Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.
Sumbangsih potensi sumberdaya hayati yang ada di Indonesia terhadap
kekayaan keanekaragaman sumberdaya hayati dunia mencapai rata-rata 13%
yaitu meliputi bakteri dan ganggang biru 300 jenis, jamur 12.000 jenis,
hewan 410.000 jenis, tumbuhan 29.550 jenis yang diantaranya 1.000
jenis telah diketahui dan dimanfaatkan untuk bahan baku obat (Ervizal dan
Zuhud, 1989).
Masyarakat Indonesia juga mewarisi berbagai kekayaan leluhur yang
sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Warisan tersebut
adalah kekayaan tanaman dan pengetahuan tentang khasiat dari tanaman
tersebut. Dua kekayaan tersebut apabila dikembangkan dan dimanfaatkan
maka sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data pada Lokakarya Nasional Tanaman Obat Kementrian
Kehutanan RI 22 Juli 2010, Indonesia memiliki 75% kekayaan tumbuhan
dunia yaitu 30.000 jenis tumbuhan. Diantaranya tumbuhan yang ada di alam
Indonesia adalah tanaman yang memiliki khasiat obat. Jumlah tanaman obat
ini pun cukup besar yaitu 90% dari jumlah tumbuhan obat yang ada di Asia
(Rahmawati dkk., 2012).
Saat ini, tanaman obat atau tanaman herbal telah banyak digunakan dalam
bidang medis atau kesehatan. Masyarakat pun lebih memilih untuk
menggunakan produk yang berasal dari alam dengan alasan keamanan
Tanaman obat atau yang dikenal dengan tanaman herbal secara umum dapat
diartikan semua jenis tanaman yang mengandung senyawa kimia alami yang
memiliki efek farmakologis dan bioaktivitas penting terhadap penyakit
infeksi sampai penyakit degeneratif. Tanaman yang dapat dijadikan sebagai
alternatif pengobatan idealnya adalah tanaman yang telah diteliti dan
ditetapkan efek fakmakologisnya dan toksisitas kliniknya. Sehingga apabila
telah melewati pengujian, tanaman tersebut telah memiliki nilai ekonomi dan
berdaya guna tinggi (Rahmawati dkk., 2012).
Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah serai. Serai merupakan
tanaman yang menyerupai rumput-rumputan dan memiliki senyawa aktif
yang dapat digunakan untuk pengobatan. Menurut Armando (2009), serai
yang terdapat di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu serai wangi
(Cymbopogon nardus) dan serai dapur (Cymbopogon citratus). Secara umum
kandungan serai terdiri kariofilen bersifat antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
antitumor, dan dapat digunakan sebagai obat bius. Sitral bersifat antihistamin
dan antiseptik. Sitronelal bersifat antiseptik dan antimikrobia. Sitronelal dapat
pula digunakan untuk mengeluarkan angin dari perut dan usus, serta
mengobati peradangan usus. Geraniol bersifat antibakteri dan antifungi.
Mircen berfungsi sebagai antimutagenik dan nerol dapat digunakan sebagai
antispasma (Chooi, 2008).
Salah satu kandungan utama dari serai adalah minyak atsiri. Minyak atsiri
terkandung di dalam serai sebanyak 0,7%. Minyak atsiri dari serai memiliki
kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri dan jamur serta memiliki
aktivitas antioksidan. Oleh karena itu, minyak atsiri yang terdapat pada serai
dapat digunakan dalam makanan dan industri kesehatan (Jafari dkk., 2012).
Minyak atsiri serai wangi mengandung senyawa penting berupa sitronelal.
Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus
aldehida, ikatan rangkap, dan rantai karbon. Sitronelal merupakan
monoterpena yang sebagian besar terbentuk dari metabolisme sekunder
tanaman serai (Nurisman, 2009). Sitronelal memiliki bau yang khas dan
merupakan bahan dasar sintesis pembuatan fragrance seperti sitronelol,
isopulegol, mentol dan ester-ester lainnya. Pada umumnya hidroksi sitronelal
digunakan untuk pewangi sabun dan kosmetik, flavoring agent untuk aneka
makanan dan minuman, obat-obatan serta obat penolak nyamuk (Agustian
dkk., 2007).
Sitronelal merupakan salah satu senyawa yang terdapat pada serai yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri (Mustikowati, 2013). Sitronelal
diketahui dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Gram positif dan
Rumusan Masalah
Apa klasifikasi dari tanaman serai wangi?
Apa saja khasiat yang terkandung dalam simplisia seai wangi?
Bagaimana cara pembuatan simplisia serai wangi?
Bagaimana cara pengujian fitokimianya?
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tanaman
2.1.1. Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Cymbopogon
Spesies
: Cymbopogon nardus L. Rendle
2.1.2. Morfologi Tanaman
Tanaman serai wangi tumbuh berumpun, yang merupakan
gabungan dari beberapa bonggol (puluhan bonggol), dalam bonggol
terdisi dari beberap tunas (2-6 tunas). Mempunyai jenis akar serabut
yang banyak.Daun berbentuk memanjang, dengan ukuran panjang 1
meter, lebar 1-2 cm, berwarna hijau muda, hingga hijau kebiru biruan,
bila diremas, tercium aroma tajam khas serai wangi. Batang berwarna
hijau dan merah keunguan.
Simplisia
2.2.
Nama
: Daun Sereh
Nama Simplisia
: Cymbopogon folium
Keluarga
: Poaceae
Kandungan Senyawa
geranil
asetat,
-elemen,
-kariofilen,
BAB III
METODE KERJA
3.1. Cara Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
-bergamoten,
trans-
bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan
yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.
3. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian
menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM.
Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak
akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian perhatikan
air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa
pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
4. Perubahan Bentuk (Perajangan)
Bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga
proses pengeringan akan berlangsung cepat. Contoh perlakuan untuk
pengubahan bentuk adalah perajangan pada rimpang, daun dan herba.
Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu
tipis dapat mengurangi zat aktif
Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan
agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan
perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 8 mm, jahe,
kunyit dan kencur 3 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara
manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong atau perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung
tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi
bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih
cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice).
5. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan
bahan
menggunakan
sinar
dapat
dilakukan
matahari
ataupun
secara
tradisional
dengan
mo-dern
dengan
secara
Ciri-ciri waktu