Вы находитесь на странице: 1из 11

Kurangnya Kemampuan Komunikasi Matematis

Dalam Pembelajaran Matematika


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kajian Masalah Pendidikan
Matematika
Dosen: Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed & Dr. H. Karso, M.M.Pd

Disusun Oleh:
Dian Fitriyani (1406227)
Khalida Rahmi (1404120)
Nafaika Faridah (1405209)
Virli Fujiani P (1401442))

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

A. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan


beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup
atau dapat. Kemampuan dapat diartikan kesanggupan, jadi kemampuan
adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu hal atau beragam
tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Seseorang dikatakan mampu
apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Setiap individu
memiliki

kemampuan

yang

berbeda

termasuk

kemampuan

dalam

pembelajaran matematika, salah satunya adalah kemampuan dalam


berkomunikasi.
Komunikasi adalah salah satu faktor yang penting dalam proses
pembelajaran matematika di dalam atau di luar kelas. Beberapa definisi
tentang komunikasi menurut beberapa ahli (dalam Sutiyani, 2013) adalah
sebagai berikut:
1. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin
yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran,
kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama.
2. NCTM menyatakan bahwa komunikasi merupakan cara untuk
berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi, ideide menjadi objek refleksi, perbaikan, diskusi, dan perubahan.
Proses

komunikasi

juga

membantu

membangun

makna

dan

membuat ide-ide tersebut diketahui oleh orang lain.


3. Abdulhak mengungkapkan komunikasi dimaknai sebagai proses
penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan
melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian informasi berupa pesan,
ide, atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain untuk mendapatkan
suatu pemahaman. Penyampaian informasi dan ide-ide tersebut
dapat dilakukan secara lisan, tulisan, simbol, gerak tubuh dan lain
sebagainya.
Jalaluddin Rakhmat (Bistari, 2010) mengungkapkan bahwa
komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah
satunya adalah komunikasi dalam proses pembelajaran, khususnya

kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika. Brenner


dalam Heris (Bistari, 2010) menyatakan bahwa terdapat tiga
kategori komunikasi yang melibatkan matematika yaitu:
1. Komunikasi

tentang

matematika,

yang

menunjukan

kemampuan menggambarkan proses berfikir dan pemecahan


masalah
2. Komunikasi dalam matematika, yang merupakan kemampuan
menggunakan bahasa dan simbol-simbol matematika.
3. Komunikasi
dengan
matematika,
yang
merupakan
kemampuan menggunakan matematika sebagai alat berfikir
dan pemecahan masalah.
Ketiga kategori komunikasi di atas hendaknya diterapkan dalam
proses

pembelajaran

matematika

sehingga

peserta

didik

mampu

melakukan komunikasi matematis dan membantu peserta didik agar lebih


mudah dalam mempelajari matematika. Schoen, Bean, dan Ziebarth
(Bistari, 2010) mengemukakan bahwa komunikasi matematis adalah
kemampuan peserta didik dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan
cara unik untuk pemecahan masalah. Sejumlah pakar Sullivan & Mosley,
Cai,

Baroody,

Mariam

dkk

(Bistari,

2010)

mengemukakan

bahwa

komunikasi matematis tidak hanya sekedar menyatakan ide melalui


tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan peserta didik dalam hal
bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerja sama. Prinsip dan Standar The National Council of Teachers of
Mathematics (Bistari, 2010) menjelaskan bahwa komunikasi matematis
merupakan suatu cara peserta didik untuk mengungkapkan ide-ide
matematis baik secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan
benda, menyajikan dalam bentuk aljabar, atau menggunakan simbol
matematika. Peserta didik yang memperoleh kesempatan dan dorongan
untuk

