maret 2003 dan tanda terima surat keberatan.
4.
Salinan SSP tanggal xxxxxx.
5.
Photocopi NPWP Wajib Pajak.
6.
Salinan Akta Pendirian PT. DEF dan Perubahannya.
7.
Salinan Audit Report tahun 2001 (Laporan
Keuangan) PT. DEF.
8.
Surat Kuasa Asli.
Demi kelancaran proses banding ini, kuasa hukum kami akan menghadiri persidangan
untuk menyampaikan data-data dan dokumen pendukung lainnya, serta memberikan
keterangan yang diperlukan selama proses banding berlangsung.
Demikian permohonan banding ini kami buat dengan harapan agar dapat dikabulkan.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,