Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Frankfurt, (Analisa)
Menteri Ekonomi Sigmar Gabriel mengungkapkan akan memusatkan perhatian terhadap
praktik perdagangan curang dan agresif oleh Tiongkok jelang kunjungannya ke negara tersebut.
Dalam editorialnya pada surat kabar Die Welt, Gabriel menuliskan, jika konfrontasi terkait hal
ini dielakkan maka akan timbul kesan buruk yang menunjukkan Jerman angkuh dan
mengabaikan kepentingan Tiongkok.
Ketegangan perihal perdagangan ini sudah memuncak antara Jerman dan Tiongkok sebelum
kunjungan Gabriel dimulai pada Selasa (1/11). Pada kunjungannya tersebut, Gabriel akan
bertemu dengan Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang.
Pernyataan Gabriel menyusul penolakan Komisaris Uni Eropa asal Jerman, Guenther
Oettinger, yang menolak untuk menarik kembali ungkapan kemarahannya pada Tiongkok yang
dinilai telah membeli sejumlah perusahaan berteknologi tinggi terkemuka di Jerman dan Uni
Eropa secara tidak adil dengan memblokade perjanjian-perjanjian pengambil-alihan perusahaan
dari negara lainnya.
Dalam editorialnya, Gabriel juga mengatakan kalau aksi penjualan baja bersubsidi Tiongkok
ke luar negeri, potensi adanya sistem kuota baru untuk mobil listrik serta akuisisi Tiongkok
terhadap sejumlah perusahaan berteknologi tinggi Jerman, telah menimbulkan kekhawatiran di
pihak Jerman bahkan hingga Uni Eropa.
Meskipun pada September lalu perjanjian terkait pengendalian kelebihan kapasitas produksi
baja telah dicapai Tiongkok pada pertemuan G20 di Hangzhou, Gabriel berpendapat Tiongkok
masih menjual baja di pasar global dengan praktik dumping pricing yang sangat jelas melanggar
aturan dagang. Menyikapi kecurangan tersebut, Gabriel mengatakan kalau Komisi Eropa telah
berupaya menaikkan harga sejumlah produk baja Tiongkok.
Selanjutnya, pada kunjungannya, Gabriel juga akan membidik rencana Tiongkok
memberlakukan sistem kuota untuk mobil listriknya, yang dinilai bisa merusak pasar eksportir
internal combustion engine. Selain itu, kesulitan Tiongkok mendatangkan investasi dari
perusahaan-perusahaan Asing juga dinilai Gabriel sebagai buruknya simbiosis dari Tiongkok.
Dia mengibaratkan jika Tiongkok mau berinvestasi di negara lain, sebaliknya Tiongkok
jangan menghalangi investasi dari negara-negara lain ke perusahaannya. Kendati demikian,
Gabriel berpendapat Jerman dan Uni Eropa harus belajar membedakan kasus di mana sebuah
perusahaan yang dikuasai negara bisa menghubungkan akuisisi teknologi dengan ekstensi
kekuatan geopolitik. (AFP/asri)