berbicara,

pembelajaran

menulis,

matematika

membaca,
mendapatkan

dan
dua

mendengarkan
hal

sekaligus,

dalam
yaitu

berkomunikasi untuk mempelajari matematika (communicate to learn


mathematics) dan belajar untuk berkomunikasi secara matematis (learn
to communicate mathematically).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika
merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan ide,
gagasan, atau pemikiran peserta didik terhadap materi matematika yang
sedang dipelajari. Ketika peserta didik ditantang untuk berfikir mengenai
matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang/peserta didik lain
baik secara lisan maupun tertulis secara tidak langsung mereka dituntut
untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstruktur dan meyakinkan,
sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami.
B. Jenis-jenis Kemampuan Komunikasi Matematis
Bansu Irianto Ansari (Sutiyani, 2013) menelaah kemampuan komunikasi
matematis dari dua aspek yaitu komunikasi lisan (talking) dan komunikasi
tulisan (writing). Komunikasi lisan diungkap melalui intensitas keterlibatan
peserta didik dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan komunikasi matematis
tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam
menggunakan kata-kata, gambar, tabel dan sebagainya yang
menggambarkan proses berfikir. Komunikasi tertulis dapat berupa uraian
pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan
kemampuan peserta didik dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk
menyelesaikan masalah. Kemampuan ini diungkap melalui representasi
matematika. Representasi matematika peserta didik diklasifikasikan
dalam tiga kategori:
1. Pemunculan model konseptual, seperti gambar, diagram, tabel dan
grafik (aspek drawing)
2. Membentuk model matematika (aspek mathematical expression)
3. Argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap gambar
dan konsepkonsep formal (aspek written texts).
C. Bentuk-bentuk Komunikasi Matematis
Bentukbentuk komunikasi matematis menurut Pratama adalah sebagai
berikut:

1. Merefleksi

dan

mengklarifikasi

pemikiran

tentang

ideide

matematika.
2. Menghubungkan bahasa seharihari dengan bahasa matematika
yang menggunakan simbolsimbol.
3. Menggunakan
keterampilan

membaca,

mendengarkan,

menginterpretasikan, dan mengevaluasi ideide matematika.


4. Menggunakan ideide matematika untuk membuat dugaan
(conjecture) dan membuat argumen yang meyakinkan.
D. Faktor-faktor Kemampuan Komunikasi Matematis
Menurut

Sutiyani

(2013)

terdapat

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis antara lain:


1. Pengetahuan prasyarat (Prior Knowledge) merupakan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik sebagai akibat proses belajar
sebelumnya.
2. Kemampuan membaca, diskusi, dan menulis. Dalam komunikasi
matematis, kemampuan membaca, diskusi dan menulis dapat
membantu

peserta

didik

memperjelas

pemikiran

dan

dapat

mempertajam pemahaman. Diskusi dan menulis adalah dua aspek


penting dari komunikasi untuk semua level.
3. Pemahaman matematis (Mathematical Knowledge) Tingkat atau
level pengetahuan peserta didik tentang konsep, prinsip, algoritma
dan kemahiran peserta didik menggunakan strategi penyelesaian
terhadap soal atau masalah yang disajikan.
E. Aspek-aspek Komunikasi
Vermont Department of Education (Sutiyani, 2013) menyebutkan
bahwa dalam komunikasi melibatkan 3 aspek, yaitu:
1. Menggunakan

bahasa

menggunakannya

untuk

matematika

secara

mengkomunikasikan

akurat

dan

aspek-aspek

penyelesaian masalah.
2. Menggunakan representasi matematika secara akurat untuk
mengkomunikasikan penyelesaian masalah.
3. Mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi
dan terstruktur dengan baik.

