Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nim :13.321.0124
Kelas :VI B
Di fase ini pasien juga merasakan ada perubahan yang sangat cepat antara gembira dan
sedih. Dia juga menjadi gampang marah dan penuh permusuhan, tambah psikiater yang
mendalami subspesialisasi womens mental health dan menempuh pendidikan spesialisasi di
FK Unair Surabaya itu.
Ketika ada di episode depresi, yang terjadi adalah mood menurun. Mudah menangis,
kehilangan semangat, merasa tidak berguna, putus asa, pikiran tentang kematian, hingga pada
satu titik muncul dorongan untuk bunuh diri. Baik fase naik mania maupun fase turun
depresi, dua-duanya dilakukan pasien tanpa kesadaran diri (insight), kata Nalini.
Penderita bipolar disorder II harus mendapatkan penanganan yang tepat. Berada dalam
episode kambuh (relaps) membuat pasien membahayakan diri sendiri dan lingkungan.
Bergembira berlebihan, lalu kemudian nafsu seks meningkat, jika bertemu dengan pria
jahat kan kasihan jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Juga, boros berlebihan
serta mudah memberikan barang-barang berharganya sehingga mudah dimanipulasi orang
yang bermaksud tidak baik, ujar Nalini.
Nalini menegaskan, bipolar disorder II adalah gangguan (disorder). Bukan hanya karena ada
masalah psikologis, tapi ada gangguan atau ketidakseimbangan neurotransmitter dalam otak.
Khusus untuk perempuan, hati-hati ketika saat ada penurunan kadar hormon estrogen yang
drastis (pasca melahirkan, perimenopause), kemungkinan kambuh besar sekali. Untuk itu,
Nalini berharap pasien dengan derita itu dipandang tak jauh beda dengan pasien sakit fisik.
Selama ini kan stigmanya gangguan jiwa itu karena masalah kejiwaan saja. Padahal, ada
bagian dari tubuhnya yang juga bermasalah, ujar ibu dua anak tersebut.
Dengan latar belakang itulah, penderita harus minum obat secara kontinu. Sampai kapan?
Dalam jangka panjang. Ada yang harus seumur hidup, ada juga yang tidak. Bergantung
pemeriksaan dokter. Biasanya, sebelum berhenti minum obat, dosisnya dikurangi
sebagai maintenance saja. Saat itu pasien dan keluarganya juga diedukasi untuk mengenal
tanda-tanda kambuh. Sehingga begitu kondisi itu datang, segera mencari pertolongan, tutur
Nalini.
Jika ada pasien yang merasa baik-baik saja tanpa obat dan melepaskan diri dari obat itu tanpa
petunjuk dokter, Nalini menyebut kemungkinan kambuhnya akan besar. Satu sampai tiga
bulan mungkin dia bisa bertahan normal karena dalam tubuhnya masih ada sisa-sisa obat
yang dulu? Tapi, dalam tiga atau empat bulan kemudian atau lebih, pasien akan kambuh,
imbuh Nalini.
Salah Kaprah Jadi Salah Makna
Beberapa pekan terakhir, penggunaan istilah yang berkaitan dengan ilmu kejiwaan beredar di
masyarakat. Meski demikian, tidak semua benar menurut medis.
Pemberian obat-obatan dengan suntik bertujuan untuk meredakan atau mengatasi gejala
waham, halusinasi, dan gaduh gelisah. Menurut Danardi, pemberian obat dengan suntikan
adalah bagian dari standar pelayanan kedokteran jiwa.
Dalam kondisi yang berpotensi membahayakan diri sendiri, orang lain, atau pasien tidak
kooperatif dalam pengobatan, psikiater dapat memberikan obat suntikan. Tujuannya
memperoleh efek cepat, kemudian melakukan perawatan secara rawat inap. Pemberian obat
dengan cara suntikan tidak mengakibatkan pasien menjadi gila dan berhalusinasi. Tapi,
sebaliknya, justru mengendalikan dan memperbaiki gejala gangguan jiwa secara cepat,
ungkap Danardi. (bri/cik/c10/c6/nda)