Sedangkan Baroody (Sutiyani, 2013) menyebutkan ada lima aspek


komunikasi, yaitu:
1. Representasi
a. Merupakan bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide.
b. Merupakan translasi diagram atau model fisik ke dalam simbol
atau katakata.
2. Mendengar (listening):

Mendengar

secara

hati-hati

terhadap

pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu peserta


didik mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan
mengatur strategi jawaban yang lebih efektif.
3. Membaca (reading) merupakan aktivitas membaca teks secara aktif
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun.
4. Diskusi (discussing) merupakan sarana untuk mengungkapkan dan
merefleksikan fikiran kita.
5. Menulis (writing) suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkapkan dan merefleksikan fikiran. Menulis adalah alat yang
bermanfaat dari berfikir karena melalui berfikir, peserta didik
memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang
kreatif.
Berdasarkan

aspek-aspek

tersebut,

kemampuan

komunikasi

matematis peserta
didik dapat terjadi jika peserta didik belajar dalam pembelajaran
berkelompok atau berdiskusi. Peserta didik memiliki kesempatan berhasil
yang lebih besar dengan diskusi, menulis, membaca, dan mendengarkan
gagasan matematika semacam itu jika ada diskusi kelompok dan
verbalisasi

individu

sebelum

memulai

penyusunan

atau

refleksi

permasalahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gusni Satriawati (Sutiyani,


2013) yang mengungkapkan bahwa agar tercipta situasi pembelajaran
yang lebih memberikan suasana yang kondusif dan
dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam komunikasi
matematis, peserta didik sebaiknya diorganisasikan dalam kelompokkelompok kecil. Dalam proses diskusi kelompok akan terjadi pertukaran
ide

dan

pemikiran antarpeserta

didik

sehingga

akan memberikan

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk

melatih

kemampuan

komunikasinya dalam membangun pemahaman matematika. Kramarski


(Isrokatun, 2009) menyatakan bahwa aktifitas belajar peserta didik dalam
kelompok kecil memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan

komunikasi

matematis

melalui

sejumlah

pertanyaan

metakognitif yang terfokus pada: (1) sifat permasalahan; (2) membangun


pengetahuan

sebelumnya

penggunaan

strategi

dengan

yang

pengetahuan

tepat

dalam

yang

baru;

memecahkan

(3)

suatu

permasalahan.
F. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
1. Indikator kemampuan komunikasi lisan yang dikemukakan oleh
Suzana (Afifah, 2011) adalah:
a. Menjelaskan kesimpulan yang diperoleh.
b. Menafsirkan solusi yang diperoleh.
c. Memilih cara yang paling tepat dalam

menyampaikan

penjelasannya.
d. Menggunakan tabel,

lain-lain

gambar,

model,

dan

untuk

menyampaikan penjelasan.
e. Mengajukan suatu permasalahan atau persoalan.
f. Menyajikan penyelesaian dari suatu permasalahan.
g. Merespon suatu pertanyaan atau persoalan dari peserta didik lain
dalam bentuk argumen yang meyakinkan.
h. Menginterpretasi dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta
informasi matematika.
i. Mengungkapkan lambang, notasi, dan persamaan matematika
secara lengkap dan benar.
2. Indikator kemampuan komunikasi tertulis yang dikemukakan oleh
Ross (Afifah, 2011) adalah:
a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi
masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, atau penyajian
secara aljabar.
b. Menyatakan hasil dalam bentuk tulisan.
c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan
konsep matematika dan solusinya.
d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk tulisan.
e. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.

Indikator kemampuan peserta didik dalam komunikasi matematis pada


pembelajaran matematika menurut NCTM (Sutiyani, 2013) dapat dilihat
dari :
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan,
tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya
secara visual.
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual
lainnya.
3. Kemampuan
matematika

dalam
dan

menggunakan

istilah-istilah,

struktur-strukturnya

untuk

notasi-notasi

menyajikan

ide,

menggambarkan hubunganhubungan dan model-model situasi.


G. Manfaat Komunikasi Matematis
Membangun
Teaching

komunikasi

Mathematics

matematis

(Sutiyani,

2013)

menurut

National

Center

memberikan manfaat pada

peserta didik berupa:


1. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan
secara aljabar.
2. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasangagasan matematika dalam berbagai situasi.
3. Mengembangkan
pemahaman
terhadap

gagasan-gagasan

matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.


4. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.
5. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang
meyakinkan.
6. Memahami nilai

dari

notasi

dan

peran

matematika

dalam

pengembangan gagasan matematika.


H. Pentingnya Kemampuan Komunikasi Matematis
Pentingnya komunikasi matematis diungkapkan Asikin (Afifah, 2011) yang
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam berbagai
perspektif, membantu mempertajam cara berpikir peserta didik dan
mempertajam kemampuan peserta didik dalam melihat berbagai
keterkaitan materi matematika.

2. Komunikasi

merupakan

alat

untuk

mengukur

pertumbuhan

pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematika para


peserta didik.
3. Melalui komunikasi, peserta didik dapat mengorganisasikan dan
mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka.
4. Komunikasi antarpeserta didik dalam pembelajaran matematika
sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika,
pengembangan pemecahan masalah, dan peningkatan penalaran,
menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan ketrampilan
sosial.
5. Writing and talking dapat menjadi alat yang sangat bermakna
(powerfull) untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.
Within

(Sutiyani,

2013)

menyatakan

kemampuan

komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antarpeserta didik dilakukan, dimana


peserta

didik

diharapkan

mampu

menyatakan,

menjelaskan,

menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga


dapat membawa peserta didik pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam
kelompok

dalam

mengumpulkan

dan

menyajikan

data,

mereka

menunjukkan kemajuan, baik di saat mereka saling mendengarkan ide


yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun
kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka
belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan mereka.
Menurut Greenes dan Schulman (Sutiyani, 2013), komunikasi matematis
memiliki peran:
1. Kekuatan sentral bagi peserta didik dalam merumuskan konsep dan
strategi matematika.
2. Modal keberhasilan bagi peserta didik terhadap pendekatan dan
penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika
3. Wadah bagi peserta didik dalam berkomunikasi dengan temannya
untuk memperoleh informasi, membagi fikiran dan penemuan,
curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan
yang lain.

Kemampuan

berkomunikasi

menjadi

salah

satu

syarat

yang

memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan


fikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat
mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan peserta
didik. Sejalan dengan itu, Lindquist (Afifah, 2011) menyatakan bahwa kita
memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara
penuh tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan
matematika untuk semua orang.

DAFTAR PUSTAKA
Afifah. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Kemampuan
Komunikasi Matematik Peserta didik Madrasah Aliyah. Skripsi.
Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Bistari. (2010). Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik. Jurnal
Pendidikan
Matematika dan IPA Vol. 1. [Online]. Tersedia:
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpms. [14 Maret 2016].
Irianto. (2012). Kemampuan Komunikasi Matematis. [Online].
Tersedia:
http://www.perpuskampus.com/2012/07/kemampuankomunikasimatematis.
html. [20 Maret 2016]
Isrokatun. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Strategi
Kooperatif Tipe
Student Achievement Divisions untuk meningkatkan
kemampuan
komunikasi matematik peserta didik. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_12o
ktober_200
9/pembelajaran_matematika_dengan_strategi_kooperatif_tipe_
student_tea
ms_achievement_divisions_untuk_meningkatkan_kemampuan_
komunikas
i_matematik_peserta didik.pdf. [16 Maret 2016].
Pratama. Kemampuan Komunikasi Matematis. [Online]. Tersedia:
http://teams.lacoe.edu. [16 Maret 2016].
Sutiyani. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Kemampuan
Komunikasi Matematik Peserta didik. Skripsi. [Online].
Tersedia:
lib.unnes.ac.id/19623/1/4301409023.pdf. [14 Maret 2016].
Tanti. (2012). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:
http://catatantanti.blogspot.co.id/2012/11/komunikasimatematika.html.
[20 Maret 2016].
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Umar. (2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis
Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika
STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1. [Online].
Tersedia:http://link.spriger.com/journal/10857/17/6/page/1. [14 Maret 2016].

Вам также может понравиться